Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Jepang berhasil mendaratkan wahana luar angkasanya secara presisi di Bulan, tetapi mengapa misinya kemungkinan dipersingkat?

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Slim artwork Jaxa
Pendaratan wahana ruang angkasa di Bulan ini telah menjadikan Jepang sebagai negara kelima yang mendarat di Bulan, seperti gambaran artistik di atas.

Wahana luar angkasa Jepang telah berhasil mendarat di Bulan, namun ada masalah dengan panel suryanya sehingga misi ini kemungkinan dipersingkat hanya beberapa jam.

Wahana Smart Lander for Investigating Moon (SLIM) melakukan pendaratan mulus di permukaan Bulan di dekat kawah khatulistiwa.

Baca juga:

Jepang menjadi negara kelima yang berhasil mendaratkan wahananya dengan mulus di Bulan, setelah AS, Uni Soviet, China, dan India.

Tetapi saat ini tenaga ahli Jepang tengah berusaha menyelamatkan misi tersebut.

Karena alasan yang belum sepenuhnya dipahami, panel surya pada pesawat tersebut tidak menghasilkan listrik.

Baca juga:

Baca juga:

Kondisi ini membuat Slim benar-benar bergantung pada baterainya, dan baterai tersebut nantinya akan habis.

Ketika hal ini terjadi, wahana ini tidak bisa melakukan aktivitas. Dia tidak akan menerima perintah dan tidak akan dapat melakukan kontak dengan Bumi.

Para ahli saat ini tengah memprioritaskan agar wahana itu dapat melakukan aktivitasnya.

Mereka telah mematikan pemanasnya dan menurunkan gambar-gambar yang sudah diambil oleh pesawat robot itu.

Belum diketahui bagaimana masalah itu terjadi, namun ada kemungkinan orientasi panel surya itu bergeser sedemikian rupa sehingga menghalanginya untuk melihat Matahari.

Ketika sudut cahaya berubah di Bulan, Slim kemungkinan bisa hidup kembali, kata otoritas Jepang.

Public watch the landing in Sagamihara, south of Tokyo Reuters
Masyarakat Jepang merayakan saat wahana itu berhasil mendarat dengan mulus di Bulan.

Ketika ditanya dalam jumpa pers tentang masalah pada panel surya dan klaim Jepang bahwa wahananya mendarat dengan mulus, Wakil Presiden Jaxa, Hitoshi Kuninaka, mengatakan pendaratan dengan kondisi seperti itu masih bisa dilakukan.

"Jika tidak, maka akan terjadi tabrakan dengan permukaan Bulan dengan kecepatan sangat tinggi dan fungsi pesawat ruang angkasa akan hilang sama sekali," katanya kepada wartawan.

"Tetapi mereka masih mengirimkan data dengan baik kepada kami, yang berarti tujuan awal kami untuk melakukan pendaratan yang mulus berhasil."

Slim membawa dua penjelajah kecil dan telemetri yang menunjukkan bahwa mereka berhasil mengeluarkannya sesuai rencana sebelum mendarat.

Wahana, yang membawa kamera infra merah itu, akan menghabiskan dua pekan berikutnya untuk mempelajari geologi lokal.

Sejauh mana penyelidikan ini dapat dicapai dalam waktu yang tersedia, masih belum bisa dipastikan.

artist impression of two space rovers on Moon Jaxa
Dua penjelajah yang dikerahkan: Hopper (Kiri) dan bola yang bisa berubah bentuk (kanan), seperti yang dibayangkan para seniman.

Secara statistik, sudah banyak bukti bahwa sangat sulit untuk mendarat di Bulan. Hanya sekitar setengah dari seluruh upaya pendaratan selama ini yang berhasil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jaxa memberikan kepercayaannya pada teknologi navigasi baru yang memungkinkan pendaratannya yang tepat.

Komputer di dalam pesawat pendarat menggunakan pemrosesan gambar cepat dan pemetaan kawah guna menghindari bahaya saat mencapai titik pendaratan.

Para ahli menginginkan pendaratan itu berada dalam jarak 100m dari lokasi yang sudah ditargetkan.

Baca juga:

Mereka saat ini akan mempelajari data untuk melihat seberapa baik kinerja Slim. Namun dari indikasi awal menunjukkan bahwa teknologi tersebut berfungsi sesuai rancangan awal.

"Melihat data jejak, saya yakin Slim pasti berhasil mendarat tepat dengan akurasi 100m. Tentu saja, seperti yang kami informasikan sebelumnya, diperlukan waktu sekitar satu bulan untuk menganalisis informasi secara akurat," kata Kuninaka.

Slim memulai manuver turun dari ketinggian 15km pada Jumat tengah malam hingga Sabtu (waktu Jepang). Mereka mendarat tepat setelah pukul 15:20 GMT.

Lokasi pendaratan di dekat Kawah Shioli ketika Matahari bersinar terang, namun kegelapan malam Bulan akan kembali ke sana pada akhir bulan ini.

Ketika itu terjadi, suhu akan turun drastis ke tingkat yang dapat merusak papan sirkuit elektronik.

Shioli Crater NASA/LRO
Lokasi pendaratan yang ditargetkan berada di suatu lereng yang mendekati Kawah Shioli, yang berada tepat di sebelah selatan ekuator Bulan.

Jaxa telah dua kali mendaratkan wahana-wahana robotnya di sejumlah asteroid, sehingga pendaratan di Bulan ini merupakan hal penting.

Wahana luar angkasa ini akan memainkan peran penting dalam program Artemis milik badan antariksa AS (NASA), yang berupaya mengembalikan manusia ke permukaan bulan setelah jeda selama lebih dari setengah abad.

Tahun lalu, sebuah perusahaan swasta Jepang, iSpace, mencoba melakukan pendaratan. Pesawat Hakuto-R miliknya jatuh ketika komputer di dalamnya kesulitan mendeteksi mengenai ketinggiannya di atas Bulan.

Pada Kamis, perusahaan swasta Amerika Astrobotic membuang kapal pendarat Peregrine miliknya di atmosfer bumi. Kesalahan pada aspek pendorong membuatnya gagal melakukan upaya pendaratan.

Bagaimanapun, Dr Simeon Barber dari Open University Inggris menyatakan salut atas upaya Jepang mendaratkan wahana pertamanya yang mendarat di Bulan.

"Bagi saya, ini semua tentang bagaimana pendaratan itu dilakukan secara presisi. Itu adalah sebuah kesuksesan besar. Saya akan sangat senang jika saya menjadi mereka," katanya kepada BBC News.

"Kita berada di era di mana banyak misi menuju Bulan dilakukan dengan banyak pemain yang berbeda. Jika kita menggabungkan semua pengetahuan ini, yang diperoleh dari semua pemain melalui upaya ini - baik berhasil atau tidak - maka kita sebagai sebuah komunitas akan belajar bagaimana caranya menyusun misi dengan lebih sukses di masa depan."

Senada dengan hal tersebut, Dr Emma Gatti, dari media digital SpaceWatch Global, mengatakan Jepang layak merayakan keberhasilannya.

"Ini bersejarah bagi mereka; ini adalah masalah prestise. Ini penting bagi Jepang sebagai sebuah negara; penting bagi semua investasi yang sudah mereka gelontorkan - bukti bahwa hal itu bisa dilakukan oleh negara yang tidak sebesar China atau AS," papar Emma Gatti.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada