TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuan Chelsea dan Manchester City pada Sabtu malam nanti dapat diibaratkan sebagai pertemuan dua kutub yang saling berseberangan dalam filosofi sepak bola.
Manajer Chelsea, Antonio Conte, merupakan penganut gaya sepak bola negatif yang diwariskan dari tanah leluhurnya, Italia. Guardiola, di sisi lain, adalah seorang penganut total football yang dimodifikasi menjadi tiki taka ala Barcelona.
Fakta bahwa total football ala Guardiola belum sepenuhnya klop dengan atmosfer sepak bola di dataran Inggris tak dapat dihindari. Manchester City yang sempat cemerlang pada enam laga awal dan berhasil memuncaki klasemen kesulitan meraih poin penuh pada tujuh pertandingan terakhir. City harus menelan satu kekalahan, tiga hasil imbang dan hanya menang tiga kali dalam dua bulan terakhir.
Sementara Conte perlahan tapi pasti menemukan racikan yang pas bagi Chelsea. Sejak kembali ke pakem favoritnya dengan tiga bek tengah dua bulan lalu, Chelsea tak kehilangan satu angka pun dari tujuh laga itu. Yang lebih fantastis, pasukan London Biru hanya kebobolan satu gol saja dalam periode yang sama.
Dengan kondisi seperti itu, tekanan tentu akan lebih terasa pada Guardiola. Pria Spanyol itu harus memutar otak untuk menemukan racikan yang pas demi mengalahkan Chelsea. Apalagi mereka bermain di depan pendukungnya sendiri.
“Pertanyaannya adalah bukan lagi bagaimana Conte akan menerapkan taktik untuk menghadapi skuad Guardiola, tetapi sebaliknya. Bagaimana Guardiola akan meracik timnya untuk mengalahkan Chelsea?” tulis pengamat sepak bola Inggris, Michael Cox, di laman ESPNFC.
Hal itu diakui oleh Guardiola secara pribadi. Dia menyatakan bahwa Chelsea merupakan tim terbaik di Liga Inggris saat ini dan dia harus memutar otak untuk membongkar permainan Chelsea yang sangat solid.
“Saya harus mencari cara untuk membongkar ‘rahasia’ Chelsea dan memenangkan laga nanti. Mereka adalah salah satu tim terbaik di Liga Primer Inggris saat ini yang tampil sangat solid baik dalam menyerang maupun bertahan,” ujarnya.
Guardiola diprediksi akan menumpuk pemain di lini tengah serta menahan dua bek sayapnya untuk tak terlalu sering maju ke depan. Hal ini penting untuk menghentikan serangan balik cepat Chelsea sejak lini tengah dan mengantisipasi pergerakan dua bek sayap Chelsea – Victor Moses dan Marcos Alonso – yang kerap maju membantu penyerangan.
Racikan seperti itu pernah diterapkan Guardiola ketika mereka mengalahkan Barcelona dengan skor 3-1 awal November lalu. Kedisiplinan Pablo Zabaleta dan Aleksandar Kolarov mampu meredam kekuatan sayap Barcelona yang diisi oleh Lionel Messi, Neymar Jr, Sergi Roberto, dan Lucas Digne.
Dari kubu Chelsea, Victor Moses, menilai bahwa City merupakan ujian berat bagi timnya. Namun menurut dia, Chelsea saat ini berada dalam kondisi terbaiknya karena setiap pemain saling bahu membahu baik di dalam mau pun di luar lapangan.
Karena itu, dia yakin pasukan Singa London akan mampu meraih kemenangan pertama atas Manchester City dalam dua tahun terakhir. Di ajang Liga Primer Inggris, sejak Februari 2014, mereka belum pernah menang.
“Kami saling berbicara satu sama lain, saling menyemangati baik di dalam mau pun di luar lapangan. Saya yakin musim ini kami akan bisa melakukan banyak hal hebat,” ujarnya.
ESPNFC|MANCHESTEREVENINGNEWS|DAILYMAIL| FEBRIYAN