"Bagaimana keterlibatan Anda dalam gosip?"
Ini ajadi pertanyaan yang selalu diajukan Kelsey McKinney, host program podcast 'Normal Gossip' kepada pendengarnya.
Tercermin dari namanya, podcast ini membahas aktivitas menggosip tentang orang "normal" atau biasa, bukan selebriti.
Setiap pekan, Kelsey mengundang tamu dan mengobrol soal teman dari temannya, yang benar-benar orang asing dan 'random' baginya.
Ceritanya beragam mulai dari skandal sampai pertengkaran antar tetangga yang kemungkinan mengikuti sebuah sekte.
Bergosip jadi sebuah 'guilty pleasure', kita merasa bersalah saat bergosip, tapi juga menikmatinya.
Haruskah kita melepaskan rasa bersalah saat bergosip dan adakah sisi positifnya?
Sisi 'positif' gosip
Gosip sudah sejak lama dipandang sebagai kebiasaan buruk, namun psikolog sosial asal Amerika Serikat, Frank T. McAndrew, mengatakan kebanyakan gosip sifatnya netral dan bahkan seringkali positif.
"Masyarakat tidak bisa berfungsi tanpa gosip," ujarnya.
"Itu adalah cara kita untuk tahu apa yang terjadi di kehidupan orang lain dan bagaimana kita memantau reputasi mereka."
Karena menurutnya penting sekali untuk mengetahui siapa yang bisa dipercaya dan siapa yang suka berbuat curang.
"Ini menjadi cara untuk membuat orang tidak berbuat semena-mena dan memaksa mereka untuk menjadi warga yang baik," katanya.
"Ini juga menjadi aktivitas yang membuat orang-orang jadi erat."
Host podcast 'Normal Gossip' mengatakan alasan utama mengapa gosip punya kesan buruk adalah karena bergosip itu sangatlah penting.
"Gosip pada umumnya adalah alat bagi mereka yang tidak punya kekuatan di masyarakat, seperti perempuan dan orang kulit berwarna," kata Kelsey.
Ditentang kebudayaan
Dimulai dari sebuah percakapan saat ibu-ibu melahirkan, gosip sudah lama dikaitkan dengan perempuan dan kelompok minoritas lainnya.
Tapi kenyataannya lebih dari itu.
Kalau Anda generasi milenial yang mengalami pubertas di tahun 2000-an, mungkin sempat mengalami tahun-tahun keemasan gosip untuk selebriti.
Dengan hadirnya internet, blog gosip mulai bermunculan.
Salah satu gosip terhangat di masanya adalah kehidupan Britney Spears, yang sempat mencukur habis rambutnya.
Sekarang tidak hanya selebriti, kita pun menikmati gosip dari orang tidak dikenal di Reddit, Twitter atau Facebook.
Ini membuktikan jika kita sebenarnya hanya tertarik mendengarkan kisah orang lain.
Namun gosip adalah hal yang seringkali ditentang kebudayaan, kebanyakan agama juga tidak menyetujuinya.
Kelsey yang tumbuh dalam keluarga religius dulu percaya bahwa gosip adalah dosa.
"Selama kecil saya berdoa agar Tuhan mengambil keinginan saya untuk bergosip," katanya. "Tapi ini tentu saja tidak terjadi!"
Tapi bukan hanya karena takut dosa saja, bergosip memang seringkali dianggap hal yang tidak baik.
Entah di sekolah, tempat kerja atau waktu berkumpul sama teman, orang yang suka bergosip dianggap sebagai seseorang yang tidak bisa dipercaya.
Konotasi gender tertentu juga sering dikaitkan dengan aktivitas bergosip.
Lalu, adakah kegunaan lain dari bergosip?
Penelitian yang dilakukan Eshin Jolly dari Dartmouth menemukan hal-hal baik lainnya dari bergosip.
"Temuan kami adalah bergosip membantu mengurangi keraguan di masyarakat, yang bisa saja berguna. Misalnya membantu memperjelas motivasi perilaku seseorang dan apakah perilaku itu bisa diterima atau tidak," katanya.
Tapi apakah sesuatu harus memiliki moral yang bagus untuk bisa dianggap bernilai? Karena gosip bisa saja dilihat sebagai aktivitas yang sangat mengasyikkan.
Mungkin keterlibatan dan hubungan kita dengan gosip tidak perlu rumit. Tapi keberadaannya memang penting juga.
"Manusia dibentuk lewat evolusi untuk menemukan hal-hal yang tidak bisa ditahan, yang penting bagi kelangsungan hidup," kata Dr McAndrew.
"Jadi gosip itu seperti donat dan seks, kita tidak bisa hidup tanpanya."
Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan ABC Everyday dalam bahasa Inggris