Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Giliran Ratusan Karyawan Twitter Memilih Keluar karena Diminta Bekerja Lebih Lama

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan
Diperkirakan sudah ada ribuan karyawan Twitter yang dipecat atau mengundurkan diri. (Reuters: Carlos Barria )

Ratusan karyawan Twitter diperkirakan akan meninggalkan perusahaan sosial media tersebut, setelah ada ultimatum dari pemilik barunya, miliarder Elon Musk.

Elon meminta karyawannya untuk mau bekerja "bekerja lebih lama dengan intensitas tinggi" atau pilihan lainnya adalah keluar.

Baca juga:

Dalam jajak pendapat menggunakan aplikasi Blind, 42 persen pekerja Twitter memilih untuk "mengambil opsi keluar, saya bebas!"

Aplikasi tersebut memverifikasi karyawan lewat email kantor mereka dan mereka bisa berbagi informasi secara anonim.

Seperempat memilih untuk tetap bekerja, "enggan", dan hanya tujuh persen yang memilih "ya untuk tetap tinggal, saya hardcore".

Baca juga:

Dua sumber mengatakan kantor Twitter akan ditutup dan menghentikan akses bagi karyawannya sampai Senin (21/11).

Menurut seorang sumber, petugas keamanan gedung mulai mengusir karyawan keluar kantor, Kamis (17/11) kemarin.

Elon sudah bertemu dengan beberapa karyawan papan atas, mencoba meyakinkan mereka supaya tetap tinggal, ujar salah satu karyawan.

Masih belum diketahui berapa banyak karyawan Twitter yang memilih tetap tinggal, tapi angkanya menunjukkan sejumlah karyawan yang enggan untuk tetap bekerja di perusahaan yang setengah karyawannya sudah dipecat oleh Elon, termasuk jajaran manajemen.

Elon juga dituduh karyawannya telah mengubah budaya kerja dengan meminta jam kerja lebih panjang dengan kecepatan yang intens.

Tim komunikasi Twitter, yang beberapa anggotanya sudah keluar, tidak menanggapi permintaan untuk memberikan tanggapan soal ini.

Karyawan pilih berhenti kerja secara sukarela

Di platfrom Slack, grup privat yang berisi karyawan dan mantan karyawan Twitter, sekitar 360 orang telah bergabung dengan 'channel' baru bernama "voluntary-layoff" atau PHK secara sukarela, menurut seseorang yang mengetahui keberadaan grup tersebut.

Kamis sore (17/11), lebih dari dua puluh karyawan Twitter di seluruh Amerika Serikat dan Eropa mengumumkan pengunduran diri mereka lewat unggahan di Twitter, yang sudah ditinjau oleh kantor berita Reuters, meski setiap pengunduran diri tidak dapat diverifikasi secara independen.

Sehari sebelumnya, Elon mengirim email kepada karyawan Twitter, mengatakan: "Ke depannya, untuk membangun terobosan Twitter 2.0 dan berhasil di dunia yang semakin kompetitif, kita harus sangat hardcore [keras]".

Email tersebut meminta staf untuk mengklik "ya" jika mereka ingin bertahan.

Mereka yang tidak memberikan tanggapan hingga pukul 5 sore di hari Kamis dianggap telah berhenti dan diberikan paket pesangon, kata email tersebut.

Ketika tenggat waktu mendekat, karyawan berebut untuk mencari tahu apa yang harus dilakukan.

Satu tim di dalam Twitter memutuskan bersama-sama meninggalkan perusahaan, kata seorang karyawan yang keluar kepada Reuters.

Untuk menyindir Elon yang meminta karyawannya menjadi 'hardcore', sejumlah pakar teknisi yang keluar menulis di profil Twitter mereka sebagai 'softcore engineers' atau 'ex-hardcore engineers'.

Perusahaan-perusahaan Elon dikenai sejumlah tuduhan

Kekacauan yang sedang berlangsung di Twitter datang di saat yang kurang menguntungkan bagi miliarder Elon.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sekarang ia digugat oleh karyawan difabel di Twitter karena ia memilih untuk bekerja secara jarak jauh.

Elon juga dituduh telah melanggar undang-undang perburuhan di SpaceX.

Beberapa karyawan SpaceX dipecat setelah menulis surat terbuka yang mengecam perilaku Elon. Kini mereka sudah mengajukan keluhannya ke lembaga hubungan perburuhan nasional di Amerika Serikat (NRLB).

Surat itu, yang sudah beredar Juni lalu, meminta jajaran eksekutif SpaceX untuk mengecam perilaku Elon di Twitter, termasuk membuat tuduhan jika dia pernah melakukan pelecehan seksual terhadap seorang pramugari, serta meminta pertanggungjawaban semua orang atas perilaku yang tidak dapat diterima.

Surat tersebut dikirim beberapa minggu setelah muncul laporan di media jika Elon membayar $250.000 kepada si pramugari untuk membatalkan potensi gugatan pelecehan seksual terhadapnya.

Elon membantah semua tuduhan.

Dalam suratnya, para karyawan mendesak SpaceX untuk menjalankan kebijakannya, tanpa perbedaan, terhadap perilaku yang tidak dapat diterima, serta berkomitmen dengan proses yang transparan untuk menanggapi klaim pelanggaran.

Sehari kemudian, Paige Holland-Thielen dan empat karyawan lainnya yang terlibat dalam penulisan surat tersebut dipecat, menurut pengajuan yang dibuat Paige ke kantor NLRB di California.

Empat karyawan lainnya dipecat beberapa pekan kemudian karena keterlibatan mereka dalam surat tersebut.

Juru bicara SpaceX tidak menanggapi permintaan untuk memberikan komentar soal ini.

Sementara itu, gugatan baru yang diajukan oleh Dmitry Borodaenko, manajer teknik yang berbasis di California, menyebutkan permintaan baru dari Elon agar karyawan bekerja "lebih lama dengan intensitas tinggi", serta menghentikan bekerja secara jarak jauh, merupakan diskriminasi terhadap karyawan yang hidup dengan disabilitas.

Dmitry, yang dipecat dari Twitter pekan ini karena ia menolak melapor ke kantor, sudah mengajukan 'class action' terhadap Twitter di pengadilan federal San Francisco, Rabu (16/11) kemarin. Ia menuduh Twitter telah melanggar undang-undang disabilitas di Amerika Serikat.

Dalam pengaduannya, Dmitry mengatakan ia memiliki disabilitas yang membuatnya rentan terhadap COVID-19.

Gugatan tersebut mengatakan banyak karyawan Twitter yang menyandang disabilitas, dipaksa untuk mengundurkan diri karena mereka tidak dapat memenuhi standar kinerja dan produktivitas yang dituntut Elon.

Dalam pengaduan terpisah yang diajukan di pengadilan yang sama pada Rabu kemarin, Twitter juga dituduh memberhentikan ribuan pekerja kontrak tanpa memberikan pemberitahuan 60 hari sebelumnya, seperti yang disyaratkan undang-undang federal.

Twitter sebelumnya sudah menghadapi gugatan 'class action' di pengadilan federal San Francisco, karena tuduhan melanggar undang-undang dengan memberhentikan secara tiba-tiba sekitar 3.700 karyawan, atau setengah dari tenaga kerja perusahaan, setelah Elon mengambil alih.

Twitter tidak menanggapi permintaan untuk memberikan komentar hingga Kamis kemarin.

Diproduksi oleh Erwin Renaldi dari artikel dalam bahasa Inggris

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada