INFO TRAVEL - Menteri Pariwisata Arief Yahya bukan kebetulan jika terus-terusan berbicara soal digitalisasi. Mantan Direktur Utama PT Telkom itu memiliki pengalaman bergulat dengan dunia teknologi selama lebih dari 30 tahun.
Tak heran jika dia mengusung “Go Digital Be the Best” dalam menggaet 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019. “Kalau ada platform yang lebih baik daripada digital, silakan bawa ke saya. Mari kita bedah, mari kita uji. Sejauh ini, saya masih berkeyakinan, hanya cara digital yang bisa mendapatkan hasil yang luar biasa,” ujarnya.
Arief mengatakan hal itu sebelum membacakan CEO Message #11, yakni the more digital, the more personal; the more digital, the more professional; the more digital, the more global.
Menurut dia, pemerintah harus melakukan transformasi digital. Tanpa itu, tak mungkin bisa mewujudkan visi menantang. “Saya akan serius merombak pola pikir dan cara kerja serta mendorong inisiatif digital di Kementerian Pariwisata,” katanya.
Salah satunya pusat kendali peperangan berupa perangkat berbasis digital yang memungkinkan Kemenpar mengambil berbagai keputusan secara cepat dengan berbasis pada data real time yang diberi nama War Room.
Selain itu, Kementerian Pariwisata sedang mempersiapkan infrastruktur online tentang pariwisata Indonesia. “Ini akan berfungsi super efisien sebagai alat yang mempertemukan supply dan demand industri pariwisata Indonesia,” ujar Arief.
Dengan alat tersebut Kementerian Pariwisata dapat menggunakan beragam aplikasi untuk menyentuh calon wisatawan secara personal, termasuk demografi, psikografi, dan perilaku konsumen.
“Selain itu, semakin digital maka cara kerja kita menggaet wisatawan akan semakin profesional, misalnya dengan memanfaatkan convergence media yang mengintegrasikan paid, owned, dan social media,” tuturnya.
Dari data ini, menurut Arief, bisa didapatkan perilaku konsumen yang jauh lebih presisi. Dan semakin digital, akan bisa menjangkau konsumen global dari mana pun dia berada di muka bumi ini. “Begitu kita menggunakan platform digital, kita bisa diakses oleh wisatawan dari mana pun di seluruh dunia,” ujarnya.
Saat ini, Menteri Arief, perilaku konsumen pariwisata sudah berubah jauh. Generasi milenial semakin terkoneksi dengan dunia digital. Jika pemerintah tidak mau mengikuti perubahan ini, pelan-pelan akan tergilas zaman.
Gaya hidup wisatawan dalam mencari informasi destinasi, membandingkan antarproduk, memesan paket wisata, dan berbagi informasi kini telah dilakukan secara digital. Singkatnya, mereka mencari dan membagi pengalaman wisata dengan menggunakan media sosial.
“Dalam mencari informasi, serta membeli dan mengonsumsi produk wisata, mereka telah menggunakan mobile device, melakukan engagement secara personal, dan interaksinya bersifat ‘two-way’ bahkan ‘many-to-many’ dengan cara berbagi dengan peers dan komunitasnya. Intinya, dengan menaruh uang sebagian besar di media digital, akan mendapatkan efektivitas yang jauh lebih tinggi,” kata Arief.