Sebuah klub bernama Forum Poligami Indonesia (FP Indonesia) aktif menggelar "cara kilat dapat istri empat" melalui serangkaian bimbingan dan pelatihan di berbagai kota. Peserta dipungut biaya jutaan rupiah untuk kelas sehari penuh.
Kontroversi Kelas Poligami:
- Topik yang ditawarkan meliputi cara cepat mendapatkan empat istri dan menghindari perceraian
- Penyelenggara menyatakan kegiatan ini tidak melanggar aturan yang ada
- Penentang menyebut poligami merusak kaum wanita secara psikologis dan ekonomis
Meski sejumlah pengamat menyebut kebanyakan masyarakat Indonesia tidak menyetujui praktek poligami, namun ada sebagian yang mendukung pernikahan dengan lebih dari satu istri ini.
FP Indonesia tampaknya melihat peluang tersebut terutama di kalangan pria Muslim konservatif dan memberikan tawaran untuk mengikuti bimbingan dan persiapan kehidupan poligami.
Menurut FP Indonesia, mereka bahkan menyediakan bimbingan bagi mereka yang benar-benar sudah siap untuk memulai poligami dalam kelas yang mereka adakan.
Salah satu penyelenggara, Vicky Abu Syamil (32 tahun), menyatakan mereka ingin membimbing dan mendidik Muslim yang serius ingin memasuki kehidupan poligami.
Dalam brosur FP Indonesia yang beredar di media sosial disebutkan, peserta dipungut biaya Rp 3,5 juta untuk satu kali kelas.
Kelas ini dibatasi hingga 20 peserta dan khusus peserta wanita dan alumni peserta sebelumnya akan diberikan diskon 50 persen.
Materi seminar ini meliputi bagaimana memulai dan membina rumahtangga poligami, cara cepat mendapatkan empat istri, serta bagaimana mencegah perceraian dalam keluarga poligami.
Abu Syamil menjelaskan ada satu kaidah yang dia yakini, yaitu al ilmu qobla qoul wa amal, artinya ilmu didahulukan sebelum perkataan dan perbuatan.
"Tentu ilmu yang berasal dari langit, disampaikan oleh manusia terbaik dan telah teruji di setiap zaman. Yaitu Alquran dan Sunnah," katanya
FP Indonesia telah menggelar berbagai kelas sehari di berbagai kota dan kelas berikutnya dijadwalkan akan digelar pada pertengahan April di Jakarta.
"Dari sejuta pria hanya satu yang menolak poligami"
Seorang pria asal Jember yang secara terbuka menjalani kehidupan poligami yaitu Fadil Muzakki Syah, putra dari seorang tokoh agama setempat.
"Saya masih yakin pepatah lama. Dari sejuta perempuan, hanya satu yang rela dipoligami. Sebaliknya, dari sejuta pria, hanya satu yang menolak poligami," ucap Fadil seperti dikutip Jawapos beberapa waktu lalu.
Fadil mengakui peran istri pertamanya sangat besar, karena tanpa restunya, Fadil tidak akan bisa menikahi istri kedua dan ketiganya.
Menurut Nina Nurmila dari Komnas Perempuan, meski para suami yang mendukung poligami cenderung menampilkan keharmonisan rumahtangga, namun kebanyakan istri yang dipoligami sebenarnya mengalami penderitaan, baik secara psikologis maupun ekonomis.
Nina, yang riset PhD-nya di University of Melbourne membahas kehidupan poligami di Indonesia, menjelaskan dalam penelitiannya ditemukan bahwa para istri yang dipoligami itu selalu terpinggirkan.
Para istri kedua, katanya, selalu berada di posisi yang tidak menguntungkan karena pernikahan mereka jarang yang dicatatkan di KUA. Hal itu menyebabkan mereka tidak memiliki posisi hukum jika terjadi sengketa harta rumahtangga.
Meski pekan ini media di Indonesia melaporkan hanya 879 permohonan izin poligami yang dikabulkan oleh pengadilan agama di Indonesian sepanjang 2018, namun Nina memperkirakan ada sekitar 5 persen rumahtangga yang mempraktekkan poligami.
Aminuddin Yaqub dari majelis fatwa MUI yang dihubungi ABC menjelaskan, pihaknya belum pernah menerima pengaduan atas digelarnya kelas-kelas poligami di berbagai kota.
MUI juga, katanya, tidak dalam posisi melarang praktek poligami dan sikap lembaga ormas-ormas Islam ini terkait poligami sudah sangat jelas.
"Poligami itu dibolehkan. Artinya, bukan wajib, tidak dianjurkan, dan tidak dilarang. Namun bisa menjadi haram jika mendatangkan kemudaratan bagi keluarga bersangkutan," kata Aminuddin kepada ABC.
Nina Nurmila memperkirakan praktek poligami tidak akan dilarang di Indonesia dalam waktu dekat, terutama karena para pria yang mendominasi perpolitikan tidak menjadikannya sebagai isu politik.
"Saya kira kontroversi ini akan terus berlangsung. Upaya menjadikan poligami ilegal belum akan berhasil dalam 10 hingga 20 tahun ke depan," ujarnya.
Anda bisa membaca artikelnya dalam bahasa Inggris di sini
Simak berita menarik lainnya dari ABC Indonesia.