Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BALIHO jumbo berkelir putih itu terbabar lebar di mulut Pantai Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Isinya rancang bangun bundaran berbentuk kepiting, dermaga wisata, dan ruang terbuka hijau.
Terletak 90 kilometer dari pusat kota Sampit, inilah tempat wisata bahari satu-satunya di Kotawaringin Timur yang akan dikembangkan mulai tahun ini. "Dibangun dermaga wisatanya dulu," kata pelaksana tugas Sekretaris Daerah Kotawaringin Timur, Halikinnoor, Rabu tiga pekan lalu.
Dermaga ini kelak berada di pantai yang berhadapan langsung dengan Jalan H M. Arsyad. Panjangnya 150 meter menjorok ke laut. Biaya pembangunannya, kata Halikin, mencapai Rp 54 miliar.
Selain membangun dermaga, Pemerintah Kabupaten akan menyulap warung-warung yang terserak di bibir pantai menjadi kawasan terpadu. Luasnya sekitar dua hektare. "Ini nanti akan jadi pusat oleh-oleh khas Sampit," ujarnya.
Pemerintah Kabupaten mengidentifikasi Pantai Ujung Pandaran sebagai salah satu kawasan yang akan dikembangkan menjadi tujuan wisata utama di Kotawaringin Timur. "Kami ingin Ujung Pandaran menjadi obyek wisata yang layak," ujar Halikin.
Kabupaten ini hendak menggenjot potensi pariwisata, perdagangan, dan jasa karena sudah terlalu lama bergantung pada perkebunan sawit dan pertambangan. Apalagi sumbangan sektor pariwisata terhadap produk domestik bruto Kotawaringin Timur pada tahun lalu baru Rp 275 miliar dari total PDRB Rp 19,549 triliun. Padahal, "Letak kami strategis, menjadi titik pertemuan lintas kabupaten lain ke ibu kota provinsi," kata Halikin. Adapun sektor perdagangan dan jasa menyumbang Rp 3,414 triliun.
Upaya Kotawaringin Timur memeratakan ceruk investasi, terutama ke sektor pariwisata, terbantu peran investor swasta. Sekitar 200 meter dari warung-warung makan yang berada di Pantai Ujung Pandaran, ada Camp Kobes. Pantai di resor ini bersih, dilengkapi gasibu mungil dan sejumlah rumah betang buat tetamu yang ingin menginap. Situasi ini berkebalikan dengan pantai di sebelah timur, yang belum terjamah pemodal.
Pemilik Camp Kobes, Joni, mengatakan awalnya tidak berniat membangun resor. "Hanya tempat tetirah pribadi," kata pria 47 tahun itu. Satu tetirah Joni berdiri pada 2013. Sejumlah temannya lalu kerap menyewa rumah betang itu ketika tak dipakai. "Ya sudah, sekalian saja saya buka usaha." Joni sudah habis Rp 4 miliar lebih untuk menyulap satu rumah betang menjadi resor sederhana. Kebanyakan pelanggannya warga Palangkaraya dan pekerja perkebunan sawit.
Menurut Ketua Kamar Dagang dan Industri Kotawaringin Timur Susilo, perizinan berusaha di kabupaten itu sudah mudah. Calon investor, kata dia, cukup melengkapi berkas-berkas lalu mengajukan izin ke Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kotawaringin Timur. "Semua dinas sudah jadi satu di sana," ujarnya.
Pengusaha pelabuhan untuk keperluan pergudangan itu membeberkan pernah mengurus izin usaha dengan cepat. "Tiga hari jadi kalau berkasnya sudah lengkap," ujarnya. Susilo menyebutkan, Kadin juga sudah bekerja sama dengan Kejaksaan dan Kepolisian Kotawaringin Timur menjamin kepastian hukum bagi para investor.
KABUPATEN seluas 16 ribu kilometer persegi itu sudah terlalu lama dimanjakan alam, terutama tambang batu bara dan bauksit. Ketergantungan itu begitu memukul ketika pemerintah pusat melarang ekspor mentah mineral dan batu bara sejak tiga tahun lalu. Pada 2014, sumbangan tambang terhadap produk domestik regional bruto Kotawaringin Timur Rp 538 miliar. Setahun berikutnya anjlok menjadi Rp 412 miliar.
Bukan cuma hasil tambang, kabupaten ini juga terlalu mengandalkan industri sawit. Ada 53 perusahaan sawit dengan total lahan 700 ribu hektare beroperasi di sana, seperti Sinar Mas, Wilmar, BGA Group, KLK Group, dan Best Agro.
Ketergantungan Kotawaringin Timur terhadap sawit terlihat pada PDRB mereka pada tahun lalu. Total PDRB Kotawaringin Timur tahun lalu mencapai Rp 19,549 triliun atau 16 persen dari PDRB Kalimantan Tengah, yang mencapai Rp 122 triliun. Sebanyak Rp 3,395 triliun atau 17,73 persen PDRB Kotawaringin Timur berasal dari sektor perkebunan. Salah satunya sawit. Sedangkan sektor industri pengolahan, termasuk pengolahan crude palm oil dan turunannya, menyumbang Rp 4,349 triliun atau 22,25 persen.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal menyebutkan industri sawit memonopoli investasi di Kotawaringin Timur dalam tiga tahun terakhir. Dari Rp 7,7 triliun modal asing yang mengucur ke sana, sebanyak 82,2 persen ke sektor tanaman pangan dan perkebunan. Modal dalam negeri yang mengalir Rp 2,94 triliun juga dimonopoli oleh sektor ini, sebesar 77,5 persen.
Kotawaringin Timur berharap upaya mereka menggeser fokus investasi bisa terwujud dalam waktu singkat. Mereka harus bergegas karena wilayahnya akan mekar menjadi dua: Kotawaringin Timur dan Kotawaringin Utara. "Pendapatan asli daerah kami dari utara itu besar sekali. Di sana pusat pertambangan dan perkebunan," kata Halikin. "Mau tidak mau kami harus melirik yang baru."
SEJAK 2014, Kotawaringin Timur jor-joran bersolek. Ikon-ikon dibangun, seperti patung ikan jelawat di bibir Sungai Mentaya serta Bundaran Belanga yang dijadikan monumen perdamaian Dayak-Madura. Menurut Halikin, Pemerintah Kabupaten akan mengucurkan tambahan Rp 40 miliar untuk membangun Taman Jelawat lengkap dengan akuarium raksasa.
Kotawaringin Timur juga sedang menyusun rancang bangun kebun raya bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kebun raya ini ditargetkan menjadi yang terbesar di Indonesia. Luasnya 607 hektare. Ikon-ikon itulah yang diharapkan mampu menyedot pengunjung dan merangsang investor berinvestasi lebih banyak. "Untuk kebun raya, belum kami tawarkan ke investor," kata Halikin. "Kami siapkan dulu aturannya."
Seorang investor dari Surabaya sudah meminta Pemerintah Kabupaten mencarikan lahan seluas 300 hektare. "Mereka berminat membuat agrowisata, seperti Selecta di Malang," ujarnya. Calon lokasi agrowisata ini berada di Mentawa Baru Ketapang, setengah jam naik mobil dari pusat kota Sampit, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur.
Kalangan pebisnis di sektor perdagangan dan jasa juga sudah bersiap. Jaringan bioskop milik Lippo Group, Cinemaxx, beroperasi sejak Lebaran tahun ini di Borneo Citimall, satu-satunya mal di Sampit. Sejumlah hotel mulai berdiri. Salah satunya Aquarius Boutique Hotel, sekitar 20 menit berjalan kaki dari Borneo Citimall.
Dua hotel lain yang baru berdiri adalah Midtown Express dan Hotel Vivo. September tahun ini, usia Midtown genap dua tahun. Vivo juga baru beroperasi pada 2015. General Manager Vivo, Magrey Fano, mengatakan okupansi hotel mereka paling sedikit bisa 65 persen. "Pada April lalu, kami menolak 50 kamar ketika ada gathering Harley-Davidson," kata Fano.
Salah satu jaringan hotel yang akan masuk ke Sampit adalah SwissBell Hotel. Lokasinya masih satu kawasan dengan Citimall dan Aquarius Boutique Hotel. "Tapi areanya masuk peta kawasan gambut. Padahal dari dulu itu kawasan permukiman," ucap Halikin. Kalau sudah begini, menurut dia, pemerintah daerah hanya bisa berharap kepada pemerintah pusat untuk melepaskan status lahan itu.
Persoalan lahan ini pula yang masih menjadi kendala Pemerintah Kabupaten menyediakan infrastruktur guna menggenjot investasi. Menurut Halikin, Pemerintah Kabupaten sudah menganggarkan Rp 250 miliar untuk membangun jalan dari Kecamatan Cempaga di ujung utara kabupaten, hingga Pulau Hanaut, sebuah kecamatan di dekat Teluk Sampit yang berada di sisi timur Sungai Mentaya. Kawasan timur sungai relatif belum berkembang, berbanding terbalik dengan kemajuan yang dimonopoli sisi barat sungai. "Kami belum bisa tender proyek karena jalurnya masuk kawasan hutan," kata Halikin.
Berpaling dari Hasil Alam
Bertahun-tahun mengandalkan pendapatan dari sumber daya alam dan perkebunan, Kotawaringin Timur mulai membuka diri pada investasi perdagangan, jasa, dan pariwisata. Mengandalkan perizinan satu pintu yang sudah jalan.
Kotawaringin Timur
- Luas wilayah: 16.496 kilometer persegi atau 10,74 persen dari luas Kalimantan Tengah.
- Batas wilayah: Kabupaten Katingan (timur), Laut Jawa (selatan), Kabupaten Seruyan (barat), Kabupaten Katingan (utara).
- Topografi: dataran rendah 0-60 meter di atas permukaan laut (bagian selatan dan tengah) dan perbukitan (utara).
- Hidrologi: Sungai Mentaya dari utara ke selatan, bermuara di laut Jawa. Panjang 400 km. Dapat dilayari 270 km dengan kedalaman rata-rata 6 meter dan lebar rata-rata 400 meter.
- Hutan lindung 6.558,97 hektare; Hutan Tanaman Industri 85.230 hektare; Hutan Produksi Terbatas 234.804,10 hektare; Hutan Produksi Tetap 385.923 hektare; Hutan Monumental 625 hektare; Kawasan Pemukiman dan Penggunaan Lainnya (KPPL) 258.129,38 hektare; serta Kawasan Pengembangan Produksi 595.607,97 hektare.
Anggaran (2016)
Pendapatan
- Pendapatan asli daerah: Rp 180 miliar
- Pendapatan transfer: Rp 1,305 triliun
- Pendapatan lain-lain: Rp 118 miliar
- TOTAL: Rp 1,612 triliun
Belanja
- Belanja operasi: Rp 946 miliar
- Belanja modal: Rp 293,532 miliar
- Belanja tidak terduga: Rp 205,4 juta
- Belanja transfer: Rp 226,425 miliar
- TOTAL BELANJA: Rp 1,466 triliun
Distribusi Produk Domestik Regional Bruto (2014-2016, miliar rupiah)
- Industri Pengolahan: 3.377 | 3.805 | 4.349
- Perkebunan: 2.874 | 3.051 | 3.395
- Perdagangan dan Reparasi: 2.589 | 2.977 | 3.414
- Transportasi dan Pergudangan: 1.525 | 1.809 | 2.139
- Konstruksi: 1.444 | 1.703 | 1.893
- Pertambangan Biji Logam: 538 | 412 | 478
- Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum: 201 | 243 | 275
- Dan lain-lain TOTAL: 15.363 | 17.271 | 19.549
Realisasi Investasi 2014-Triwulan I 2017 (triliun rupiah)
- Penanaman Modal Asing: 1,80 | 3,54 | 1,80 | 0,55
- Penanaman Modal Dalam Negeri: 0,01 | 0,41 | 2,45 | 0,07
- Total: 1,81 | 3,95 | 4,25 | 0,62
Sektor Utama
PMA Rp 7,7 triliun
- Tanaman Pangan dan Perkebunan: Rp 6,33 triliun (82,2%)
- Industri Makanan: Rp 1,02 triliun (13,2%)
- Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran: Rp 0,16 triliun (2,1%)
PMDN Rp 2,94 triliun
- Tanaman Pangan dan Perkebunan: Rp 2,28 triliun (77,5%)
- Industri Makanan: Rp 0,66 triliun (22,5%)
Asal PMA (miliar rupiah)
- Singapura: 4.680
- Malaysia: 1.425
- British Virgin Islands: 736,9
- Gabungan Negara: 502,6
- Cina: 173,1
- Belanda: 164,2
- Cayman Island: 11,8
- Prancis: 0,1
Realisasi Proyek
287
Rencana Penyerapan Tenaga Kerja
39.088
Sumber: LKIP Kotawaringin Timur 2016, BKPM, BPS , Khairul Anam
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo