TEMPO.CO, Jakarta - Airports Kinesis, salah satu konsultan bandara di Bali utara asal Kanada, siap merealisasikan pembangunan bandara baru di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
I Made Mangku, perwakilan Airports Kinesis, menegaskan pihaknya sudah mendapatkan komitmen investor dari Korea Selatan yang siap mendanai pembangunan bandara yang diperkirakan membutuhkan investasi mencapai Rp50 triliun. “Bahkan, kalau diizinkan kami siap groundbreaking yang tanggalnya disiapkan 28 Agustus untuk menunjukkan keseriusan kami,” tuturnya, Kamis (26 Mei 2016).
Lokasi Kubutambahan dipilih karena dari tujuh lokasi yang ditawarkan kepada Kemenhub, daerah ini memiliki skor paling tinggi. Airports Kinesis memastikan lokasi bandara tidak akan berada di daratan, melainkan seluruhnya berada di lautan.
Rencananya, total lahan yang dibutuhkan seluas1.400 hektare (ha), di mana 264 ha di antaranya merupakan lahan reklamasi, sedangkan sisanya memanfaatkan tiang pancang. Mangku menuturkan hanya 264 ha lahan direklamasi karena kedalaman lautnya sekitar 30 m, sedangkan lahan sisanya murni di atas laut yang tidak memungkinkan reklamasi karena kedalamannya mencapai 500 m.
Dia menegaskan landas pacu untuk bandara itu akan dibuat dua, dengan panjang masing-masing mencapai 3.600 m sehingga bisa melayani pesawat berbadan lebar. Adapun, kapasitas terminal penumpang mampu menampung sebanyak 2.700 orang per hari.
Untuk pasokan energi, Mangku menuturkan akan dibangun pembangkit listrik (power plant) bertenaga arus laut dengan kapasitas listrik mencapai 34 MW. Untuk ementara kebutuhan bahan baku air akan menggunakan air laut yang didesalinasi menjadi air tawar. Bandara tersebut rencananya juga dilengkapi kereta listrik untuk menghubungkan penumpang dari terminal ke terminal.
Selain itu, di bandara itu akan dilengkapi juga dengan kawasan pendukung untuk perdagangan, akomodasi wisata, hingga dermaga marina serta dermaga khusus bagi nelayan sekitar. Mangku menegaskan keberadaan bandara ini tidak hanya memecah kepadatan di Bali selatan. “Orientasi tidak saja pariwsiata, tetapi hal lain seperti ekspor barang setengah jadi yang bahan bakunya dari daerah lain. Kalau selama ini ke sini macet, nanti barang setengah jadi dikumpulkan di bandara ini untuk diekspor,” jelasnya.
Sampai saat ini, pihaknya sudah melakukan prastudi kelayakan, serta melapor kepada Gubernur Bali, dan Kementerian Perhubungan. Margono, salah satu mitra pendanaan dari Airports Kinesis, mengungkapkan sudah ada komitmen dari salah satu bank besar di Korea Selatan dengan skema pinjaman.
Adapun pelaksana proyek yang siap membangun adalah Daewoo dan Hyundai. Keduanya sangat berminat ikut berperan di proyek bandara Bali utara, karena sempat urung terlibat pada pembangunan bandara di Juanda, Sidoarjo.
Margono menekankan pembangunan bandara ini tidak akan memanfaatkan dana dari APBD Bali, dan APBN yang diyakini bakal lama. Selain itu, pihaknya memaklumi minimnya kekuatan dana bersumber dari kas daerah. “Untuk itu kami siap membantu pelaksanaan sampai selesai dengan sistem BOT 35 tahun ataupun bisa diperpanjang. Saya minta bantuan dari pemda bantu perizinan sekaligus perbankan yang ditunjuk pelaksana bandara ini,” jelas Margono yang juga petinggi di PT Amarta Nusantara Energi itu.
Trade Commisioner Kedubes Kanada Tommy Ruslim menambahkan investor dari Kanada sangat serius menggarap bandara Bali utara. Bahkan, lanjutnya, timnya juga sudah bekerja lapis demi lapis dan per sektor agar dapat mencapai hasil semaksimal mungkin. “Kami juga siap bekerja sama dengan pihak-pihak lain untuk menggarap bandara ini,” tuturnya.
Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengharapkan investor serius dan lebih cepat mewujudkan bandara Bali utara. Dia mengakui sudah banyak pihak menyatakan ketertarikan, tetapi yang ada progres adalah Airports Kinesis. Secara khusus pihaknya memuji konsep green airport yang diusung investor.
Dia juga sudah mengeluarkan surat rekomendasi kepada investor untuk melanjutkan tahapan berikutnya. Sayangnya, surat rekomendasi dari Bupati Buleleng justru belum turun sehingga sangat disayangkan.
Mantan Kapolda Bali itu menegaskan proses pembangunan bandara masih sangat panjang, karena ada sekitar tiga tahap perizinan. Tahap pertama izin lokasi setelah itu studi, kemudian amdal dan baru turun izin pelaksanaan.
Bahkan setelah pelaksanaan dimulai, izin operasionalnya juga sangat panjang. Karena itu, katanya, sangat diharapkan bantuan Buleleng mengeluarkan surat rekomendasi. “Nah itu, kenapa rekomendasi dari Buleleng belum kenapa alasannya. Jadi kami harapkan bupati Buleleng apa sih pertimbangannya, rekomendasi saja bukan izin,” tegasnya.
Pastika menekankan bandara itu akan menyeimbangkan antara kawasan Bali utara dan selatan. Saat ini, kondisi Pulau Dewata seperti kapal miring karena selatan menanggung beban lebih besar.
Akibat kepadatan Bandara Ngurah Rai memunculkan banyak keluhan akibat lamanya pesawat berputar-putar. Namun di sisi lain, masih banyak maskapai yang meminta slot penerbangan langsung ke Bali. Pastika mengaku mendengar hal tersebut dari Presiden Joko Widodo langsung. “Beliau , bilang setiap keluar negeri selalu ditanya slot direct flight. Pak Wapres juga,” tekannya.