Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

'Mungkin Ini PON Terparah' - Atlet flu akibat debu, jalan berlumpur, hingga makanan basi

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan

Kening sejumlah atlet voli putri dari berbagai provinsi mengerut. Mereka tak percaya dengan apa yang mereka lihat: jalanan tanah berlumpur sepanjang ratusan meter lengkap dengan truk dan puluhan unit alat berat lalu-lalang.

Jalan itu adalah akses menuju gedung voli indoor Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI di Sport Center Sumatera Utara. Lokasinya berada di Kabupaten Deli Serdang, berjarak sekitar delapan kilometer dari Bandara Internasional Kualanamu dan dapat ditempuh menggunakan kendaraan kurang lebih satu jam dari pusat Kota Medan.

Baca juga:

Sejumlah atlet voli indoor menyebut penyelenggaraan PON kali ini adalah yang terburuk. Klaim ini dibantah panitia dan Menteri Pemuda dan Olahraga.

“Mungkin PON kali ini terparah. Karena sarana venue-nya belum selesai. Ketimbang di PON Papua, di sana lebih siap daripada di Sumut,” ujar atlet voli putri indoor asal Sumatera Selatan, Riska Ayu, kepada wartawan Nanda Fahriza Batubara yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Rabu (11/09).

Sarana dan prasarana yang belum tuntas ini ikut memengaruhi stamina dan performa para atlet. Energi yang mestinya mereka hemat untuk berlaga, terkuras lebih dulu akibat berjalan kaki sekitar 300 meter dari lokasi parkir bus ke arena pertandingan.

Baca juga:

Tantangan para atlet tak berhenti di situ. Saat pertandingan berlangsung, sejumlah pekerja masih tampak sibuk menuntaskan berbagai fasilitas yang belum selesai. Akibatnya, debu berhamburan ditambah bisingnya suara mesin alat berat.

“Jadi letih sih karena setelah turun bus, jalan lagi masuk ke gedung. Sudah menghirup debu, panas juga. Jadi sewaktu di gedung, ada debu lagi. Jadi ganggu ke napas, cepat lelah jadinya,” ujar Riska.

Persoalan debu tidak main-main. Menurut Virta Rianti, kapten tim voli indoor putri Kalimantan Timur, rekannya sempat mengalami flu dan panas dalam karena berada di tempat yang tidak nyaman untuk bertanding.

Sewaktu latihan di lokasi beberapa hari lalu, lanjut Virta, petugas masih melakukan pembersihan gedung sehingga seisi ruangan dicemari debu.

“Ada seorang teman kami yang merasakan panas dalam, karena mungkin di sini suasananya pengap kemudian kena debu. Jadi flu dan panas dalam,” ujarnya kepada wartawan Nanda Fahriza Batubara yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Sebelum berlaga pada PON XXI, Virta yakin ajang nasional sekelas PON bakal menyuguhkan sarana dan prasarana yang sudah mumpuni. Namun ternyata tidak demikian. Bahkan, atlet kesulitan dan harus menyiapkan tenaga lebih hanya untuk mencapai venue pertandingan.

“Ini kan sekelas PON, level nasional, mestinya lebih memadai secara fasilitas. Tapi ternyata setelah sampai di sini tidak,” ujar Virta.

‘PON tahun ini paling tidak siap’

Kekecewaan juga dirasakan Ririn Ananda, kapten tim voli putri indoor asal Sulawesi Tengah. Ririn tidak menyangka akan bertanding di tempat yang, menurutnya, kotor dan berdebu.

“Ekspektasinya: ‘Wah bagus ini gedung olahraganya, tidak ada kekurangan lagi’. Tapi ternyata tidak. Kaget dan kecewa, soalnya kami datang jauh-jauh dari Sulawesi, ternyata malah venue-nya seperti ini. Papua lebih bagus dari yang sekarang. Lebih baik di sana, tidak mengganggu kesiapan dan pertandingan atlet,” ujarnya.

Kesan negatif penyelenggaraan PON di Sumut bukan hanya disampaikan atlet voli indoor.

Saleha Fitriana, atlet taekwondo putri dari Jawa Tengah, juga mengeluhkan debu mencemari kompleks olahraga tempat ia berlaga.

Cabang olahraga taekwondo berlangsung di Martial Art Arena. Gedungnya berada di kompleks yang sama dengan gedung Volley Ball Indoor, Stadion Madya, dan Stadion Utama. Hingga laporan ini disampaikan, kawasan Sumut Sport Center ini belum rampung 100%.

“Sebenarnya debu-debu ini ada pengaruhnya. Napas tidak terlalu segar, jadi sedikit terganggu,” ujar Saleha kepada wartawan Nanda Fahriza Batubara yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Saleha sudah tiga kali mengikuti PON sejak di Jawa Barat pada 2016 lalu. Namun, dia paling kecewa dengan PON kali ini.

“Menurut saya dari segi kesiapan, yang paling tidak siap tentu PON tahun ini,” ujar Saleha.

Makanan basi, AC mati, dan atap bocor

Persoalan yang dialami para atlet PON di Sumut tidak sebatas debu, tapi juga akomodasi dan logistik.

Pada hari pertama, atlet taekwondo putri dari Jawa Tengah, Saleha Fitriana, mengatakan dirinya memeroleh makanan yang sudah basi.

Selain itu, Saleha beserta sejumlah atlet dan penonton cabang olahraga taekwondo di Martial Art Arena mengaku sempat merasa pengap akibat mesin pendingin ruangan (AC) tidak menyala saat pertandingan berlangsung pada Kamis (12/09).

“Waktu di hari pertama dapat mi yang agak bau, basi. Kalau hotel sudah bagus, hanya saja agak jauh dari venue,” tutur Saleha.

Nasib lebih baik dialami kapten voli indoor putra asal Bali, Gede Setiawan. Ia mengaku tidak mengalami masalah dengan akomodasi. Hanya saja, ia berharap panitia penyelenggara menyediakan makanan yang lebih bervariasi dan bergizi.

Baca juga:

Di sisi lain, kapten tim voli indoor putri asal Jawa Timur, Medi Yoku, berharap panitia menyediakan fasilitas hotel yang lebih bersih.

“Kadang seprainya diganti, kadang tidak. Handuk juga kadang tidak dikasih, jadi kami harus minta-minta. Kalau bisa PON selanjutnya, setiap venue sudah harus siap,” ujarnya.

Selain Sumut Sport Center, venue PON di Sumut juga tersebar di beberapa tempat lainnya, seperti Arena Futsal Dinas Pemuda dan Olahraga Pemprov Sumut di Kabupaten Deliserdang. Lapangan futsal ini mendapat sorotan karena atapnya bocor.

Air hujan yang membasahi lapangan bahkan menyebabkan pertandingan final futsal putra antara kontingen Jawa Timur dan Kalimantan Timur pada Minggu (8/9/2024) lalu sempat dihentikan.

Sedangkan untuk cabang olahraga tinju yang semula akan digelar di Gedung Olahraga Merdeka akhirnya pindah ke Aula Universitas HKBP Nommensen Kota Pematangsiantar.

Tak hanya di Sumut, PON di Aceh juga diliputi kontroversi. Sejumlah atlet PON di Aceh kecewa lantaran mengeklaim diberi makanan basi. Ada pula makanan yang telat datang sehingga para atlet dan official sudah kadung kelaparan.

Koordinator Sekretariat Kontingen Kalimantan Tengah Wilayah Aceh Mikhael Agusta tak habis pikir dengan pengelolaan konsumsi pada PON kali ini. Saking kecewanya, mereka bahkan melayangkan nota protes dan keberatan kepada panitia.

Menurut Mikhael, konsumsi untuk Kontingen Kalimantan Tengah, khususnya cabang olahraga panjat tebing dan panahan, kerap terlambat. Meski protes Sudha dilayangkan, keterlambatan itu masih tetap terjadi. Situasi ini, kata Mikhael, sangat mengganggu atlet mencapai hasil terbaik pada PON kali ini.

“Sampai saat ini, keterlambatan itu masih terjadi. Namun karena kami sudah tidak berharap, sehingga kami sudah mengantisipasi dengan menyiapkan konsumsi secara pribadi,” papar Mikhael, Sabtu (14/9/2024).

Video keluhan atlet dari sejumlah kontingen PON di Aceh berseliweran melalui media sosial dan memunculkan kritik. Makanan yang disediakan bagi mereka dianggap memprihatinkan. Hal ini menimbulkan tuduhan adanya tindak korupsi.

Tuduhan korupsi

Untuk pertama kali, PON dilaksanakan di dua provinsi secara bersamaan, yakni Aceh dan Sumut. Ajang empat tahunan ini berlangsung selama 12 hari, yaitu pada 9-20 September 2024.

Demi menyelenggarakannya, pemerintah menggelontorkan anggaran mencapai Rp811 miliar yang bersumber dari APBN. Dana tersebut dipakai untuk membangun dan merenovasi 18 unit infrastruktur olahraga di Aceh.

Kemudian, Kementerian Pemuda dan Olahraga RI juga menyediakan dana senilai Rp516 miliar untuk panitia PON.

Nilainya terdiri atas dana pertandingan untuk wilayah Aceh dan Sumut masing-masing Rp72 miliar dan Rp74 miliar. Ada pula Rp30 miliar untuk kebutuhan panitia, pengawas, hakim, dan keabsahan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kemudian untuk upacara pembukaan di Aceh senilai Rp60 miliar dan upacara pembukaan di Sumut senilai Rp41 miliar. Anggaran juga digelontorkan untuk sarana pertandingan di Aceh sebesar Rp138 miliar dan di Sumut sebesar Rp101 miliar.

PON Aceh-Sumut mempertandingkan 65 cabang olahraga dan diikuti total 12.919 atlet dari 39 kontingen, termasuk Ibu Kota Nusantara atau IKN. Sebanyak 6.294 atlet bertanding dalam 33 cabang olahraga di Aceh, selebihnya yakni 6.625 atlet bertanding pada 34 cabang olahraga di Sumut.

Koordinator Antikorupsi Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA), Alfian, menduga adanya tindak penggelembungan nilai atau mark-up pada pengadaan konsumsi atlet PON di Aceh. Ia juga menduga adanya patgulipat dalam penentuan vendor.

Berdasarkan Surat Pesanan Satuan Kerja Pejabat Penandatangan/Pengesahan Tanda Bukti Perjanjian Bidang Konsumsi Nomor 03/SP/2024 tanggal 21 Agustus 2024 yang ditandatangani Ketua Bidang Konsumsi PB PON XXI Wilayah Aceh, Diaz Furqon, harga makanan atlet dipatok Rp50.900 per porsi dengan anggaran mencapai Rp30,8 miliar. Sedangkan untuk snack seharga Rp18.900 per porsi dengan keseluruhan Rp11,4 miliar.

Jika ditotal, anggaran untuk makanan dan snack atlet PON di Aceh mencapai Rp42 miliar.

“Kami menelusuri ke atlet-atlet di saat mereka terima makanan dan snack berdasarkan keluhan via media sosial. Kalau kami duga, di proses lelang potensi ada permainan,” ujar Alfian kepada wartawan Nanda Fahriza Batubara yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Sabtu (14/9/2024).

Atas temuan yang diperolehnya, Alfian berencana melaporkan dugaan korupsi ini ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Baca juga:

Dalam konferensi pers pada Kamis (12/9/2024) lalu, Auditor Ahli Madya Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Aceh, Jufridani, tak menampik kondisi makanan atlet menjadi buah bibir di media sosial.

Menurutnya, tim BPKP Aceh sedang melakukan monitoring dan evaluasi (monev) terhadap pengelolaan anggaran konsumsi buat para atlet.

“Saat ini memang sudah sangat viral, artinya ini suatu hal yang tidak perlu kita tutup-tutupi, dan ini sudah ada di berbagai berita. Saat ini tim pengawas BPKP Aceh, ditambah Inspektorat Pemprov Aceh dan tim BPKP pusat sedang melakukan monev, khususnya pada pengelolaan bidang konsumsi,” ujar Jufridani sebagaimana dilansir Media Center PON Aceh.

Jufridani mengatakan bahwa video yang berseliweran di media sosial akan menjadi tambahan data. Saat ini, tim BPKP sedang mengumpulkan informasi dan memotret kondisi konsumsi para atlet untuk digunakan sebagai bahan saat review pertanggungjawaban sebelum pembayaran dilakukan.

“Jadi ada tahapan berikutnya. Kalau saat ini kita sedang melakukan monev, memotret dan mengumpulkan bukti, tapi nanti ada saatnya kami melakukan review,” ujar dia.

Respons panitia

Pj Gubernur Sumut sekaligus Ketua Panitia Besar (PB) PON XXI Wilayah Sumut, Agus Fatoni, merasa tidak adil jika PON kali ini dianggap sebagai PON terburuk sepanjang sejarah.

Meski demikian, ia tak menampik terdapat kekurangan dalam penyelenggaraan. Ia meminta publik melihat secara objektif.

“Kemarin keterlambatan itu ada, dan itu terus dilakukan perbaikan. Tapi kalau dibilang terburuk dari semua PON yang ada, saya kira itu tidak fair ya, pasti ada kelebihan-kelebihan, tapi kekurangan-kekurangannya pasti juga ada,” ujar Agus di Media Center PON Sumut, Rabu (11/9/2024).

Menurut Agus, PB PON Sumut sudah berupaya mempersiapkan ajang ini dengan sebaik mungkin. Namun kekurangan tetap terjadi. Walau begitu, pihaknya selalu melakukan mitigasi persoalan sehingga masalah yang terjadi dalam diselesaikan, termasuk menerapkan risk management bersama Polri dan TNI.

Agus mengatakan, video viral yang memperlihatkan para atlet voli indoor putri kesulitan mencapai lokasi pertandingan akibat jalan becek merupakan persoalan teknis. Menurutnya, jalanan yang dilalui para atlet tersebut bukan jalan utama. Pengerjaannya juga belum siap karena sesuai kontrak baru berakhir pada Desember 2024 mendatang.

“Karena kontraknya Desember dan baru kita mulai Juli lalu. Dan itu di bagian belakang, memang belum siap, kemudian terjadi hujan. Kalau dari depannya, sudah siap. Sudah ada dan itu sudah kami tangani,” kata Agus.

Selain akses dan kondisi venue yang belum rampung, Agus juga menjelaskan penyebab atap lapangan futsal di Arena Futsal Dinas Pemuda dan Olahraga Pemprov Sumut bocor saat pertandingan berlangsung.

“Saat itu karena hujan deras, bocor, kemudian kami hentikan. Kami langsung kasih terpal dan pertandingannya dilanjutkan lagi. Sekarang sudah bagus dan itu akan kami perbaiki lagi,” ujar Agus.

Di tempat berbeda, Ketua Bidang Konsumsi PB PON XXI Wilayah Aceh, Diaz Furqon, menjelaskan penyebab keterlambatan makanan atlet PON di Aceh beberapa waktu lalu. Menurut Diaz, kondisi itu terjadi akibat miskomunikasi dan masalah teknis.

Diaz menjelaskan bahwa jadwal pelayanan makan kepada atlet dan official dilakukan pada H-3 sampai H+2 pertandingan masing-masing cabang olahraga. Akan tetapi, sejumlah kontingen datang ke Banda Aceh untuk menyaksikan opening ceremony. Padahal, hari itu mereka belum berhak memeroleh pelayanan konsumsi.

“Jadi seolah-olah khalayak ramai melihat kami tidak melayani makan para atlet. Ada beberapa atlet yang memang saat itu belum mempunyai hak untuk dapat pelayanan konsumsi,” ujarnya di Media Center PON Aceh, Kamis (12/09).

Menurut Diaz, mekanisme pengantaran makanan dan snack dilakukan melalui Liaison Officer atau LO pada setiap kontingen. Namun pada saat tertentu, terjadi miskomunikasi. Akhirnya, paket makanan terlambat sampai.

“Jadi titik ini kadang-kadang belum kami sepakati. Sehingga menyebabkan kadang penyedia katering mengantarkan makanan ke hotel, sementara atlet sudah menuju ke lokasi pertandingan. Mungkin ini penyebab terjadinya keterlambatan,” ujar Diaz.

Lebih lanjut, Diaz juga menjelaskan alasan vendor yang dipilih untuk menyediakan konsumsi para atlet berasal dari Jakarta, bukan pelaku usaha lokal di Aceh.

Menurut Diaz, pemilihan vendor makanan dan snack dilakukan melalui e-Purchasing, yakni pembelian barang atau jasa pemerintah melalui sistem katalog elektronik atau toko daring. Hal ini mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Setiap vendor harus memenuhi berbagai kriteria agar dapat menjadi penyedia. Di antaranya pengalaman melayani konsumsi untuk ajang-ajang besar seperti PON.

Menurut Diaz, tidak ada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Aceh yang memenuhi persyaratan itu di laman Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).

“Kita melihat mungkin ada harapan UMKM bisa masuk. Jadi kalau kita lihat di halaman LPSE itu tidak ada dari penyedia kabupaten dan kota yang memang melakukan ataupun mendaftar kepada e-Purchasing ini, jadi kami tetap pilih satu penyedia sehingga merekalah yang mengkoordinir di kabupaten dan kota terkait pelaksanaan penyediaan makanan dan snack,” kata Diaz.

Di tengah hujan kritik, Menteri Pemuda dan Olahraga, Ario Bimo Nandito Ariotedjo, justru memuji kesiapan PB PON Wilayah Sumut. Bahkan, ia menyebut ajang ini lebih baik dari Sea Games Kamboja 2023 serta Olimpiade Paris 2024.

"Semua yang diviralkan itu sebenarnya tidak seberapa dibandingkan dengan kesiapan Sumut yang luar biasa," ujar Dito dalam temu pers yang berlangsung di Media Center PON Sumut, Jumat (13/9/2024) malam.

Pada kedatangannya kali ini, Dito meninjau venue Stadion Utama Sumut di kompleks Sport Center Sumut yang akan dipakai untuk acara closing ceremony PON XXI Aceh-Sumut. Ia juga melihat venue voli indoor yang viral beberapa waktu lalu.

"Dan saya bisa pastikan penyelenggaraan PON Aceh-Sumut ini jauh lebih baik dibandingkan Sea Games Kamboja kemarin, walau masih ada kekurangan yang tetap harus dituntaskan," kata dia.

Dito tak menampik pembangunan beberapa venue PON kali ini belum rampung sepenuhnya. Namun pembenahan akan terus dilakukan. Di sisi lain, ia juga sudah mengecek langsung proses penyediaan makanan bagi para atlet dan mengklaim kualitasnya kini meningkat.

“Tapi, ini jadi satu-satunya venue terbaik di Indonesia. Jalannya sudah tidak becek," ujarnya.

Reportase oleh wartawan di Sumatra Utara, Nanda Fahriza Batubara

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada