Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tahi lalat kerap dianggap mempercantik wajah bagi sebagian orang. Terbentuk dari pertumbuhan melanosit, sel penghasil warna kulit yang mengumpul di satu area kecil di kulit, tahi lalat terdiri dari beberapa jenis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertama, tahi lalat kongenital yang biasa disebut tanda lahir. tahi lalat kongenital memiliki ukuran, bentuk dan warna yang berbeda-beda. Namun secara umum, tahi laat ini kecil, berbentuk bulat, bisa rata dengan kulit atau sedikit timbul, dan warnanya bisa hitam, cokelat muda dan tua, serta merah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bila ukuran tahi lalat besar, risikonya lebih tinggi untuk berubah menjadi tahi lalat yang berbahaya saat dewasa nanti. Karena itu, perubahan ukuran, bentuk, dan warna pada tanda lahir berukuran besar, sebaiknya diperiksakan ke dokter.
Jenis lainnya adalah tahi lalat biasa. Seseorang dengan warna kulit terang bisa memiliki sampai 40 tahi lalat biasa di seluruh tubuhnya. Tahi lalat jenis ini muncul setelah lahir hingga seseorang berusia 20an. Ciri-ciri tahi lalat ini umumnya berbentuk bulat atau oval, rata atau sedikit timbul dari permukaan kulit. Permukaan tahi lalat bisa halus atau kasar, dan kadang ditumbuhi helaian rambut. Ukuran kecil dan tidak berubah serta terdiri dari satu warna saja, bisa hitam, cokelat, merah, merah muda, atau kebiruan Jika memiliki lebih dari 50 buah tahi lalat normal, dikatakan berisiko lebih tinggi untuk terkena kanker kulit.
Berikutnya adalah jenis tahi lalat atipikal, yaitu tahi lalat yang penampakannya dianggap jelek. Berbeda dengan tahi lalat biasa, tahi lalat ini memiliki ciri-ciri bentuknya tidak beraturan, permukaannya kasar, ukurannya besar, umumnya lebih dari 6 milimeter, dan warnanya campuran, biasa cokelat dan merah.
Meski tahi lalat atipikal sangat jarang muncul di wajah, jenis ini lebih berisiko menjadi tahi lalat yang berbahaya. Tahi lalat ini bisa meningkatkan faktor risiko kanker kulit melanoma, khususnya jika Anda memiliki lebih dari empat tahi lalat atipikal dan ada riwayat kanker kulit dalam keluarga.
Ada beberapa faktor yang bisa menambah potensi kemunculan tahi lalat atipikal. Mulai dari proses penuaan, warna kulit yang terang, riwayat keluarga yang memiliki tahi lalat atipikal, sering terpapar sinar matahari, mutasi genetik, serta reaksi terhadap penggunaan obat-obatan tertentu.
Selain itu, tahi lalat yang baru muncul pada usia dewasa (terutama di atas 25 tahun), lebih besar kemungkinannya untuk berubah menjadi tahi lalat yang berbahaya. Studi-studi medis bahkan menemukan bahwa 70 persen dari kasus kanker kulit melanoma diawali dari munculnya tahi lalat baru di usia dewasa.
Tak hanya faktor usia, tahi lalat dengan dengan penampakan berbeda dari tahi lalat lain di tubuh Anda juga berpotensi menjadi kanker. Periksa dan amati pula kemunculan tahi lalat pada area kulit yang sering terkena paparan sinar matahari. Misalnya, wajah, leher, telinga, tangan, dan kaki.
Prinsip ABCDE untuk kenali tahi lalat yang berbahaya
Untuk membedakan tahi lalat normal dengan tahi lalat yang berbahaya, Anda bisa mengingat prinsip ABCDE.
- Asymmetry: Tahi lalat berbahaya akan memiliki bentuk tidak simetris. Bisa jadi setengah bagian bentuknya beda dengan setengah bagian lainnya.
- Border: Tahi lalat yang berbahaya mempunyai tepi yang tidak jelas dan tidak beraturan di kulit.
- Color: Tahi lalat berbahaya tidak hanya satu warna. Warnanya bisa bercampur antara cokelat, hitam, merah, bahkan putih.
- Diameter: Ukuran tahi lalat yang berbahaya biasanya lebih besar dari 0,5 cm.
- Evolution: Tahi lalat mengalami perubahan bentuk, ukuran, dan warna.
Segera konsultasi ke dokter bila gejala ABCDE terjadi pada tahi lalat Anda. Dokter akan melakukan pengambilan sampel jaringan (biopsi) dari tahi lalat untuk menentukan apakah benar tahi lalat ini memang berbahaya.