TEMPO.CO, Jakarta - Para anggota keluarga dan kerabat melayat ke kediaman Menteri Keuangan era Presiden Soeharto, Marie Muhammad, yang wafat pada Ahad dinihari, 11 Desember 2016. Rumah Marie di Jalan Brawijaya III, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang asri tampak ramai dengan banyak karangan bunga dari para pelayat.
Dari pengamatan Tempo, sedikitnya ada 14 karangan bunga dan masih terus berdatangan karangan bunga lain. Karangan bunga itu di antaranya dari pimpinan KPK, Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Rahmat Waluyanto, pimpinan dan keluarga besar Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, serta Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Sekitar pukul 08.36, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati datang. Dia disambut mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said yang lebih dulu tiba. Sri mengenakan baju hitam dengan selendang batik kuning, sedangkan Sudirman Said memakai batik cokelat dan kopiah hitam.
Beberapa menit kemudian, mantan wakil presiden Boediono tiba. Pejabat lain yang juga melayat adalah Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Ardan Adiperdana. Ada juga Ketua Palang Merah Indonesia Pusat Muhammad Muas.
Jalanan di sekitar rumah duka tampak macet karena orang yang melayat berhenti di depan pagar. Banyaknya pelayat tampak sampai teras dan garasi rumah. Adapun polisi yang mengatur lalu lintas berasal dari Kepolisian Sektor Kebayoran Baru dan Kepolisian Resor Jakarta Selatan.
Marie meninggal pada usia 77 tahun. Menteri Keuangan era Presiden Soeharto tersebut mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 01.30 di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, Cawang, Jakarta Timur.
Diangkat sebagai Menteri Keuangan oleh Presiden Soeharto pada 17 Maret 1993, Marie dikenal sebagai pejabat yang menolak dana taktis dan anggaran perjalanan dinas yang dinilai terlalu besar. Bahkan, dalam kepemimpinan Marie di Kementerian Keuangan, Indonesia pernah menjadi pelopor di Asia Tenggara dalam bidang perekonomian pada awal 1997.
REZKI ALVIONITASARI | DANANG FIRMANTO