TEMPO.CO, Jakarta - Gambar perempuan bersanggul memondong buku terlihat ketika pengguna Internet mengaktifkan mesin pencairan Google pada Kamis, 21 April 2016. Dalam gambar, perempuan itu mengenakan kebaya khas milik seorang putri pejabat masa lalu. Berlatar rumah dan pohon, sebuah pigura oval membatasi sketsa itu. Warna cokelat muda mendominasi gambar hingga terkesan sebagai gambar tua.
Melihat gambar itu, sebagian orang pasti langsung mengenalinya. Dia adalah Raden Adjeng Kartini, perempuan pendobrak emansipasi kaum hawa pribumi.
Pada hari lahir Kartini kali ini, Google menempatkannya di halaman muka atau biasa disebut Google Doodle. Gambarnya bisa dilihat di huruf O kedua dari tulisan Google. Kalau tak mengenalinya, seperti biasa, arahkan kursor ke gambar itu. Maka, muncul tulisan, “Hari lahir Kartini ke-137.” Ketika diklik, data hasil pencarian R.A. Kartini terpampang di layar monitor Anda.
Kartini merupakan perempuan priyayi Rembang, Jawa Tengah. Ia lahir pada 21 April 1879 dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M. A. Ngasirah. Tak seperti perempuan di masanya, Kartini gemar membaca, menulis buku, dan belajar dari media Eropa.
Ia dinikahkan dengan Bupati Rembang pada masa itu, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada 12 November 1903. Kartini berkeinginan mendirikan sekolah wanita. Namun ia sudah meninggal di usia 25 tahun, yakni hanya setahun setelah menikah.
Cita-citanya baru terwujud setelah kepergiannya itu. Yayasan Kartini mendirikan Sekolah Kartini di Semarang pada 1912. Yayasan itu didirikan oleh ahli Belanda dan ahli politik etis, Conrad Theodore van Deventer. Sekolah itu kemudian didirikan pula di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan daerah lainnya.
Kartini punya kebiasaan mengirim surat kepada sahabatnya di Eropa. Tulisannya berupa keluh kesah mengenai kondisi sosial masyarakat atau pendapatnya yang di kemudian hari dikumpulkan dan dibukukan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang.
REZKI ALVIONITASARI