Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Israel-Hamas: Ribuan warga Palestina kabur dari Gaza tengah seiring mendekatnya pasukan Israel ke kamp-kamp pengungsi

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan

Diperkirakan sebanyak 150,000 orang Palestina terpaksa melarikan diri dari Gaza bagian tengah setelah pasukan Israel mendekati kamp-kamp pengungsi di sana, demikian pernyataan PBB.

Para saksi mata dan sayap militer Hamas melaporkan tank-tank Israel telah tiba di pinggiran-pinggiran timur kamp Bureij.

Baca juga:

Tentara Israel baru-baru ini melebarkan serangan darat dan menjadikan Bureij sebagai sasaran - pun juga kamp-kamp pengungsi di daerah sekitar Bureij yakni Nuseirat dan Maghazi.

Kementerian Kesehatan Hamas mengatakan serangan Israel juga menewaskan puluhan orang di pelbagai penjuru Gaza pada Kamis (28/12).

Perang ini dipicu oleh serangan lintas-perbatasan yang tak terduga dari oleh Hamas di Israel bagian selatan pada 7 Oktober, yang memakan 1,200 korban jiwa - sebagian besar warga sipil - dan sekitar 240 lainnya dijadikan sandera.

Baca juga:

Lebih dari 21,300 orang tewas terbunuh di Gaza - kebanyakan korban adalah anak-anak dan perempuan - selama perang yang berlangsung selama 11 minggu terakhir, menurut laporan Kementerian Kesehatan Hamas.

Militer Israel telah menyerukan pengevakuasian wilayah tengah Gaza termasuk kamp-kamp Bureij dan Nuseirat, dan mengatakan kepada hampir 90,000 penduduk dan 61,000 orang yang terlantar di daerah-daerah itu agar pergi ke kota Deir al-Balah di selatan.

Baca juga:

Namun, PBB memperingatkan pada Kamis (28/12) bahwa tidak ada tempat lowong di Deir al-Balah yang kelebihan kapasitas karena ratusan ribu orang sudah mengungsi di sana.

Omar, 60 tahun, mengaku terpaksa lari dari Bureij bersama setidaknya 35 anggota keluarganya.

"Momen ini telah tiba, saya harap ini tidak pernah terjadi, tapi sepertinya perpindahan adalah sebuah keharusan," tuturnya kepada kantor berita Reuters melalui sambungan telepon.

"Kami sekarang berada di sebuah tenda di Deir al-Balah akibat perang brutal Israel ini," ujarnya.

Tom White, direktur UNRWA, badan PBB yang mengurusi pengungsi Palestina, menambahkan kian banyak orang yang terpaksa pergi ke kota Rafah di Gaza bagian selatan, "sehingga semakin banyak orang masuk ke wilayah kecil yang tidak mampu menampung mereka".

Pada Kamis (28/12) malam, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan 20 orang tewas terbunuh akibat serangan udara Israel ke sebuah gedung di Rafah yang dikabarkan menampung warga sipil yang terlantar.

Sebelumnya, pada Kamis pagi, juru bicara kementerian itu mengumumkan 50 orang meninggal dunia menyusul gempuran Israel di Maghazi, kota di bagian utara Beit Lahia dan juga kota Khan Younis di bagian selatan.

Map showing Israeli ground operations and evacuation zones in the central Gaza Strip (27 December 2023) BBC

Insiden paling mematikan terjadi di Beit Lahia, di mana media Palestina melaporkan bahwa 30 orang meninggal setelah empat gedung perumahan hancur dalam serangan.

Jurnalis TV setempat, Bassel Kheir al-Din, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa 12 sanak saudaranya terkubur di bawah reruntuhan salah satu gedung dan dianggap meninggal dunia, sementara sembilan lainnya dinyatakan hilang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Palang Merah Palestina mengatakan 10 orang tewas setelah tembakan meriam Israel menghajar sebuah apartemen dekat RS al-Amal di Khan Younis, sehari setelah kejadian serupa terjadi di depan fasilitas kesehatan itu dan menewaskan 31 orang.

Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari kepada para wartawan pada hari Rabu (27/12) mengatakan bahwa kota Khan Younis adalah "pusat teror Hamas yang utama".

Dia juga mengatakan pertempuran terjadi di wilayah Bureij pada hari ketiga, dengan menambahkan bahwa pasukan IDF "mengeliminasi banyak teroris dan menghancurkan infrastruktur teroris".

Para penduduk mengatakan kepada Reuters bahwa perang alot berlanjut pada Kamis (28/12), dan tank-tank Israel mendekati kamp-kamp penuh pengungsi di Beiruj utara dan timur.

Hamas mengunggah video yang mereka klaim memperlihatkan pasukan mereka menyasar tentara dan kendaraan Israel.

Dalam perkembangan yang terpisah, IDF menyatakan rasa penyesalan atas "penderitaan yang terjadi kepada warga sipil yang tidak terlibat" sebagai hasil dari serangan udara di Maghazi pada Minggu (24/12) yang menewaskan 70 orang, demikian menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Dalam pernyataannya, IDF menambahkan jet-jet tempur "menyerang dua target yang bersebelahan yang merupakan lokasi agen Hamas".

Di Israel, ribuan remaja berdemo menuntut kesepakatan baru untuk mengembalikan lebih dari 100 sandera yang disekap Hamas dan pasukan bersenjata lainnya di Gaza.

Banyak dari pendemo berasal dari komunitas-komunitas yang paling terkena dampak dari serangan 7 Oktober.

"Saya berasal dari Kibbutz Kfar Aza," ujar Shiri Khiyali kepada BBC.

"Saya ada di sana ketika serangan 7 Oktober terjadi. Orang-orang saya diculik. Kami mau mereka kembali. Kami mau mereka pulang sekarang."

march for hostages EPA
Di Israel, ribuan remaja berdemo menuntut kesepakatan baru untuk mengembalikan lebih dari 100 sandera yang disekap Hamas dan pasukan bersenjata lainnya di Gaza.

Negosiasi demi negosiasi dikabarkan tengah berlangsung guna mencapai kesepakatan pembebasan para sandera seiring pemberhentian perang sementara.

Terakhir kali ini terjadi adalah bulan lalu di mana 105 sandera dibebaskan. Kendati demikian, Hamas secara terbuka menegaskan mereka hanya mau mendiskusikan gencatan senjata penuh.

Secara terpisah, Komisaris Tinggi PBB untuk HAM, Volker Türk, menyerukan kepada Israel untuk menghentikan apa yang disebutnya pembunuhan "yang melanggar hukum" di Tepi Barat.

Sebuah laporan menyatakan PBB memverifikasi terbunuhnya 300 orang Palestina oleh pasukan dan pemukim Israel di Tepi Barat sejak 7 Oktober.

Juru bicara dari Kantor Perdana Menteri Israel menepis kabar itu dan menganggapnya konyol sekaligus mengecilkan ancaman keamanan besar bagi orang-orang Israel.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada