TEMPO.CO, Jakarta - Bacharuddin Jusuf Habibie menginginkan ada tujuh film yang bisa dilahirkan dari buku Habibie & Ainun. Alasannya, menurut Habibie, buku itu menceritakan perjalanan hidup dua anak manusia bernama Habibie dan Hasri Ainun Habibie Besari selama 48 tahun 10 hari (12 Mei 1962-22 Mei 2010).
“Buku itu menceritakan perjalanan saya bersama Ainun selama 48 tahun 10 hari. Jadi, wajar saja bisa dibuat tujuh film dari buku itu,” kata Habibie kepada Tempo di kediamannya di Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu, 16 Januari 2013.
Namun, sampai saat ini Habibie baru menyetujui kontrak untuk satu film saja. Keluarga Punjabi yang dipilih Habibie untuk membuat film Habibie & Ainun yang disutradarai Faozan Rizal itu.
“Setelah film Habibie & Ainun laris, saya memang ditawari untuk membuat lagi lanjutan film ini. Tapi saya belum memutuskan. Saya juga belum memutuskan angle apa yang akan saya ambil,” ujar Habibie.
Habibie mengakui, untuk film kedua ini agak berat karena harus bisa menyamai atau lebih sukses dari film yang pertama. “Karena itu, saya belum memutuskan angle-nya yang mana. Tapi masih tentang Habibie dan Ainun. Bukan soal politiknya,” kata dia.
Lalu, apa kata Habibie lagi tentang buku yang ditulisnya dan kemudian difilmkan dengan judul yang sama itu? Buku ini merupakan buku tentang cinta. “Buku ini dikalbui, menurut istilah saya dikalbui, oleh cinta seperti diliputi oleh kabut' kabut cinta. Perasaan cinta saya kepada Ainun,” kata Habibie.
Sebelum buku Habibie & Ainun atau muncul film Habibie & Ainun, mungkin tak banyak yang mengetahui bahwa Habibie adalah seorang ilmuwan, teknokrat yang biasanya kaku ternyata sangat romantis. Bahkan beberapa puisi juga lahir dari tangan Habibie, ungkapan rasa cinta dan sayangnya kepada Ainun.
Soal romantisme ini pun Habibie berujar: “Ya buat saya romantic is privacy. Romantisme adalah milik saya buat Ainun. Romantisme itu milik kami berdua,” kata Habibie.
Mengapa akhirnya ia harus mengungkapkan romantisme kehidupannya itu dalam buku dan kemudian film sehingga diketahui publik, menurut Habibie, karena ia tidak ingin menjadi gila selamanya setelah ditinggal Ainun. Menulis buku adalah jalur yang dipilihnya untuk melakukan terapi terhadap dirinya sendiri, mengatasi kesedihannya karena ditinggal pergi Ainun.
GRACE S GANDHI
Berita Terkait:
Akan Ada Sekuel Film Habibie & Ainun
Begini Habibie Menulis Buku Habibie & Ainun
Alasan Habibie Menulis Buku Habibie & Ainun
Ini Kata Habibie Soal Suap
Penghina Balik Puji Habibie, Ini Tulisan Lengkap