Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saya tidak bisa masuk semua partai. Jadi saya pilih Partai Aceh," ucapan itu dilontarkan Irwandi Yusuf, Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam. Massa yang berkumpul di Lapangan Pacuan Kuda Blang Bebangka, Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah, menyambutnya dengan pekik bergemuruh. Sepanjang Jumat pekan lalu, Irwandi giat berkampanye di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah.
Tampil di arena kampanye bukan soal baru bagi sang Gubernur. Dua tahun lalu, bersama pasangannya Muhammad Nazar, dia meraup 38 persen suara dalam pemilihan gubernur-wakil gubernur pertama pasca-konflik. Irwandi, bekas petinggi Gerakan Aceh Merdeka. Nazar, tokoh utama Sentra Informasi Referendum Aceh. "Saya butuh dukungan partai untuk menjalankan program pemerintahan," ujarnya.
Pilihan Irwandi tak mengagetkan. Dari 44 partai yang akan bertarung dalam pemilu di Aceh, ada enam partai lokal: Partai Aceh, Partai Rakyat Aceh, Partai Suara Independen Rakyat Aceh, Partai Daulat Aceh, Partai Bersatu Aceh dan Partai Aceh Aman Sejahtera. Keikusertaan partai lokal merupakan amanat Perjanjian Helsinki 2005. Partai Aceh yang didukung Irwandi dibentuk oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-yang tadinya merupakan gerakan separatis.
Ketua Partai Aceh, Muzakkir Manaf, adalah bekas panglima militer GAM. Dia juga memimpin Komite Peralihan Aceh. Gerakan, yang sempat terbelah saat pemilihan Irwandi, kini sudah kembali bersatu. Partai ini berani mematok target tinggi: 70 persen suara dari tiga juta pemilih. Dukungan diperkirakan datang dari sekitar 25 ribu anggota serta simpatisan dan keluarga para mantan gerilyawan. Juga, dari mereka yang merasakan manfaat partai ini dalam kehidupan sehari-hari di Aceh.
Target di atas membuat lima partai lain menjadi kerdil. Hanya tiga yang berani menyebut target: 20-25 persen suara. Dua lainnya tak berani mematok target.
Partai Aceh diperkirakan akan memenangkan pemilihan setidaknya di 15 dari 21 kabupaten -daerah-daerah yang dulu menjadi basis pasangan Irwandi dan Nazar. Terutama, sepanjang pesisir pantai timur Aceh, serta beberapa daerah di pantai barat seperti Aceh Jaya dan Aceh Selatan. Peneliti Australia Edward Aspinall menyebut wilayah ini "titik panas konflik sejak akhir 1990".
Analis politik Aceh M. Jafar menilai, kendati dominan bisa jadi Partai Aceh tidak menang mutlak. Soalnya di beberapa wilayah mereka masih miskin pendukung. Umpama, di selatan Aceh yang sejak dulu dikuasai partai nasional seperti Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan. "Mereka sulit menang di atas lima puluh persen untuk kursi parlemen," kata Jafar.
Setelah kemenangan Irwandi dalam pemilihan gubernur lalu, ada temuan menarik oleh survei International Foundation for Electoral Systems. Tercatat ada 38 persen pemilih (jumlah yang sama dengan suara kemenangan Irwandi) mengaku melihat wakil-wakil Irwandi atau Nazar di sekitar tempat pemungutan suara pada hari pemilihan. Mereka mempengaruhi agar kandidatnya dipilih. "Ini melanggar salah satu peraturan pemilu," tulis laporan itu.
Akankah praktek serupa terulang? Situasi keamanan di Aceh yang memanas belakangan ini sulit untuk tak dihubungkan dengan pemilu. Situs berita Aceh Kita mengutip laporan tim monitor pasca-konflik dari Bank Dunia bahwa ada 16 orang tewas menjelang pemilu berlangsung. Korban luka berjumlah 47 orang dan 17 unit bangunan dan kendaraan rusak. Ada pula 13 kasus penggranatan kantor partai politik.
Dalam catatan itu, nama Partai Aceh paling sering disebut. Bendera mereka diturunkan paksa oleh anggota Tentara Nasional Indonesia yang berimbas pada pencopotan Komandan Rayon Militer di Simpang Kramat, Aceh Utara. Kantor partai mereka digranat di Banda Aceh, Langsa dan Bireuen. Sebuah warung tempat aktivis partai sering berkumpul jadi sasaran ledakan. Mobil dan rumah Muzakkir tak luput dari serangan. Tiga anggota Partai Aceh ditembak awal Februari lalu, dan seorang lagi tewas diakibat serangan senjata tajam sebulan kemudian.
Namun, Partai Aceh tak selamanya menjadi korban intimidasi. Dalam peristiwa di Simpang Kramat, sesungguhnya bendera-bendera partai lain lebih dulu menghilang dan hanya menyisakan bendera Partai Aceh. Di tempat lain, seorang aktivis Partai Aceh Aman Sejahtera di Pidie melapor ke polisi lantaran ancaman anggota GAM terhadap keselamatan dirinya. Partai Suara Independen Rakyat Aceh mengeluh banyak aktivisnya di Aceh Utara, Pidie dan Pidie Jaya menerima teror.
Demam politik Aceh membuat Wakil Kepala Kepolisian Brigadir Jenderal Polisi Herman Efendi menilai, dari 10.281 tempat pemungutan suara, tak satu pun berstatus aman. "Polda Aceh akan meminta bantuan 1.000 anggota TNI untuk pengamanan," katanya. Ke arah mana situasi panas itu akan berujung?
Menjawab kecemasan pihak lain yang mempertanyakan komitmen Partai Aceh, berulangkali Irwandi dan para mantan tokoh GAM menegaskan loyalitas mereka. "Partai Aceh tetap berpayung di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia," Muzakkir menegaskan. l
Mereka Berlaga di Serambi
Untuk pertama kali dalam sejarah Republik Indonesia, partai lokal ikut bertarung dalam pemilu. Ini konsekuensi perjanjian damai Gerakan Aceh Merdeka dan pemerintah Indonesia di Helsinki, Finlandia pada 2005. Ada enam partai lokal di Aceh yang lolos verifikasi untuk berlaga pada 9 April. Memiliki lebih banyak persamaan ketimbang perbedaan, keenam partai ini memilih nama yang berhiaskan kata Aceh.
Partai Aceh
Ketua Umum : Muzakkir Manaf (bekas panglima sayap militer Gerakan Aceh Merdeka)
Berdiri: 7 Juni 2007
Latar belakang: didirikan para mantan pemimpin Gerakan Aceh Merdeka
Target: 70% dari 3 juta pemilih*
Calon legislatif: 81 orang (20,1% perempuan)
* Keterangan jurubicara Teungku Adnan Beuransyah
Partai Suara Independen Rakyat Aceh
Ketua Umum: M Taufiq Abda
Ketua Majelis Partai: Muhammad Nazar (kini Wakil Gubernur)
Berdiri: Desember 2007
Target: 20 persen kader di parlemen Aceh. Tingkat kabupaten/kota menargetkan 10-30% *
Calon legislatif: 43 orang (18,60% perempuan)
* Keterangan M. Taufik Abda.
Partai Aceh Aman Sejahtera
Ketua Umum: Drs. H. Ghazali Abbas Adan, bekas anggota DPR dari Partai Persatuan Pembangunan
Berdiri: 3 Juni 2007
Target: satu calon untuk setiap daerah*
Calon legislatif: 31 orang (32,3% perempuan)
* Keterangan Ghazali A.Adan
Partai Rakyat Aceh
Ketua Umum: Ridwan H Mukhtar
Berdiri: 16 Maret 2006
Target: 25% (sekitar 12 kursi di parlemen Aceh *)
Calon legislatif: 29 orang (24,1%perempuan)
* Keterangan Sekjen partai Thamren Ananda
Partai Daulat Aceh
Ketua Umum: Tgk Nurkalis, MY
Berdiri: 1 Februari 2008
Calon legislatif: 37 orang (18,9% perempuan)
Target: 20% suara dari 3 juta pemilih
Calon legislatif: 37 orang (18,9% perempuan)
* Keterangan ketua partai, Herman Nuriqmar.
Partai Bersatu Aceh
Ketua Umum: Dr. Ahmad Farhan Hamid, MS
Berdiri: 27 Januari 2008
Target: Tidak ada
Calon Legislatif: 30 orang (30% perempuan)
* Keterangan Farhan Hamid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo