INFO TRAVEL - Menteri Pariwisata Arief Yahya mempopulerkan rumus 3A untuk pengembangan destinasi pariwisata. Tiga ukuran itu untuk menilai kesiapan sebuah destinasi dipromosikan, yakni atraksi, akses dan amenitas.
Dalam rapat pimpinan pada 25 Oktober 2016 yang berlangsung di lantai 16, Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Arief membedah 3A yang lain, yakni airlines, airports, dan authority, atau maskapai penerbangan, bandara, dan pemangku kewenangan.
Mantan Direktur Utama PT Telkom Indonesia itu menjelaskan, sekitar 75 persen wisatawan mancanegara datang ke Indonesia melalui udara, sisanya 24 persen lewat laut, dan hanya 1 persen yang menggunakan jalur darat.
Celakanya, kata Arief, wisatawan mancanegara itu masuk dari pasar utama destinasi wisata sebagian besar masih melalui transit, bukan penerbangan langsung. “Padahal mereka pasti menginginkan datang ke berbagai destinasi yang kita tawarkan secara langsung, jadi enggak ribet,” ujarnya.
Karena itu, kata dia, aksesibilitas udara sangat krusial bagi pencapaian target wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta pada 2019. Persoalan lain di sektor pariwisata tidak akan terselesaikan apabila masalah akses udara tidak selesai dengan cepat.
Cara membenahinya dengan tiga aspek utama, yakni memastikan kemudahan pengembangan rute baru ke pasar utama wisatawan mancanegara, memastikan ketersediaan kapasitas penerbangan di bandara, serta pembenahan dalam ketersediaan traffic right.
“Untuk gampangnya saya singkat menjadi 3ª, yaitu airlines, airport, authorities,” kata Arief.
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) telah meminta dukungan kemudahan perizinan bagi pembukaan rute baru kepada Kementerian Perhubungan. Tak hanya itu, Kemenpar juga mendorong agar bandara di 10 destinasi prioritas (Silangit, Tanjung Pandan, Labuan Bajo, Matahora, Morotai) menjadi bandara internasional.
Sejumlah maskapai penerbangan, seperti Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, dan Sriwijaya Air, telah mengajukan permohonan izin rute baru. Sayangnya, Garuda Indonesia belum melaksanakan janji rute Chengdu-Bali, Xiamen-Bali, Mumbai-Jakarta.
“Saya katakan ke Garuda Indonesia, untuk pasar-pasar baru yang green field seharusnya menggunakan pendekatan strategi leading supply. Jadi supply dulu, baru demand terbentuk,” ujar Arief.
Untuk Angkasa Pura 1 dan 2, Menteri Arief telah mengklarifikasi status pengembangan infrastruktur, seperti perluasan Bandara Silangit, Tanjung Pandan, Tanjung Lesung (Banten), Kulon Progo, Surabaya, Lombok, Labuan Bajo, dan Morotai. (*)