TEMPO.CO, Gianyar - Penulis Dewi 'Dee' Lestari berbagi cerita tentang pengalamannya menulis novel Supernova di Bentara Budaya Bali, Gianyar, dalam acara Dialog Sastra #53 yang bertajuk Merayakan 15 Tahun Supernova, Jumat, 28 Oktober 2016. Dialog sastra ini merupakan kerja sama dengan Ubud Writers and Readers Festival 2016.
"Supernova bagi saya sudah jadi cerita klasik. Kita merayakan 15 tahun sebuah serial," kata Dee di hadapan ratusan pengunjung yang hadir.
Dee menceritakan Supernova merupakan sebuah karya yang lahir dari perenungannya tentang konflik agama di Indonesia. "Tahun 1998 Indonesia sedang digoyang konflik agama yang tajam dan efeknya sangat merusak, terjadi di beberapa daerah. Masa transisi besar bagi negara kita," ujarnya.
Konflik agama, tutur dia, sangat mengusik pikirannya saat itu. Menurut Dee, saat bersinggungan dengan agama atau konsep ketuhanan yang berbeda, perilaku manusia bisa menjadi sangat kontradiktif. "Manusia melakukan hal yang jauh dari agama dan ketuhanan bisa kejam. Kesadisan tidak terkira bisa muncul," tuturnya.
Berawal dari persoalan itulah, kata Dee, dia melakukan penelusuran spiritual. Ia pun mulai mengumpulkan buku-buku tentang agama dan bermacam-macam aliran kepercayaan. Dari penelusuran itu tumbuh keinginan dalam dirinya untuk berbagi pengetahuan.
"Umur saya baru 23 tahun. Siapa yang mau dengar umur segitu ngomongin spiritualitas," kata Dee.
Dee menambahkan, dari sana ia kemudian tertarik untuk mengemasnya menjadi sebuah tulisan fiksi. "Fiksi jadi pilihan karena hobi dari umur 9 tahun. Saya mengkhayalkan buku saya dijual di toko buku," katanya.
Seiring berjalannya waktu, Supernova pun terus lahir dalam berbagai seri. Dee menjelaskan Supernova selalu memiliki ciri khas berbaur dengan ketertarikan terhadap topik tertentu di masa tertentu.
"Ini jadi ciri khas Supernova. Menulis Supernova pertama ketertarikan saya pada sains," tuturnya. "Saya bukan sains, saya lulusan FISIP jurusan hubungan internasional, enggak ada nyambung-nya."
Namun, menurut dia, sains yang menjadi hal baru bagi dirinya ibarat sebuah barang yang sangat segar. Sains berhubungan dengan kesadaran. Selain itu, Dee menambahkan sains dan spiritualitas tidak perlu bertentangan.
"Itulah yang menjadi warna Supernova pertama. Diawali motivasi, ingin menggenapi khayalan umur 9 tahun," katanya.
BRAM SETIAWAN