Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Mimpi pengemis di Korea Utara jadi idola K-pop di Korea Selatan

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan

Sebelum membelot ke Korea Selatan pada usia 13 tahun, Yu Hyuk biasa mengemis di jalanan untuk bertahan hidup. Di Korea Selatan, dia sulit beradaptasi dengan hidup barunya sehingga menulis lirik menjadi satu-satunya pelipur lara. Kini, dia akan segera memulai debutnya sebagai idola K-pop.

Ketika baru berusia sembilan tahun, Yu Hyuk sudah mengenyam asam garam kehidupan saat dia mulai mengemis di jalanan di Korea Utara.

Baca juga:

Suatu saat, dia mencuri kotak makan siang yang ditinggalkan begitu saja di stasiun kereta bawah tanah. Dia menemukan nasi basi di dalamnya, jadi dia menambahkan cuka dan soda kue agar lebih enak dimakan.

Ketika pemilik kotak makan itu kembali, dia langsung ditangkap dan dipukuli.

Hyuk menyadari bahwa mencuri itu salah, namun dia beralasan saat itu dia hampir mati kelaparan.

Baca juga:

Tindakan ilegal seperti mencuri makanan, hanyalah “bagian dari kehidupan sehari-hari” bagi sebagian besar penduduk di Korea Utara, menurut Hyuk.

Sebagian besar hidup pria berusia 24 tahun ini dihabiskan dengan perjuangan bertahan hidup sehingga tak menyisakan ruang untuk bermimpi. Oleh sebab itu, masih terasa tidak nyata baginya ketika kini dirinya akan menjadi bagian dari grup K-pop pertama dengan anggota pembelot Korea Utara.

Selain Hyuk, anggota lain dari grup K-pop bernama 1VERSE—diucapkan "universe" dan sebelumnya dikenal sebagai SB Boyz—termasuk Kim Seok yang juga berasal dari Korea Utara, Aito dari Jepang, dan Kenny yang merupakan campuran China-Amerika.

Hyuk, Korsel, Korut, Korea, K-pop, 1VERSE Singing Beetle
Hyuk, Aito (kiri bawah), Seok (tengah), dan Kenny (kanan).

"Semula saya agak khawatir karena Korea Utara memiliki hubungan yang tidak bersahabat dengan Jepang. Saya sempat berpikir orang Korea Utara menakutkan, tetapi ternyata tidak," kata Aito, yang merupakan anak bungsu dari empat bersaudara.

Grup K-pop ini akan melakukan debut di AS akhir tahun ini.

Ini adalah keputusan strategis oleh Singing Beetle, label musik baru di balik 1VERSE. Kisah-kisah pembelot Korea Utara dapat menarik perhatian lebih besar dari publik Amerika, karena para bos label musik tersebut menangkap banyaknya minat dari calon investor selama kunjungan mereka ke AS.

K-pop di Utara

Kendati Hyuk dan Seok sama-sama berasal dari Korea Utara, latar belakang mereka sangat berbeda.

Keluarga Seok dari kelas menengah atas dan tinggal dekat perbatasan dengan China, sehingga ia memiliki akses ke K-pop dan K-drama melalui USB dan kartu SD selundupan.

Sementara bagi Hyuk, musik adalah kemewahan.

Ia hampir tidak pernah mendengar tentang K-pop selama hidupnya di Korea Utara, tetapi ia sangat menyadari hukuman berat bagi mereka yang mengonsumsi hiburan dari Korea Selatan.

“Saya tidak kenal seseorang yang dihukum karena mendengarkan K-pop, tetapi saya pernah mendengar tentang sebuah keluarga yang diusir dari desa mereka karena menonton film Korea Selatan,” katanya.

Provinsi Hamgyong Utara, Korea Utara. Getty Images
Hyuk hidup di Provinsi Hamgyong Utara, Korea Utara.

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, telah memperketat tindakan keras terhadap masuknya budaya Korea. Sejak 2020, konsumsi dan distribusi konten semacam itu dikategorikan sebagai kejahatan yang dapat dihukum mati.

Sebuah video langka yang diperoleh BBC Korea awal tahun ini—diyakini difilmkan pada tahun 2022—menunjukkan dua remaja laki-laki dijatuhi hukuman kerja paksa selama 12 tahun di depan umum karena menonton dan mendistribusikan K-drama.

Perkenalan Hyuk dengan K-pop terjadi setelah ia tiba di Korea Selatan. Baginya, kehidupan bintang K-pop sama sekali tidak terjangkau oleh orang-orang sepertinya.

Selain itu, dia juga sempat mengalami kesulitan ketika beradaptasi dengan kehidupan di Korea Selatan.

Baca juga:

Awalnya, ia tidak ingin membelot karena itu berarti harus meninggalkan ayah dan neneknya, yang membesarkannya setelah ibunya membelot saat ia berusia sepuluh tahun.

Ketika ibunya mengirim seorang perantara untuk kedua kalinya, ayahnya meyakinkannya untuk pergi. Butuh waktu berbulan-bulan baginya berkelana dari satu negara ke negara lain sebelum mendarat di Korea Selatan.

Hyuk tinggal bersama ibunya di Korea Selatan selama sekitar satu tahun, namun memutuskan untuk hidup sendiri karena sering bertengkar. Hingga saat ini, hubungan keduanya masih belum harmonis.

Akhirnya, dia pindah ke asrama bersama anggota grup K-pop-nya.

Ia menjuluki dirinya sebagai “orang yang paling kesepian di antara para penyendiri”—sebuah kalimat yang kini muncul dalam "Ordinary Person", sebuah lagu rap yang ia tulis.

Beradaptasi dengan sistem pendidikan Korea Selatan yang sangat kompetitif merupakan masalah lain yang dihadapi Hyuk karena dirinya tidak menyelesaikan sekolah dasar di Korea Utara sebelum membelot.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, menulis menjadi pelipur lara baginya.

Dia mulai menulis puisi-puisi pendek yang secara tidak langsung membicarakan kehidupan masa lalunya di Korea utara.

“Saya tidak bisa menceritakan apa yang telah saya alami secara terbuka, tapi saya tetap ingin mencatatnya secara rahasia.”

Awalnya, Hyuk merasa bahwa kisahnya tidak dapat dipahami oleh orang lain dan sebaiknya dirahasiakan.

Namun, setelah bergabung dengan klub musik di tahun pertama sekolah menengahnya, guru dan teman-temannya mendorongnya untuk membagikan kisahnya kepada lebih banyak orang.

Baca juga:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Mereka bilang kepada saya bahwa orang-orang benar-benar dapat memahami cerita dan kesedihan saya."

Sejak usia 17 tahun, Hyuk harus bekerja paruh waktu di restoran dan pabrik untuk menghidupi dirinya sendiri.

Meskipun jadwalnya padat, ia selalu menemukan waktu untuk menuliskan bait rap di ponselnya. Ia menulis tentang kehidupannya yang keras dan sepi serta cintanya yang mendalam kepada ayahnya.

Pada tahun 2018, ia tampil dalam sebuah program TV edukasi. Latar belakangnya yang unik dan bakat rap-nya menarik perhatian Michelle Cho, CEO Singing Beetle.

“Saya tidak memercayai Michelle selama sekitar satu tahun karena saya pikir dia menipu,” kata Hyuk.

Ia tetap skeptis sebab pembelot Korea Utara sering menjadi sasaran penipuan karena keterbatasan pengetahuan mereka tentang masyarakat Korea Selatan.

Namun, lambat laun dia menyadari bahwa Cho "menginvestasikan banyak waktu dan uang" sehingga dia yakin bahwa bos Singing Beetle itu adalah orang yang tulus.

Hyuk, Korsel, Korut, Korea, K-pop, 1VERSE Singing Beetle
Hyuk dan Seok harus belajar menyanyi dan menari dari awal

Kanvas kosong

Tidak seperti Aito dan Kenny, yang telah menekuni musik dan tari sejak usia dini, Hyuk dan Seok adalah pemula.

Mereka mengalami kesulitan ketika mengikuti tuntutan sistem pelatihan K-pop yang sangat ketat. Bagian tersulit adalah mematuhi jadwalnya yang ketat, kata Hyuk, yang biasa mengambil tiap keputusan sendiri.

Cho dan pelatih lainnya mengakui bahwa mereka belum pernah bertemu dengan peserta pelatihan K-pop seperti kedua orang ini. “

"Mereka seperti kanvas kosong,” katanya.

“Mereka sama sekali tidak memahami budaya populer.”

Namun, kemampuan mereka untuk "menanggung tantangan fisik" membuat Cho—yang telah bekerja di industri K-pop selama hampir satu dekade—tercengang.

Mereka berlatih tari selama berjam-jam dengan tekad yang kuat sehingga ia khawatir mereka berlatih secara "berlebihan".

Hyuk, Korsel, Korut, Korea, K-pop, 1VERSE Singing Beetle
Perusahaan label ini juga mengajarkan keterampilan komunikasi dan bahasa kepada para peserta pelatihan.

Selain pelajaran musik dan tari, pelatihan mereka juga mencakup etika dan berdiskusi, untuk mempersiapkan mereka menghadapi wawancara media.

“Saya rasa mereka tidak terbiasa mempertanyakan sesuatu atau mengungkapkan pendapat mereka,” kata Cho.

“Awalnya, ketika seorang pelatih menanyakan alasan di balik pendapat mereka, satu-satunya tanggapan yang diberikan adalah, 'Karena Anda mengatakannya sebelumnya.'”

Namun setelah lebih dari tiga tahun, Hyuk telah membuat kemajuan yang luar biasa.

"Sekarang, Hyuk mempertanyakan banyak hal," kata Cho sambil terkekeh.

"Misalnya, jika saya memintanya melakukan sesuatu, dia akan menjawab 'Mengapa? Mengapa itu perlu?' Terkadang, saya menyesali apa yang telah saya lakukan."

Hyuk, Korsel, Korut, Korea, K-pop, 1VERSE Jungmin Choi / BBC Korean
Ada lebih dari 30.000 pembelot Korea Utara di Korea Selatan.

Menjembatani perbedaan

Hyuk mengatakan dia tidak dapat membayangkan bagaimana rasanya ketika sesama warga Korea Utara mendengarkan lagu-lagunya.

Hal itu bisa membawa “sensasi” ke Korea Utara jika 1VERSE menjadi hit, kata Ha Seung- hee, seorang akademisi yang mengkhususkan diri dalam musik dan media di Institut Studi Korea Utara Universitas Dongguk.

Namun, masalah keamanan masih menghantuinya.

Hyuk tidak ingin dianggap sebagai pengkritik vokal Korea Utara, jadi dalam wawancaranya ia menyebut tanah airnya sebagai "sisi atas" dan menghindari menyebut Kim Jong-un.

"Sejujurnya, saya ingin dilihat sebagai idola K-pop, tanpa embel-embel berasal dari Korea Utara."

Baca juga:

Namun, Hyuk merasa memiliki tanggung jawab terhadap komunitas pembelot, terutama karena semakin banyak pembelot muda yang tak ingin lagi mengungkapkan identitas mereka.

Dia ingin menunjukkan bahwa ada cara asimilasi yang lain.

“Banyak pembelot melihat jurang pemisah yang tak terjembatani antara mereka dan idola K-pop. Itu bukanlah pilihan karier bagi kami.”

“Jadi jika saya berhasil, para pembelot lainnya mungkin akan terpacu dan punya impian yang lebih besar lagi," katanya.

"Itulah sebabnya saya berusaha sekuat tenaga.”

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada