TEMPO.CO, Jakarta - Liga Inggris tengah dihebohkan kasus suap yang melibatkan sejumlah manajer di negara itu. Munculnya video aksi rakus Sam Allardyce—yang dijebak oleh sekawanan orang yang mengaku ingin bertransaksi bisnis ilegal dalam bisnis sepak bola—tampaknya akan terus berbuntut panjang. Terbongkarnya kelakuan miring Big Sam ini akan membuka tabir lain dari praktek buruk para manajer di Inggris.
Tak perlu menunggu lama. Setelah mengeluarkan hasil investigasinya, Daily Telegraph membuka pengakuan dari seorang agen pemain asal Italia, Pino Pagliara.
Pagliara, yang dilarang dari kegiatan sepak bola menyusul keterlibatannya dalam pengaturan skor pada 2005, menyebutkan praktek bisnis sepak bola di negeri itu sungguhnya kotor.
Setidaknya ada delapan manajer—yang kini aktif dan telah lengser dari klub di Liga Primer—yang berkelakuan sama seperti Allardyce, yakni rakus terhadap uang. Tudingan itu juga datang dari dua agen lainnya yang tidak disebutkan identitasnya.
Menurut Pagliara, proses transaksi transfer pemain tidak sepenuhnya berlangsung dengan terang-benderang, melainkan terdapat pula transaksi yang kerap disebut sebagai “transaksi bawah meja:. Mereka—tentu tak semua manajer—kerap meminta uang saat transfer pemain berlangsung dengan sukses.
“Istilahnya, ada secangkir kopi untuk saya?” kata Pagliara, menirukan gaya sang manajer yang meminta uang komisi dari keberhasilan transfer itu. Pagliara menyebut kata “bungs” sebagai istilah yang dikenal di sana.
Tapi siapa saja mereka sebenarnya? Telegraph tak menyebutkan nama. Namun, berdasarkan pengakuan Pagliara, para manajer itu biasanya memiliki akun di Bank Swiss—yang menampung uang hasil dari transaksi ilegal itu. Semacam pungutan liar memang. Sebab, tak pernah ada dalam klausul kontrak.
Uniknya, tak semua harus disetor dalam satu kali transfer, melainkan dalam jangka waktu tertentu, layaknya gaji bulanan. Hal ini diungkap agen lainnya, Dax Price—yang pernah berurusan dengan seorang pelatih yang disebutnya cukup berpengalaman—yang meminta rekeningnya disetori uang sebanyak 4 ribu pound sterling dari seorang pemain yang berhasil dibeli lewat tangannya.
Jenis manajer pun bisa ditengarai dari jam terbangnya. Menurut Pagliara, manajer yang sebelumnya berkarier sebagai pemain disebut lebih rakus dan terang-terangan dalam meminta komisi. “Mereka sering meminta tambahan bayaran. Sebab, mereka tak mendapatkan bayaran yang bagus dari klubnya.”
Kisah soal nakalnya seperti masih akan ramai dalam beberapa hari mendatang. Tidak hanya itu, tapi juga bisa mengguncang persepakbolaan di Negeri Tiga Singa.
HUFF | TELEGRAPH | IRFAN
Baca:
Asisten Pelatih Southampton Terjerat Kasus Serupa Allardyce
MU Menang di Liga Europa, Mourinho Puji Rooney dan Ibra
Inter Kalah Lagi di Liga Europa, Begini Analisis De Boer
Jet Pribadi Ronaldo Alami Kecelakaan di Barcelona