Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sandera Abu Sayyaf Bicara ke Media: Kami Ingin Pulang Segera

image-gnews
Abu Sayyaf posting gambar dari sandera Malaysia di Facebook. thestar.com
Abu Sayyaf posting gambar dari sandera Malaysia di Facebook. thestar.com
Iklan

TEMPO.CO, Manila- Seorang sandera kelompok milisi bersenjata di Filipina selatan  Abu Sayyaf asal Malaysia diizinkan mengirim pesan bantuan darurat melalui media berita untuk meminta pertolongan agar segera dibebaskan.

Dalam panggilan telepon kepada harian Malaysia, The Star, Mohd Ridzuan Ismail menceritakan kisah sedihnya berada di tangan para penculiknya selama dua bulan ini.

"Kami sudah tidak tahan lagi. Kami dalam kesakitan. Semua kami sakit. Badan kami luka-luka. Kami lemah. Tidak ada makanan untuk dimakan. Bahkan, kami dipukuli. Ada orang ingin menembak kami. Tolong bantu kami."

Itulah kata-kata Mohd Ridzuan, satu dari lima warga Malaysia yang diculik oleh  Abu Sayyaf dari perairan Lahad Datu di pantai timur Sabah, 18 Juli lalu. Percakapan itu berlangsung selama kurang lebih delapan menit.

Juru bicara Abu Sayyaf, Abu Rami menghubungi The Star dari pulau Jolo, Filipina selatan pada hari Rabu, 21 September 2016, dan meminta Mohd Ridzuan, 32 tahun, berbicara di telepon untuk memungkinkan dia mengirim pesan kepada pemerintah Malaysia.

"Saya sandera dari Malaysia. Nama saya Mohd Ridzuan Ismail. Dan saya meminta bantuan dari pemerintah dan bos saya untuk menyelamatkan kami secepat mungkin," kata pelaut itu, seperti yang dilansir Asia Correspondent pada 26 September 2016.

"Kami menderita di pulau Jolo. Kami menyerukan kepada pemerintah Malaysia dan majikan kami untuk berkonsultasi tentang pembebasan kami, kami ingin pulang segera mungkin," katanya dalam nada sedih.

Mohd Ridzuan mengatakan mereka saat ini ditahan dalam hutan. Pada waktu malam, dia berkata tawanan akan diikat dan tidur beralaskan tanah dan ketika hujan, kami akan terendam dalam air. Dia juga mengaku sering dipukuli dengan pistol.

Saat ditanya berapa banyak militan bersenjata yang mengawasi mereka, Mohd Ridzuan mengatakan jumlah mereka sangat banyak sehingga sulit untuk dihitung.

Awalnya, Mohd Ridzuan mengatakan orang yang menculiknya pernah menghubungi majikannya tetapi akhir-akhir ini pemilik kapal tersebut telah berhenti menjawab panggilan.

Mohd Ridzuan, yang berasal dari Pahang, diculik bersama empat rekannya dari Sabah, Tayudin Anjut, 45, Abd Rahim Summas, 62, Mohd Zumadil Rahim, 23, dan Fandy Bakran, 26.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kapal tunda mereka yang telah kosong ditemukan di perairan Dent Haven di daerah Tambisan, Lahad Datu, dekat perbatasan laut di selatan Filipina.

Sehari sebelum Mohd Ridzuan menelepon untuk meminta bantuan, Abu Rami dalam sebuah wawancara mengatakan penculik telah meminta 100 juta peso (Rp 26,7 miliar) untuk membebaskan warga Malaysia yang ditahan.

Sandera tersebut diyakini telah ditahan di Luuk, daerah di pulau Jolo oleh seorang pemimpin Abu Sayyaf yang dikenal sebagai Abu Khalif. Dia mengatakan sandera telah dipisahkan menjadi tiga kelompok.

Dan ketika ditanya apakah pemimpin Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) Nur Misuari dapat berkonsultasi untuk melepaskan korban, Abu Rami mengatakan: "Hanya jika dia memiliki 100 juta peso. Jika tidak, maka tidak."

Dia juga mengklaim tidak ada tentara yang muncul di lokasi di mana sandera itu ditahan, meskipun dengan adanya laporan bahwa tentara Filipina akan meluncurkan perang habis-habisan terhadap Abu Sayyaf.

Dalam beberapa pekan terakhir, kelompok teror penculikan untuk uang tebusan telah melepas sejumlah sandera di Filipina selatan, termasuk seorang warga Norwegia Kjartan Sekkingstad, empat warga Indonesia dan dua warga Filipina.

Pada awalnya dicurigai pelepasan mereka karena telah ditebus tetapi pemerintah Filipina membantah hal ini, mengatakan tidak ada toleransi untuk penculik.

Di bawah perintah Presiden Filipina Rodrigo Duterte, pasukan militer terus melancarkan serangan besar pada kelompok Abu Sayyaf beberapa minggu yang lalu dan berhasil membunuh sejumlah militan.
ASIA CORRESPONDENT|YON DEMA
Baca:
Tampil Buruk di Debat Capres, Donald Trump Salahkan Mikrofon
Wartawan Al Jazeera Naik Pitam di Debat Clinton vs Trump

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

2 jam lalu

Duta Besar RI untuk Federasi Rusia, Jose Tavares. ANTARA/HO-KBRI Moskow.
Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

BUMN energi nuklir Rusia, Rosatom, telah sejak lama menawarkan kerja sama pengembangan PLTN ke Indonesia


Ferdinand Marcos Jr Janji akan Balas Tindakan Beijing di Laut Cina Selatan

17 jam lalu

Bendera Filipina berkibar dari BRP Sierra Madre, sebuah kapal Angkatan Laut Filipina yang kandas sejak 1999 dan menjadi detasemen militer Filipina di Second Thomas Shoal yang disengketakan, bagian dari Kepulauan Spratly, di Laut Cina Selatan, 29 Maret 2014. REUTERS  /Erik De Castro
Ferdinand Marcos Jr Janji akan Balas Tindakan Beijing di Laut Cina Selatan

Ferdinand Marcos Jr. akan menerapkan tindakan balasan yang proporsional terhadap serangan Cina di Laut Cina Selatan.


Iran Bebaskan Semua Awak Kapal Tanker Minyak asal Filipina yang Disita di Teluk Oman

1 hari lalu

Teluk Oman telah melihat serangan drone lapis baja sebelumnya - pada tahun 2021 serangan Iran yang diduga menghantam kapal tanker Mercer Street. REUTERS
Iran Bebaskan Semua Awak Kapal Tanker Minyak asal Filipina yang Disita di Teluk Oman

Filipina mengatakan pada Rabu 27 Maret 2024 bahwa Iran telah membebaskan 18 awak kapal tanker minyak warga Filipina yang disita di Teluk Oman


Usai Insiden dengan Filipina, Cina Perketat Penjagaan di Laut Cina Selatan

4 hari lalu

Kapal militer Tiongkok beroperasi di Whitsun Reef di Laut Cina Selatan, 2 Desember 2023. Penjaga Pantai Filipina/Handout via REUTERS.
Usai Insiden dengan Filipina, Cina Perketat Penjagaan di Laut Cina Selatan

Kementerian Pertahanan Cina memperingatkan Filipina untuk berhenti melakukan tindakan "provokatif" di Laut Cina Selatan.


Filipina Ditunjuk sebagai Tuan Rumah Piala Dunia Bola Voli Putra 2025, Geser Posisi Indonesia

8 hari lalu

Ilustrasi Bola Voli. ANTARA FOTO/Andika Wahyu
Filipina Ditunjuk sebagai Tuan Rumah Piala Dunia Bola Voli Putra 2025, Geser Posisi Indonesia

Filipina mengalahkan Indonesia pada pengajuan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia Bola Voli Putra atau Mens World Championships 2025.


Jurnalis Asia Tenggara Luncurkan Jaringan Anti-korupsi Baru: JAC

8 hari lalu

Journalist Against Corruption (JAC) baru saja dibentuk beranggotakan 35 wartawan dari tujuh negara di Asia Tenggara pada Rabu, 20 Maret 2024. Para jurnalis di organisasi ini berkomitmen untuk meningkatkan liputan mereka mengenai isu-isu korupsi di kawasan Asia Tenggara. Tempo/Dokumentasi JAC
Jurnalis Asia Tenggara Luncurkan Jaringan Anti-korupsi Baru: JAC

Jaringan jurnalis antikorupsi ini bertujuan untuk menjadi platform untuk investigasi kolaboratif nasional dan regional serta kesempatan pelatihan.


Sembuh dari Pneumonia, Imelda Marcos Keluar dari Rumah Sakit

15 hari lalu

Imelda Marcos. AP/Pat Roque
Sembuh dari Pneumonia, Imelda Marcos Keluar dari Rumah Sakit

Mantan Ibu Negara Imelda Marcos keluar dari rumah sakit setelah pekan lalu dirawat karena pneumonia ringan.


Kanselir Jerman Olaf Scholz Serukan Deeskalasi di Laut Cina Selatan

15 hari lalu

Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengadakan konferensi pers di Berlin, Jerman, 12 Maret 2024. REUTERS/Liesa Johannssen
Kanselir Jerman Olaf Scholz Serukan Deeskalasi di Laut Cina Selatan

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan deeskalasi sengketa Laut Cina Selatan harus menjadi prioritas.


Dua Awak Kapal Filipina Tewas dalam Serangan Rudal Houthi di Teluk Aden

21 hari lalu

Militan Houthi yang didukung Iran di Yaman telah meningkatkan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah. REUTERS
Dua Awak Kapal Filipina Tewas dalam Serangan Rudal Houthi di Teluk Aden

Dua dari tiga awak kapal yang tewas dalam serangan mematikan Houthi di Teluk Aden dikonfirmasi sebagai warga negara Filipina.


Kelompok Transgender Filipina dan Thailand Baku Hantam, Apa Penyebabnya?

22 hari lalu

Ilustrasi tawuran / perkelahian / kerusuhan. Shutterstock
Kelompok Transgender Filipina dan Thailand Baku Hantam, Apa Penyebabnya?

Polisi Thailand membubarkan perkelahian antara kelompok transgender Filipina dan Thailand