Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kita semua pernah berurusan dengan masalah tidur, tetapi mereka yang menderita insomnia memiliki masalah tidur yang terus-menerus yang berlanjut ke hari berikutnya dan dapat menyebabkan peningkatan perasaan depresi, kecemasan, dan tentu saja, kelelahan. Para peneliti selalu belajar lebih banyak tentang pola-pola tertentu dari insomnia dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi kesehatan dalam jangka panjang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut sebuah studi baru dari University of Michigan, yang diterbitkan dalam jurnal Sleep, kesulitan yang konsisten untuk tertidur (atau latensi tidur yang berkepanjangan) adalah salah satu gejala insomnia yang terkait dengan gangguan kognitif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk penelitian ini, tim Michigan menganalisis data dari hampir 2.500 orang dewasa (berusia 51 tahun atau lebih) selama 14 tahun. Peserta melaporkan seberapa sering mereka mengalami gejala insomnia pada tahun 2002, dan pada tahun 2016, segala sesuatu mulai dari ingatan, bahasa, hingga kecepatan pemrosesan dinilai.
Sebagai penulis utama studi Afsara Zaheed menjelaskan dengan menyelidiki hubungan antara keluhan insomnia tertentu dan kognisi dari waktu ke waktu menggunakan ukuran kemampuan kognitif yang kuat, mendapatkan kejelasan tambahan tentang apakah dan bagaimana masalah tidur yang berbeda ini dapat menyebabkan hasil kognitif yang buruk.
Dari semua gejala insomnia yang lain termasuk bangun di malam hari, bangun terlalu pagi, dan lain-lainnya, penelitian ini menemukan bahwa kesulitan tidur adalah prediktor terbesar—dan satu-satunya—kerusakan kognitif di masa mendatang. Para peneliti menemukan bahwa mereka yang melaporkan latensi tidur yang berkepanjangan pada tahun 2002 lebih cenderung menampilkan memori episodik yang lebih buruk (sejenis memori jangka panjang) dan fungsi eksekutif (kemampuan untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan) saat diperiksa tahun 2016.
"Hasil ini," jelas Zaheed, seperti dilansir dari laman Mind Body Green, "menyarankan bahwa skrining rutin untuk gejala insomnia dapat membantu melacak dan mengidentifikasi orang-orang dengan kesulitan tidur di pertengahan hingga akhir kehidupan yang mungkin berisiko mengalami gangguan kognitif di kemudian hari."
Perlu disebutkan bahwa hubungan ini mungkin juga ada hubungannya dengan gejala depresi dan penyakit pembuluh darah pada peserta. Zaheed mencatat penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi apakah intervensi insomnia benar-benar dapat
Jika Anda menderita insomnia kronis, mengunjungi dokter akan menjadi tindakan terbaik Anda untuk meningkatkan kualitas tidur. Jika Anda biasanya tidur dengan nyenyak tetapi kadang-kadang sulit tidur, teknik ini mungkin dapat membantu:
- Miliki jadwal tidur/bangun yang konsisten (tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari).
- Hindari alkohol dan makan besar sebelum tidur.
- Pertahankan kamar tidur Anda sekitar 18 derajat Celcius
- Beri diri Anda banyak waktu untuk bersantai.
- Cobalah meditasi tidur.
- Dapatkan olahraga teratur.
- Prioritaskan manajemen stres.
- Coba gunakan minyak esensial yang menenangkan seperti lavender.
Tidur adalah faktor penting dalam hal kesehatan fisik dan mental kita, jadi penting bagi kita untuk mencoba cukup. Dan itu semua dimulai dengan bagaimana kita mengatur diri kita untuk istirahat malam yang baik.