TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu tak menampik dugaan adanya kelompok radikal yang mencoba memanfaatkan unjuk rasa 4 November 2016, untuk beraksi. Meskipun begitu, dia tegas mengatakan bahwa pemerintah dan aparat sudah bersiap untuk segala kemungkinan.
"Soal (kelompok radikal) saya ada nalurinya. Ya, kita siap, kalau ada tangkap saja," ujar Ryamizard di sela pameran Indo Defence di kawasan Kemayoran, Jakarta Utara, Rabu, 2 November 2016.
Menurut Ryamizard, sikap Kementerian Pertahanan sudah selayaknya militer, terutama dalam mendeteksi kelompok radikal. Menurutnya sudah sikap tentara untuk menganalisa kemungkinan sekecil apapun, seperti kemungkinan adanya kelompok radikal di antara demonstran unjuk rasa tersebut.
"Kemungkinan ada, ya ada. Kalau tak terjadi (aksi radikal) tak apa, kalau terjadi kita siap," tuturnya.
Keterlibatan kelompok radikal dalam unjuk rasa yang dipicu dugaan penistaan agama itu, sempat diungkapkan peneliti bidang terorisme Sidney Jones.
Dia mengaku mendapat informasi terkait kelompok radikal, yang memerintahkan pengikutnya untuk memanfaatkan demo pada Jumat pekan ini. Kelompok ini, katanya, diduga merupakan ISIS.
Dia pun mengatakan potensi kekacauan jelang Pemilihan Kepala Daerah 2017 sudah ada sejak lama, jauh sebelum munculnya dugaan penistaan agama yang melibatkan calon Gubernur DKI inkumben Gubernur Basuki Tjahaja.
Contoh kasus yang diungkapnya adalah penyerangan tiga polisi di Tangerang, oleh pelaku yang diindikasi terkait ISIS. Pelaku yang menyerang polisi dengan golok, diketahui merupakan ahli IT yang terpapar radikalisme melalui dunia maya.
YOHANES PASKALIS