Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Komunitas Instagram Belajar Budaya Dan Sejarah Pemakaman di Indonesia

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan

Ruri Hargiyono mulai mengunjungi pemakaman saat masih kecil ketika dia kehilangan ayahnya.

Dia mengunjungi makamnya hampir setiap hari, dan sering menyelesaikan pekerjaan rumahnya di sana sepulang sekolah.

Baca juga:

"Ini tempat yang tenang dan saya menikmati kesendirian, jauh dari kebisingan Jakarta yang ramai," kata Hargiyono kepada wartawan ABC Australia Erwin Renaldi .

"Ketika saya perlu menemukan kedamaian, saya mengunjungi pemakaman.

"Sekarang lebih menyenangkan, karena aku tidak perlu pergi sendiri."

Baca juga:

Hargiyono adalah bagian dari komunitas berbasis Instagram baru di Jakarta, yang menamakan diri Indonesia Graveyard, yang didedikasikan untuk menjelajahi masa lalu bangsa Indonesia melalui makam-makam warganya.

Dia menjelajahi bangunan bersejarah di dan sekitar ibukota bersama temannya Deni Priya Prasetia, yang ia temui di sebuah klub sejarah di Jakarta.

Berbagi semangat masing-masing untuk sejarah dan fotografi, mereka mulai mendokumentasikan kisah-kisah yang tak terhitung dari tempat-tempat pemakaman kota dan mendirikan kelompok Indonesia Graveyard atau Makam Indonesia pada tahun 2016.

Perempuan  di pemakaman
Pekuburan ditemukan kembali sebagai sebuah tautan historis kepada kekayaan budaya Indonesia di masa lalu.

Reuters: Beawiharta

Mereka mengunggah foto-foto kuburan dari seluruh Indonesia, diberi keterangan dengan fakta-fakta sejarah, dengan harapan menarik lebih banyak orang muda yang tertarik dengan sejarah Indonesia ke situs-situs ini.

Hargiyono mengatakan dia kagum dengan respon sejauh ini, dimana pengiriman foto yang mengalir dari tempat pemakaman di seluruh Indonesia.

"Banyak teman saya bahkan memberi tahu saya bagaimana mereka menikmati kunjungan ke pemakaman sekarang," katanya.

"Ke mana pun mereka bepergian, mereka mengatakan mereka ingin berkunjung ke salah satu pemakaman dan mengambil foto untuk kami."

Terkubur di masa lalu

Makam dari pekuburan warga Belanda di Jakarta
Sebuah makam penuh dengan ornament di pekuburan warga Belanda di Jakarta dengan tulisan "rust in vrede", yang merupakan terjemahan dari "rest in peace".

Supplied: Indonesia Graveyard

Pemakaman di Indonesia lebih dari sekedar tempat peristirahatan terakhir; banyak orang Indonesia percaya bahwa mereka adalah rumah bagi roh leluhur dan segala macam hantu yang dipenuhi dengan energi mistik.

Energi-energi ini dianggap memungkinkan roh seseorang untuk mendukung dan melindungi keturunan mereka, atau muncul kembali sebagai jenis hantu yang disebut "pocong" di Indonesia.

Namun, para pendiri Indonesia Graveyard mencoba mengubah persepsi tentang kuburan sebagai tempat yang sepi dan menakutkan.

Menurut Prasetia, kuburan tua sering menampilkan huruf Arab atau China di samping tulisan Indonesia, serta arsitektur eklektik dari periode dan budaya yang berbeda yang membuat kunjungan ke pemakaman menjadi lebih menarik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kami mencari informasi dari batu nisan mereka - siapa mereka, dari mana asalnya," kata Prasetia kepada ABC.

Dia terpesona dengan cerita orang-orang mengenai batu-batu itu.

"Kita dapat merenungkan apa yang mereka lakukan, dan apa yang mereka sumbangkan untuk masyarakat kita."

Berjuang untuk menyelamatkan sejarah yang terlupakan

Makam Habib Kwitang
Makam Ali Abdurrahman Alhabsyi, yang dikenal sebagai Habib Kwitang, salah satu ulama pertama yang membawa Islam ke Indonesia.

Supplied: Indonesia Graveyard

Deni Priya Prasetia mengatakan kuburan paling megah yang pernah dilihatnya adalah sebuah makam yang tersembunyi di sebuah pemakaman di Slipi, pinggiran Jakarta.

Mausoleum ini adalah tempat peristirahatan terakhir Oen Giok Khouw, yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Hindia Belanda.

Dia membangun kekayaannya sebagai salah satu pemilik bank kolonial di tahun 1880-an, dan membuat sejarah ketika dia dihormati oleh Ratu Wilhelmina dari Belanda sebagai utusan China di Hindia Belanda.

Dibangun oleh arsitek Italia, makam bergaya art deco itu dianggap makam paling mahal yang pernah dibangun di Asia Tenggara, dan kini telah menjadi objek wisata.

Taman Prasasti Jakarta
Banyak tokoh yang dikenal dari masa pemerintahan Kolonial Belanda dimakamkan di pemakaman Taman Prasasti Belanda.

Supplied: Indonesia Graveyard

Ruri Hargiyono mengatakan Taman Prasasti, sebuah kuburan tua di mana para kolonial Belanda dimakamkan, bahkan lebih mengesankan.

Kompleks yang dibangun pada 1795, dianggap sebagai salah satu kuburan modern tertua di dunia.

"Sungguh menakjubkan melihat bagaimana teknologi saat itu digunakan untuk membawa patung-patung dari Eropa ke Jakarta," kata Hargiyono.

Pemakaman warga  China yang ditelantarkan
Kuburan pemimpin pertama masyarakat China di era kolonial ini sampai saat ini hampir sepenuhnya dilupakan. (Dipasok)

Supplied

Di Jakarta Pusat, para pendiri organisasi ini juga menemukan kembali makam Suow Beng Kong, pemimpin pertama masyarakat Tionghoa di Jakarta selama periode penjajahan Belanda.

Ruri Hargiyono mengatakan tidak banyak penduduk Jakarta yang tahu siapa Suow Beng Kong dan makamnya, yang dikelilingi oleh perumahan padat di Jakarta Pusat dan hampir dilupakan – saking padatnya sehingga, pada satu titik pernah dibangun toilet di atasnya.

Sekarang sebuah yayasan yang berdedikasi sedang mencoba untuk melestarikan kuburan itu dan mempromosikan makam Suow Beng Kong sebagai situs bersejarah.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada