Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Cara sains membantu orang awam berlari lebih cepat

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
sprinter Getty Images

Sprinter di ajang Olimpiade memang memiliki genetika yang bagus, tetapi itu tidak berarti bahwa orang awam tidak dapat belajar berlari lebih cepat.

Setiap empat tahun, Olimpiade dan Paralimpiade memberi kita kesempatan untuk melihat apa yang mampu dilakukan tubuh manusia. Atlet yang berada di puncak kemampuannya mampu melakukan hal-hal yang hanya dapat diimpikan oleh sebagian besar orang awam.

Baca juga:

Mungkin yang paling memikat dari semua ajang adalah ketika sederet manusia berjajar di lintasan lari dan memperebutkan predikat sebagai orang tercepat di dunia.

"Hal yang penting tentang lari sprint adalah Anda memiliki jalur sendiri," kata Eilidh Doyle, spesialis lomba lari 400m dan lari gawang yang meraih medali perunggu untuk Inggris Raya dalam estafet 4 x 400m di Olimpiade Rio 2016.

Menurutnya, lari sprint berbeda dengan lari jarak menengah, seperti 1.500 meter.

Baca juga:

"[Lari sprint] tidak seperti lari 1.500m di mana taktik orang lain dapat secara langsung memengaruhi Anda. [Pada lari sprint] Anda cukup berdiri di jalur start dan berkata, 'Saya tahu apa rencananya, dan saya akan menjalankannya, karena tidak ada orang lain yang dapat mengacaukannya'."

Inti dari lari sprint adalah persamaan sederhana: kecepatan lari sama dengan panjang langkah dikalikan dengan frekuensi langkah.

"Anda bisa melangkah lebih panjang atau lebih cepat. Itulah hal paling mendasar yang dapat Anda lakukan," kata Sam Gleadhill, seorang peneliti biomekanik, kekuatan, dan pengondisian di University of South Australia. "Namun, jika Anda meningkatkan salah satu variabel tersebut, Anda tidak boleh mengurangi variabel lainnya."

Mencoba menambah jumlah langkah dapat menghasilkan langkah yang lebih pendek, dan sebaliknya.

Pilihan untuk lebih mengandalkan panjang langkah atau frekuensi Langkah tergantung pada masing-masing individu.

Para pelari elite sekalipun punya perbedaan dalam teknik yang mereka gunakan. Getty Images
Para pelari elite sekalipun punya perbedaan dalam teknik yang mereka gunakan.

"Bahkan di final lari 100m Olimpiade, akan ada teknik yang berbeda di antara para pelari," kata Gleadhill.

"Pelari seperti Christian Coleman, yang sangat kuat dan berotot, langsung melesat dari garis start. Akselerasi pelari seperti itu cukup lama dan langkahnya lebih pendek. Sementara pelari seperti [Usain] Bolt lebih tinggi atau kakinya sedikit lebih panjang, jadi mereka mengambil langkah yang lebih panjang."

Kecepatan Bolt terletak pada panjang langkah dan gaya reaksi tanah, yaitu kekuatan yang dihasilkan saat menyentuh tanah dan yang meningkatkan panjang langkah.

Saat menciptakan rekor 9,58 detik pada lintasan 100 meter, langkah terpanjang Bolt mencapai 2,872 meter.

Penelitian menunjukkan kecepatan sprinter perempuan lebih dipengaruhi oleh frekuensi langkah, sedangkan kecepatan sprinter pria bertumpu pada panjang langkah.

Alasannya mungkin karena panjang kaki punya dampak positif pada panjang langkah.

Baca juga:

Para atlet yang mengandalkan panjang langkah perlu menjaga kekuatan kaki , daya ledak, dan fleksibilitas pinggul. Elemen-elemen ini membantu memperpendek waktu ketika kaki bersentuhan dengan tanah.

Dibandingkan dengan pelari non-sprinter, para sprinter memiliki otot fleksor pinggul dan lutut yang lebih besar. Dalam sebuah penelitian terhadap lima sprinter pria papan atas, otot tensor fasciae latae, sartorius, dan gluteus maximus (semua otot di area pinggul) secara konsisten lebih besar daripada 11 sprinter pria papan bawah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tim peneliti yang sama menemukan bahwa fleksor pinggul yang lebih besar pada lima sprinter perempuan papan atas menjadi salah satu penyebab performa lari mereka 47,5% lebih baik ketimbang 17 sprinter perempuan papan bawah.

Di sisi lain, frekuensi langkah ditentukan oleh rangsangan neuron motorik , koordinasi antarotot dan intraotot, serta kelelahan saraf.

Atlet yang mengandalkan frekuensi langkah membutuhkan aktivitas saraf yang tinggi sebelum berlari sprint untuk mencapai pergantian langkah yang cepat.

Meningkatkan gaya yang dihasilkan saat kaki Anda menyentuh tanah dapat memperpanjang langkah dan mempercepat kecepatan Anda. Getty Images
Meningkatkan gaya yang dihasilkan saat kaki Anda menyentuh tanah dapat memperpanjang langkah dan mempercepat kecepatan Anda.

Akan tetapi, ada beberapa pertanyaan mengenai seberapa banyak frekuensi langkah dapat ditingkatkan.

"Menurut saya, Anda harus lebih bergantung pada peningkatan panjang langkah," kata Vassilos Panoutsakopoulos, asisten profesor biomekanik di Universitas Aristoteles Thessaloniki di Yunani. "Saat Anda dewasa, frekuensi langkah tidak berubah."

Performa sprint dipengaruhi oleh faktor genetika dan lingkungan. Namun, genetika mungkin memainkan peran yang lebih besar dalam frekuensi langkah karena terkait dengan rangsangan neuron motorik. Orang yang cenderung berjalan cepat secara alami mungkin juga merupakan sprinter yang lebih baik.

Yang dapat diperbaiki adalah teknik. Panoutsakopoulos dan rekan-rekannya menemukan bahwa sprinter muda memiliki kaki yang lebih datar dibandingkan dengan sprinter dewasa yang lebih berpengalaman.

"Hal terpenting yang kami temukan adalah bahwa anak-anak tidak memiliki gerakan 'mencakar'," kata Panoutsakopoulos. "Sprinter muda hanya meletakkan kaki."

Baca juga:

Menurut Panoutsakopoulos, Gerakan mencakar tanah yang benar adalah seperti kuda, bukan menapak secara datar seperti bebek.

Teknik sprint yang efisien antara lain menyentuh tanah lebih jauh ke belakang untuk memproyeksikan pusat massa ke depan, serta mencondongkan tubuh ke depan saat start guna menghasilkan gaya horisontal dan meningkatkan akselerasi.

"Anda dapat melihat ketika sprinter Olimpiade melesat dari garis start dengan sudut tulang kering sedatar mungkin atau menghadap lintasan," kata Gleadhill. "Pada kecepatan tertinggi, gaya vertikal menjadi jauh lebih menonjol."

Lebih sering berlari cepat merupakan cara paling sederhana dan terbaik untuk meningkatkan kecepatan. Namun, ada latihan untuk memadukan gerakan dan meningkatkan teknik:

"Saat berlari, Anda jangan mengangkat lutut ke depan. Tumit Anda menyentuh bokong, dan dengan demikian lutut Anda tetap terangkat,“ kata Doyle.

Menyempurnakan teknik sprint yang efisien membutuhkan pelatihan bertahun-tahun dalam hal koordinasi, stabilisasi, aktivasi sistem saraf, dan penggunaan otot.

Namun, ada sedikit perubahan yang dapat dicoba setiap orang, seperti melenturkan kaki, mencondongkan tubuh ke depan saat berakselerasi, atau berfokus untuk menyentuh tanah sesingkat mungkin.

Setiap orang berbeda-beda, dengan panjang kaki dan susunan neuromuskular yang berbeda pula. Jadi ada baiknya bereksperimen dengan gaya mana yang membuat Anda berlari paling cepat.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada