Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gadget Bisa Merusak Perkembangan Balita

image-gnews
Ilustrasi anak dan gadget/gawai. Shutterstock.com
Ilustrasi anak dan gadget/gawai. Shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter I Gusti Ayu Nyoman Partiwi paling keki saban melihat anak balita bermain telepon seluler atau tablet. "Gadget itu toxic bagi bayi," ujar dia, seperti ditulis Koran Tempo, Selasa, 3 Mei 2016.

Bukan apa-apa, pakar tumbuh-kembang anak dari Universitas Indonesia ini sering mendapati pasiennya yang mengalami kemunduran perkembangan setelah terpapar gawai. "Kalau ada anak yang awalnya bagus, lalu saat bertemu kembali tiga bulan kemudian tidak mau diam kayak belut, pasti jawabannya karena sering main gadget," ujar Dokter Tiwi—demikian ia dipanggil.

Gadget dan televisi menghambat delapan dari sembilan aspek perkembangan anak, yaitu sensorik, motorik, komunikasi, kreativitas, kemandirian, emosional dan sosial, kerja sama, serta moral-spiritual. Kemampuan yang terdorong oleh gawai, Tiwi menambahkan, hanyalah kognitif. Sebab, mereka merasa nyaman dengan apa yang disaksikan dan tidak merasa perlu mengerahkan kemampuan lainnya, termasuk motorik otot. “Banyak orang tua yang senang bayi yang baru 6 bulan pintar swipe iPad," kata Tiwi. "Padahal, itu mah kemampuan yang seharusnya berkembang belakangan setelah aspek lainnya bagus."

Penulis buku Anak Sehat dan Sehat-Lezat ini mengatakan, pada usia dini, perkembangan otak dan panca indra anak berada pada fase paling sensitif. Itu sebabnya, Tiwi menuturkan, kedokteran sangat menyarankan inisiasi menyusui secara dini. Orang muslim juga mengazankan bayi saat baru lahir. Namun gadget membuat banyak tahap di mana bayi seharusnya menerima rangsangan dari lingkungannya terlewati. "Bahkan, kemampuan yang tadinya sudah dia kuasai jadi hilang.

Dokter spesialis anak di Rumah Sakit Bunda ini kerap mendapati bayi yang sebelumnya pandai tengkurap kehilangan kemampuannya lantaran keseringan memantau ponsel orang tuanya. "Jadinya kepalanya peang," ujar dia.

Contoh paling lazim adalah "menyogok" anak dengan tayangan televisi supaya mau makan. Walhasil, tanpa televisi menyala, anak pantang menyentuh makanan. Pada kasus seperti ini, menurut Tiwi, orang tua mesti tegas menyetop kebiasaan buruk itu dengan mematikan televisi dan, kalau bisa, membiarkan anak makan sendiri. "Biarkan saja anak cuma mau makan satu sendok. Pasti berikutnya mau dua sendok," katanya. "Ingat, satu kali bayi menyuap akan memberikan banyak manfaat bagi perkembangan otaknya, dari kemampuan motorik menggenggam, sensorik untuk membedakan halus-kasar makanan, dan lainnya."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sayang, banyak orang tua yang masih mengandalkan gawai sebagai senjata untuk memenangkan hati anaknya. Ani Sholihah, misalnya. Bagi ibu dua anak warga Cipinang Kebembem, Jakarta Timur, ini, Samsung Grand Neo-nya merupakan penyelamat waktu santainya di rumah. Pada akhir pekan, saat karyawati swasta itu libur, Bram, 3 tahun, anak keduanya, bisa menghabiskan sampai empat jam untuk menatap layar 5 inci pada ponsel itu.

"Mulai bangun tidur, langsung minta hape," ujar Ani, 34 tahun. Si bocah kembali merengek meminta ponsel saat akan tidur siang dan tidur malam. "Mintanya selalu susu sama hape. Kalau tidak dikasih, ngamuk." Kesukaannya adalah menonton Spiderman dan Power Rangers di YouTube. Bram emoh menonton televisi meski menayangkan film yang sama.

Bagi Ani, memberikan ponsel merupakan win-win solution. Anaknya anteng, ia pun bisa tenang menikmati akhir pekan. ia tidak merasa anak keduanya itu mengalami kemunduran. "Paling efeknya jadi suka main berantem-beranteman karena tontonannya seperti itu," ujarnya.

Namun Dokter Tiwi mengatakan anak yang mengamuk saat tidak diberi gawai merupakan gejala kecanduan. Cara menyembuhkannya sederhana. "Singkirkan semua gadget di rumah. Satu-dua bulan sudah bisa kembali baik," kata dia. Menurut dia, sebaiknya bayi dihindarkan dari televisi, telepon pintar, dan sebagainya hingga dua tahun. "Kalau mau lebih bagus lagi, sampai 6 tahun."

REZA MAULANA

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Dampak Buruk Kecanduan Menonton TV Digital Bagi Balita

6 November 2022

Wanita paruh baya atau emak-emak tampak di video sedang terbawa emosi saat menonton televisi.
Mengenal Dampak Buruk Kecanduan Menonton TV Digital Bagi Balita

Televisi telah menjadi hiburan bagi kebanyakan manusia modern. Bagi balita, dampak buruk apa yang bisa ditimbulkan dari menonton TV Digital ?


Viral Perumahan Mewah di Atas Mal Thamrin City, Aturannya?

29 Juni 2019

Foto aerial suasana perumahan yang berada di atas mal Thamrin City, Jakarta, Rabu, 26 Juni 2019. Perumahan ini punya beragam fasilitas umum, seperti lapangan tenis, kolam renang, jogging track dan dikabarkan adapula area kebugaran. ANTARA
Viral Perumahan Mewah di Atas Mal Thamrin City, Aturannya?

Thamrin City di Jakarta Pusat, rupanya bukan hanya tempat pusat belanja atau mal tapi di atas atapnya terdapat kompleks perumahan mewah dua lantai.


8 Gejala Autisme yang Tercermin dari Perilaku Bayi

3 April 2019

Ilustrasi terapi untuk anak/autisme. Shutterstock
8 Gejala Autisme yang Tercermin dari Perilaku Bayi

Autisme bukan kelainan, melainkan keterbatasan seseorang dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.


Perubahan Iklim Mempengaruhi Kesehatan Jantung Bayi

4 Februari 2019

Ilustrasi bayi. Pixabay.com
Perubahan Iklim Mempengaruhi Kesehatan Jantung Bayi

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir rentan alami gangguan kesehatan jantung akibat perubahan iklim


Kembangkan Kemampuan Bicara Anak Melalui Gerak Ritmis

24 Januari 2019

Ilustrasi ayah dan ibu mengobrol dengan balita. shutterstock.com
Kembangkan Kemampuan Bicara Anak Melalui Gerak Ritmis

Gerakan ritmis pada anak bisa membantu mengembangkan kemampuan berbicara pada anak usia dini.


Crane Ambruk di Kali Sentiong, Lurah Kebun Kosong: Ada Ganti Rugi

6 Desember 2018

Sebuah crane ambruk menimpa rumah di Jalan Gelindra RT 01 RW 08, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis, 6 Desember 2018. Rumah korban, Husin, 56 tahun, hancur. Husin dan tiga anggota keluarganya mengalami luka-luka. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Crane Ambruk di Kali Sentiong, Lurah Kebun Kosong: Ada Ganti Rugi

Lurah Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat, Samsul Ma'arif, mengatakan korban crane ambruk bakal memperoleh ganti rugi dari kontraktor.


Bayi Gumoh Berlebihan, Jangan Sepelekan, Segera Periksa ke Dokter

15 November 2018

Bayi Gumoh. youtube.com
Bayi Gumoh Berlebihan, Jangan Sepelekan, Segera Periksa ke Dokter

Salah satu gangguan pencernaan yang sering terjadi pada bayi usia 0-12 bulan adalah gumoh. Gumoh bukan muntah yang diawali mual dan penuh di perut.


Anak Belum Bisa Berenang, Kenalkan Dulu Akuarobik

11 November 2018

Anggota WET Indonesia memperagakan gerakan akuarobik menggunakan pelampung yang dinamakan noodle. TEMPO | Dwi Nur Santi
Anak Belum Bisa Berenang, Kenalkan Dulu Akuarobik

Ketimbang memaksakan anak belajar berenang, ada baiknya orang tua memperkenalkan anak pada olahraga akuarobik atau aerobik air.


Tanda Bayi Memiliki Kulit Sensitif atau Tidak, Perhatikan Pipinya

6 November 2018

ilustrasi telinga bayi (pixabay.com)
Tanda Bayi Memiliki Kulit Sensitif atau Tidak, Perhatikan Pipinya

Banyak ibu mengira kulit bayi menjadi sensitif jika terkena air susu ibu atau ASI saat menyusui, terutama di daerah pipi


Ibu, Jangan Lupa Berikan Anak Imunisasi demi Kesehatannya

1 November 2018

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
Ibu, Jangan Lupa Berikan Anak Imunisasi demi Kesehatannya

Imunisasi adalah prosedur penting untuk mencegah anak terkena infeksi penyakit sejak usia dini.