TEMPO.CO, Jakarta - Brand ponsel asal Cina, Vivo, telah membangun pabrik di Indonesia demi memenuhi peraturan pemerintah terkait dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Menurut Chief Marketing Officer Vivo Mobile Indonesia Kenny Chandra, saat ini, Vivo telah memenuhi 20 persen TKDN dan bertekad untuk terus mengikuti peraturan pemerintah yang menetapkan persyaratan 30 persen TKDN pada Januari 2017.
"Sekarang masih 20 persen. Kita akan sesuaikan dengan regulasi yang ada," kata dia saat ditemui usai peluncuran Vivo Y55 di Jakarta, Kamis, 3 November 2016.
Untuk memenuhi regulasi tersebut, Kenny mengungkapkan Vivo telah bekerja sama dengan sejumlah perusahaan start up.
"Membangun software lokal karena itu juga masuk dalam persentase TKDN," ujar dia.
Sayangnya, Kenny tidak mau menjawab saat ditanya perusahaan rintisan apa yang diajak bergabung. "Belum bisa disebutkan, yang pasti ada hubungannya dengan Vivo. Lebih ke kamera," kata dia.
Kenny menuturkan, saat ini, pabrik Vivo yang berlokasi di Cikupa, Tangerang, tersebut memiliki kapasitas produksi 50.000 sampai 100.000 unit untuk semua lini smartphone.
Sementara itu, terkait dengan layanan purna jual, saat ini, Vivo telah memiliki lebih dari 30 service center. Untuk meningkatkan layanan pengguna, Vivo juga akan memperluas layanan purna jual dengan membangun service center. "Sebaran produk yang pasti 30-40 persen di area Jawa. Sumatera, Jawa, dan Kalimantan masih yang paling besar," ujar Kenny.
"Kalau service center, kami masih sampai ke area Sulawesi. Namun, dalam waktu dekat ini, kami akan bangun di wilayah Papua," tuturnya.
ANTARA