Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Sabina Shoal, titik api baru di tengah sengketa China dan Filipina di Laut China Selatan

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Laut China Selatan, Sabina Shoal Getty Images
Sebuah kapal Penjaga Pantai China terlihat dari kapal Penjaga Pantai Filipina, BRP Cabra selama misi ke Sabina Shoal di perairan yang disengketakan di Laut Cina Selatan pada 26 Agustus 2024.

Sebuah titik perselisihan baru mengemuka di tengah sengketa antara China dan Filipina di Laut China Selatan. Kedua negara ini telah memperjuangkan klaim mereka atas sejumlah pulau dan zona-zona di Laut China Selatan.

Perselisihan keduanya kian memanas selama beberapa tahun belakangan yang ditandai oleh semakin seringnya tabrakan kapal, pertikaian, hingga tuduhan ancaman bersenjata.

Baca juga:

Namun pada pekan lalu, perselisihan memuncak ketika kapal-kapal China dan Filipina bertabrakan di dekat Sabina Shoal. Keduanya saling menuduh satu sama lain telah sengaja menabrak.

Sabina Shoal diklaim oleh China sebagai Xianbin Jiao, sedangkan bagi Filipina dianggap sebagai Escoda Shoal.

Lokasinya berjarak sekitar 75 mil laut dari pantai barat Filipina dan 630 mil laut dari China.

Apa yang terjadi di Sabina Shoal?

Baca juga:

Pada 19 Agustus, beberapa kapal China dan Filipina bertabrakan di kawasan Kepulauan Spratly yang disengketakan.

Wilayah ini kaya akan minyak dan gas. Baik China dan Filipina telah mengeklaim kawasan ini selama bertahun-tahun.

Penjaga pantai China menuduh kapal Filipina “sengaja menabrak” mereka.

Sementara itu, Filipina menuding bahwa kapal-kapal China melakukan “manuver agresif”.

Peta Sabina Shoal BBC

Tabrakan kedua terjadi pada Minggu (25/08), dan kedua belah pihak lagi-lagi saling menyalahkan satu sama lain.

Pihak lain termasuk Inggris, Jepang, Australia, Korea Selatan hingga Uni Eropa telah mengkritik tindakan China.

Pada Senin, Filipina mengatakan bahwa 40 kapal China menghalangi dua kapal mereka yang menjalankan “misi kemanusiaan” untuk mengirimkan suplai logistik ke Teresa Magbuana, sebuah kapal penjaga pantai Filipina yang dikerahkan ke Sabina Shoal beberapa bulan lalu.

Filipina mencurigai China berupaya merebut kembali Sabina Shoal.

Mereka menunjukkan gundukan pasir dan karang yang hancur di Sabina Shoal, yang direkam oleh penjaga pantai Filipina, lalu menuduh China memanfaatkan materialnya untuk memperluas wilayah itu.

Media pemerintah China menyebut tuduhan tersebut “tidak berdasar”.

Sementara itu, Filipina mengirim Teresa Magbuana ke Sabina pada April sebagai wujud kehadiran jangka panjang mereka di kawasan ini.

Bagi Filipina, ini adalah upaya untuk mengeksplorasi minyak dan gas di Kepulauan Spratly.

Sedangkan China menganggap kehadiran Teresa Magbuana membuktikan niat Filipina untuk menduduki Sabina Shoal.

Baca juga:

Pernyataan terbaru yang diterbitkan oleh kantor berita pemerintah China, Xinhua, menyinggung soal sebuah kapal era Perang Dunia II yang usang dan dikandaskan oleh Filipina pada tahun 1999 di Second Thomas Shoal, yang dalam bahasa China dikenal sebagai Ren'ai Jiao.

Filipina masih menempatkan sejumlah tentara di Teresa Magbuana yang membutuhkan suplai pangan secara rutin.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kapal tersebut terus menerus menjadi pemicu gesekan antara kedua negara.

China terus berupaya memblokir misi membawa pasokan logistik ke kapal itu.

“Setelah 25 tahun berlalu, kapal itu masih ada di sana. Jelas sekali, Filipina berusaha mengulangi skenario ini di Xianbin Jiao,” tulis artikel tersebut.

“China tidak akan pernah tertipu oleh Filipina lagi.”

Apakah ini menunjukkan eskalasi ketegangan China dan Filipina?

Telah terjadi serangkaian pertemuan berbahaya dalam beberapa bulan terakhir karena kedua belah pihak berupaya menegakkan klaim mereka atas terumbu karang yang disengketakan, termasuk Second Thomas Shoal dan Scarborough Shoal.

Tabrakan biasanya terjadi akibat permainan kucing-kucingan yang dilakukan kedua kapal, saat mereka berusaha mengusir pihak lain.

China semakin sering menembakkan meriam air dan laser yang kuat ke kapal-kapal Filipina.

Filipina juga menuduh China menaiki kapal mereka, yang menyebabkan perkelahian, serta menyita barang-barang dan menusuk kapal karet mereka.

Manila belakangan menuduh personel penjaga pantai China yang dipersenjatai dengan pisau, tombak dan pedang menaiki salah satu kapal militer mereka dan mengancam para prajurit mereka.

Foto satelit Sabina Shoal Getty Images
Sabina Shoal terletak di Kepulauan Spratly yang kaya akan minyak

“Kami sedang berjuang melawan musuh yang lebih kuat,” kata kepala pertahanan Filipina Gilberto Teodoro pada hari Selasa, seraya mengimbau masyarakat internasional untuk mengeluarkan ‘seruan keras terhadap China’.

Tidak ada korban jiwa sejauh ini, walaupun Filipina mengatakan sejumlah tentaranya mengalami luka-luka.

Namun, Presiden Marcos Jr telah mengultimatum bahwa setiap kematian warga Filipina akibat tindakan China akan dianggap sebagai “tindakan perang”.

Para pengamat khawatir perselisihan kedua negara ini pada akhirnya dapat memicu konfrontasi yang lebih besar di Laut China Selatan.

Filipina sebelumnya telah meminta PBB menengahi sengketa ini.

Sabina Shoal, Filipina, China, Laut China Selatan Getty Images
Kapal Penjaga Pantai China (di latar belakang kiri dan kanan) terlihat melewati kapal Penjaga Pantai Filipina BRP Cape Engaño (tengah), seperti yang difoto dari BRP Cabra selama misi ke Sabina Shoal di perairan yang disengketakan di Laut Cina Selatan pada 26 Agustus 2024.

PBB kemudian menyatakan bahwa China tidak memiliki klaim yang sah. China selama ini mengeklaim sebagian besar wilayah Laut China Selatan berdasarkan batas yang mereka sebut sebagai sembilan garis putus-putus.

Namun Beijing menolak mengakui keputusan PBB tersebut.

Dalam beberapa pekan terakhir, kedua negara telah berupaya meredakan konflik di laut.

Pada bulan lalu, mereka sepakat mengizinkan Filipina menyuplai kembali makanan, logistik dan personel ke pos terdepan di Second Thomas Shoal. Sejak saat itu, tidak ada bentrokan yang dilaporkan.

Tetapi, insiden di Sabina Shoal menimbulkan pertanyaan apakah upaya de-eskalasi seperti itu efektif ketika perselisihan dapat dengan mudah berpindah ke tempat yang baru.

Laporan tambahan oleh BBC Monitoring.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada