Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Pembunuh berantai bayi di Inggris Lucy Letby dijatuhi 15 hukuman seumur hidup, mengapa pakar pertanyakan bukti persidangan?

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Lucy Letby. BBC
Lucy Letby, pembunuh berantai bayi di Inggris.

Mantan perawat Lucy Letby telah dijatuhi 15 hukuman seumur hidup, yang membuatnya jadi satu dari hanya empat perempuan Inggris yang pernah dihukum untuk menghabiskan sisa hidup di penjara. Namun kini, para ahli mempertanyakan bukti-bukti kunci yang digunakan dalam persidangan.

Peringatan: Artikel ini memuat rincian yang bisa membuat Anda tidak nyaman.

Baca juga:

Letby mendapat predikat pembunuh bayi paling keji di era modern Inggris ketika ia dihukum karena mengambil nyawa tujuh bayi yang baru lahir dan mencoba membunuh tujuh lainnya di sebuah rumah sakit di Inggris utara pada 2015 dan 2016.

Persidangannya merupakan salah satu yang terpanjang dalam sejarah Inggris, dan setiap perkembangannya selalu dipantau media. Ia telah dijatuhi 15 hukuman seumur hidup.

Namun sejak persidangannya berakhir, banyak ahli yang menyuarakan kekhawatiran tentang bukti penting yang sebelumnya diajukan kepada juri.

Baca juga:

Tim investigasi BBC berbicara dengan beberapa ahli di bidang statistik dan kedokteran neonatal—cabang kedokteran tentang penanganan bayi yang baru lahir.

Dan, mereka mempertanyakan cara pengadilan menangani kasus-kasus Letby dengan segala kerumitannya.

Mereka menyadari pasti sangat sulit bagi keluarga korban bila ada yang meragukan proses persidangan Letby. Namun, mereka merasa harus berbicara.

Letby dihukum karena membunuh dan mencoba membunuh bayi dengan berbagai metode, termasuk menyuntikkan udara ke pembuluh darah mereka, meracuni mereka dengan insulin, menimbulkan trauma, dan memasukkan udara atau cairan ke dalam perut mereka.

Sebelum kecurigaan muncul, ia tampak seperti perawat pekerja keras nan teliti. Bahkan saat persidangan berlangsung, hanya ada sedikit tanda-tanda yang mengindikasikan bahwa secara psikologis ada sesuatu yang tidak biasa padanya.

Bukti yang diajukan jaksa penuntut bersifat tidak langsung. Tidak seorang pun melihat Letby melakukan kejahatan dan tidak ada bukti forensik.

Maka, kasus tersebut sangat bergantung pada interpretasi catatan klinis oleh enam saksi ahli yang dihadirkan jaksa penuntut.

Sebagian dari bukti tersebut kini dipermasalahkan para ahli lain yang tidak ikut serta dalam persidangan. Saat itu, entah kenapa, jaksa pembela tidak menghadirkan saksi ahli mereka sendiri untuk memberikan pernyataan.

Baca juga:

Para ahli statistik senior termasuk yang mempertanyakan proses pembuktian di kasus ini, utamanya soal fakta bahwa Letby “selalu hadir” saat ada kejadian di rumah sakit.

Pada tahun-tahun hingga 2015, unit neonatal di rumah sakit Countess of Chester tempat Letby bekerja mencatat satu hingga tiga kematian per tahun.

Namun, antara Juni 2015 dan Juni 2016, setidaknya 13 bayi meninggal.

Pada awal 2016, sekelompok kecil dokter senior di rumah sakit tersebut mencurigai Letby karena ia sering bertugas saat kematian-kematian tersebut terjadi. Mereka memberi tahu manajemen rumah sakit dan akhirnya polisi pun dipanggil.

Saat persidangan, bagan kasus yang dibawa polisi menunjukkan setiap kasus bayi meninggal dan kolaps yang dituduhkan kepada Letby beserta daftar perawat di unit tersebut.

Letby adalah satu-satunya perawat yang hadir di setiap insiden tersebut.

Namun, para ahli statistik seperti Profesor Jane Hutton berpendapat bahwa bagan tersebut didasarkan pada perhitungan yang salah.

Ia bilang bagan tersebut tidak memperhitungkan hal-hal lain yang bisa menjadi alasan mengapa seorang perawat hadir lebih sering saat terjadi insiden kematian dibandingkan perawat lainnya.

Misal, seorang perawat bisa saja mengambil jam kerja lebih banyak dari yang lainnya, atau ia kebagian tugas merawat bayi-bayi dengan kondisi kesehatan buruk karena dianggap lebih mumpuni dibanding rekan-rekannya.

Dan, bagan itu hanya menunjukkan beberapa kasus kematian dan kolaps yang terjadi tahun itu.

Baca juga:

Menurut Hutton, dalam penyelidikannya polisi tidak memperhitungkan seluruh kemungkinan yang bisa menyebabkan kematian sebelum berasumsi bahwa kejahatan telah terjadi.

"Polisi hanya akan terlibat jika mereka diberi tahu dugaan bahwa ada pembunuh di sana. Dengan kata lain, mereka harus membuat asumsi bahwa kejahatan itu ada," katanya.

“Sangat mudah bagi orang-orang untuk mengalami bias konfirmasi. Sangat mudah untuk melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada di sana.”

Bukti insulin

Lucy Letby dinyatakan bersalah karena mencoba membunuh dua bayi dengan memasukkan insulin ke kantong infus mereka.

Bayi-bayi ini kami sebut sebagai Bayi F dan Bayi L—setiap bayi diberi huruf alfabet untuk melindungi identitas mereka.

Jaksa penuntut mengatakan hanya diperlukan sedikit insulin untuk meracuni bayi-bayi itu. Namun, para pakar yang BBC ajak bicara tidak setuju.

Salah satunya adalah Profesor Geoff Chase dari Universitas Canterbury di Selandia Baru, yang selama lebih dari 15 tahun meneliti cara kerja insulin pada bayi-bayi prematur.

Bekerja sama dengan ahli kimia Helen Shannon, Chase membuat model matematika yang menunjukkan bahwa dibutuhkan dosis insulin yang jauh lebih tinggi untuk mencelakakan bayi F dan L dan menghasilkan kadar insulin seperti yang tertera pada hasil tes keduanya.

Dalam kasus Bayi L, dosis insulin yang dibutuhkan disebut mencapai 20-80 kali lebih banyak.

Padahal, saat persidangan tidak ada bukti bahwa insulin dalam jumlah signifikan telah hilang dari rumah sakit.

Ilustrasi insulin. Getty Images
Ilustrasi insulin.

Pakar lain yang berbicara dengan BBC juga mempertanyakan penggunaan hasil tes darah sebagai bukti di persidangan.

Dr. Adel Ismail, yang telah menerbitkan lebih dari 30 makalah tentang uji imunoasai, mengatakan kepada BBC bahwa penggunaan hasil tes darah bisa menyesatkan.

"Dalam penelitian saya, saya menemukan tingkat kesalahannya adalah satu berbanding 200," kata Dr. Ismail.

Menurutnya, “sangat penting” untuk melakukan tes lanjutan sebagai bentuk konfirmasi.

Dalam kasus Bayi F dan Bayi L, tes lanjutan tidak dilakukan oleh laboratorium. Rumah sakit tidak memerintahkan tes lebih lanjut karena kedua bayi tersebut cepat pulih setelah terdampak insulin yang dimasukkan ke kantong infus mereka.

Rontgen dan kolapsnya Bayi C

Bayi C lahir dengan berat 800 gram pada Juni 2015, saat usia di kandungan baru 30 minggu.

Ketika berada di ruang perawatan intensif pada 13 Juni malam, kondisinya tiba-tiba memburuk.

Lucy Letby lantas dihukum karena dianggap sengaja memasukkan udara ke dalam perut bayi tersebut melalui selang hidung sehingga si bocah kolaps.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kunci dari kasus ini adalah hasil rontgen tanggal 12 Juni yang dirujuk berulang kali selama persidangan.

Dalam laporan praperadilan, dua saksi penuntut mengatakan bahwa hasil rontgen menunjukkan perut bayi itu bengkak, yang kemungkinan besar disebabkan pompa udara “secara sengaja” lewat selang hidungnya.

Namun, Dr. Michael Hall, spesialis anak yang khusus menangani bayi yang baru lahir dan menjadi konsultan pembela dalam persidangan, mengatakan kepada BBC bahwa hasil rontgen tidak menunjukkan seseorang melukai bayi itu.

Meski begitu, tim pembela Letby tidak pernah memanggil Hall dalam persidangan.

"Ada sejumlah kemungkinan penjelasan mengapa ada gas berlebih di sana," katanya.

Ia yakin bahwa kemungkinan besar kondisi itu salah satunya disebabkan oleh bantuan pernapasan yang diterima si bayi. Selain itu, imbuhnya, rontgen itu justru memberikan indikasi kuat adanya penyumbatan usus.

Letby tidak bekerja pada hari pengambilan foto rontgen. Ia pun tercatat tidak bertugas sejak sebelum bayi itu lahir—informasi ini telah didengar juri di persidangan.

Baca juga:

Saat banding, jaksa penuntut berpendapat Letby bisa saja mengunjungi rumah sakit saat tidak bertugas, tetapi tidak mengajukan bukti apa pun yang dapat menunjukkan hal itu benar terjadi.

Lalu, informasi yang disampaikan pada juri adalah Bayi C dalam keadaan stabil dan tidak ada yang menyangka kondisinya bakal memburuk di usia nyaris empat hari.

BBC mendiskusikan hal ini dengan lima dokter senior yang meninjau catatan medis si bayi yang dibuka di persidangan.

Kelimanya sepakat bahwa Bayi C sesungguhnya menghadapi risiko sangat tinggi karena kelahirannya yang prematur. Ia pun seharusnya ditangani di unit yang lebih khusus, di mana ia bakal menjalani pemeriksaan setidaknya dua kali sehari.

Ilustrasi perawat memeriksa kondisi bayi prematur. Getty Images
Ilustrasi perawat memeriksa kondisi bayi prematur.

“Saya pikir mereka gagal menyadari bahwa bayi tersebut mengalami penyumbatan usus yang menimbulkan sejumlah masalah,” kata Colin Morley, pensiunan profesor neonatologi dari Universitas Cambridge.

Menurutnya, ahli bedah seharusnya segera memberikan opini terkait kondisi si bayi. Pembedahan bisa saja dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa bayi itu, imbuhnya.

Morley mengatakan pada BBC bahwa ia “sangat yakin” Bayi C meninggal secara alami.

Ide bahwa seseorang memasukkan udara ke perut bayi secara paksa lewat selang hidung disebutnya sebagai “hipotesis yang sangat aneh”, yang tidak cukup untuk membunuh bayi tersebut.

Foto rontgen tentu saja bukan satu-satunya bukti yang digunakan untuk menghukum Letby atas tuduhan ini.

Jaksa penuntut berpendapat serangkaian pesan singkat yang dikirim Letby menunjukkan ia sangat ingin masuk ke kamar tempat Bayi C dirawat meskipun ia bukan perawat yang ditugaskan untuk itu.

Perawat lain mengatakan dia melihat Letby berdiri dekat ranjang si bayi ketika dia kolaps.

Informasi lain yang disampaikan di pengadilan adalah Letby bersikap aneh setelah kematian Bayi C dan si perawat sempat mencari orang tua si bayi di Facebook.

Kerusakan hati

Bayi O adalah salah satu dari tiga bersaudara yang lahir pada Juni 2016. Dalam persidangan, keadaannya semula disebut stabil hingga mendadak memburuk secara signifikan dan ia meninggal pada 23 Juni sore.

Ahli patologi yang dihadirkan penuntut untuk meninjau kasus itu mengatakan ia yakin Bayi O mengalami “cedera benturan” di hati yang mirip dengan yang terjadi setelah kecelakaan lalu lintas.

Namun, seorang ahli patologi perinatal senior mengatakan kepada BBC ia sangat prihatin melihat pembahasan soal patologi di persidangan.

Ahli patologi secara umum bertugas mendiagnosis penyakit pasien melalui pemeriksaan di laboratorium. Sementara itu, “perinatal” merujuk periode sebelum dan setelah kelahiran bayi.

Ilustrasi bayi yang baru lahir. Getty Images
Ilustrasi bayi yang baru lahir.

Ahli patologi yang kami ajak bicara mengatakan ia setuju dengan hasil pemeriksaan post-mortem awal, yang sebenarnya menunjukkan bahwa cedera hati dan kematian si bayi terjadi karena sebab-sebab alami.

Si ahli patologi, yang meminta namanya tidak disebutkan mengingat betapa kontroversialnya kasus ini, bilang ia pernah menemukan kerusakan hati semacam ini setidaknya tiga kali sepanjang kariernya.

Sekali lagi, ada bukti lain yang digunakan untuk menghukum Lucy Letby.

Letby sempat keberatan Bayi O dipindahkan ke area lain di rumah sakit agar mendapat pengawasan lebih ketat.

Ia dituduh memalsukan catatan medis. Selain itu, ada ruam yang menurut para ahli penuntutan menunjukkan udara telah disuntikkan ke pembuluh darah bayi.

Kebocoran dokumen

BBC juga telah melihat dokumen yang menunjukkan bagaimana unit perawatan bayi baru di rumah sakit tempat Lucy Letby bekerja itu beroperasi dengan megap-megap pada 2015 dan 2016.

Dokumen itu disebut 'daftar risiko' dan berisi laporan staf tentang berbagai masalah keselamatan serius. Dokumen itu berisi berbagai jenis masalah yang mungkin dihadapi rumah sakit mana pun di Inggris. Namun, ada beberapa hal yang menonjol.

Pada Maret 2015, tiga bulan sebelum pembunuhan pertama Letby, kepala perawat melaporkan bahwa unit itu kekurangan staf dan petugas yang ada pun tak memiliki kemampuan memadai.

Namun, selewat setahun, tak banyak hal yang berubah.

Ada masalah di tim transportasi yang bertugas membawa bayi-bayi sakit ke rumah sakit lain dengan spesialisasi tertentu. Pada November 2015 dan Maret 2016, mereka tidak tersedia saat dibutuhkan.

Pada Juli 2015, di unit tersebut muncul wabah bakteri pseudomonas yang resistan terhadap antibiotik. Ini adalah bakteri berbahaya yang tercatat jadi penyebab kematian tiga bayi di sebuah rumah sakit di Belfast, Irlandia Utara, pada 2012.

Ilustrasi bakteri pseudomonas. Getty Images
Ilustrasi bakteri pseudomonas.

Menurut dokumen tersebut, upaya telah dilakukan untuk membasmi pseudomonas dari keran-keran. Namun, delapan bulan kemudian, bakteri itu masih ada di sana.

BBC tidak dapat mengaitkan langsung seluruh masalah ini dengan cedera dan kematian para bayi di unit tempat Letby bekerja, tapi ia menggambarkan sejumlah tantangan serius yang dihadapi unit tersebut.

Dan, juri di persidangan tidak pernah mendengar soal isu ini.

Para pakar yang berbicara dengan BBC tidak memberikan penilaian soal apakah Letby salah atau tidak. Mereka hanya mengungkapkan keresahan terkait ketepatan hukuman yang diberikan pada Letby.

Crown Prosecution Service (CPS), badan publik di Inggris untuk penuntutan pidana, mengatakan pada BBC: “Dua juri dan tiga hakim pengadilan banding telah meninjau bukti-bukti yang memberatkan Lucy Letby, dan dia telah dihukum atas 15 tuduhan berbeda setelah melalui dua persidangan terpisah.”

Lebih lanjut, pengadilan disebut telah menolak permohonan Letby untuk mengajukan banding pada Mei atas dasar apa pun, dan menolak argumennya, bahwa bukti yang diajukan penuntut ahli, cacat.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada