Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan pihaknya telah memulai operasi "anti-teroris" di wilayah Nagorno-Karabakh yang berada di bawah kendali Armenia.
Ketegangan meningkat selama berbulan-bulan di sekitar Nagorno-Karabakh - daerah kantong etnis Armenia yang memisahkan diri, namun diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan.
Pada Selasa (19/09), sirene serangan udara dan tembakan mortir terdengar di ibu kota Karabakh, yaitu Khankendi atau yang dikenal sebagai Stepanakert oleh rakyat Armenia.
Sebanyak 11 polisi dan warga sipil Azerbaijan dilaporkan tewas dalam ledakan ranjau dan insiden lainnya.
Para pejabat pertahanan di Nagorno-Karabakh mengatakan militer Azerbaijan telah "melanggar gencatan senjata di sepanjang garis kontak dengan serangan rudal-artileri".
Pejabat perwakilan Karabakh lainnya berbicara tentang "serangan militer skala besar".
Mengapa militer Azerbaijan melakoni operasi militer?
Pada Selasa (19/09), Kementerian Pertahanan Azerbaijan menuduh pasukan Armenia melakukan "penembakan sistematis" terhadap posisi militernya. Azerbaijan kemudian mengaku merespons dengan meluncurkan "kegiatan anti-teroris lokal… untuk melucuti senjata dan mengamankan penarikan formasi angkatan bersenjata Armenia dari wilayah kita".
Azerbaijan berkeras bahwa mereka tidak menargetkan warga sipil atau fasilitas sipil, namun "hanya target militer yang sah yang dilumpuhkan oleh penggunaan senjata presisi tinggi".
Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan klaim Azerbaijan soal tembakan militer Armenia tidak sesuai dengan kenyataan.
Suara artileri dan tembakan terdengar pada Selasa (19/09) dari ibu kota wilayah Karabakh, Khankendi, yang dikenal sebagai Stepanakert oleh rakyat Armenia. Diperkirakan 120.000 orang etnis Armenia tinggal di daerah pegunungan tersebut.
Jurnalis Siranush Sargsyan mengatakan daerah permukiman di kota itu terkena serangan, termasuk sebuah bangunan di sebelah tempatnya berada.
Baca juga:
Para pejabat di Armenia menambahkan bahwa pada pukul 14:00 (10:00 GMT), situasi di perbatasan negaranya "relatif stabil".
Kementerian luar negeri Rusia mengatakan pihaknya telah diperingatkan mengenai serangan Azerbaijan hanya beberapa menit sebelumnya dan mendesak kedua negara untuk menghormati gencatan senjata yang ditandatangani setelah perang pada 2020.
Perwakilan khusus regional Uni Eropa, Toivo Klaar, mengatakan ada "kebutuhan mendesak untuk gencatan senjata segera" .
Bagaimana latar belakang konflik Azerbaijan - Armenia?
Azerbaijan dan Armenia telah berperang dua kali terkait Nagorno-Karabakh. Pertama pada awal 1990-an setelah jatuhnya Uni Soviet dan sekali lagi pada 2020.
Sejak Desember lalu, Azerbaijan telah melakukan blokade terhadap satu-satunya rute menuju Nagorno-Karabakh, yang dikenal sebagai Koridor Lachin.
Selama konflik enam minggu pada 2020, Azerbaijan merebut kembali wilayah di sekitar Karabakh yang telah dikuasai oleh Armenia sejak 1994.
Baca juga:
Gencatan senjata yang diawasi oleh sekitar 3.000 pasukan penjaga perdamaian Rusia kini semakin rapuh. Apalagi perhatian Moskow teralihkan oleh invasi besar-besaran ke Ukraina. Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, baru-baru ini mengatakan Rusia "secara spontan meninggalkan wilayah tersebut".
Azerbaijan membantah menambah jumlah pasukan di wilayah tersebut. Pada Senin (18/09), mereka mengizinkan bantuan dari Komite Internasional Palang Merah ke Karabakh melalui dua jalan, yakni melalui Koridor Lachin dari Armenia dan melalui jalan Aghdam di Azerbaijan.
Ada harapan bahwa ketegangan akan mereda, tetapi kemudian para pejabat Azerbaijan mengatakan enam orang tewas, termasuk empat polisi, ketika kendaraan mereka melewati ranjau darat di daerah Khojavand yang direbut kembali selama perang pada 2020.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan merilis gambar kendaraan yang hancur tersebut, namun pejabat etnis Armenia di Karabakh mengatakan militer Azerbaijan-lah yang melanggar gencatan senjata.