Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

'Gaza hanyalah kuburan yang tersebar di mana-mana'

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Gaza, Israel BBC
Dua korban perang antara Gaza dan Israel

Pada 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan—menewaskan ribuan warga sipil dan menyandera 251 orang.

Hal ini memicu perang habis-habisan antara Israel dan Hamas, yang digambarkan sebagai salah satu perang paling mematikan dalam sejarah terkini wilayah tersebut.

Baca juga:

Lebih dari 40.000 warga Palestina tewas terbunuh sejak dimulainya perang di Gaza setahun lalu, menurut data Kementerian Kesehatan Hamas.

BBC News telah mengumpulkan data insiden yang terjadi sepanjang perang dan berbicara kepada sejumlah orang terdampak konflik untuk mengungkap cerita di balik angka-angka tersebut.

Fatma Edaama BBC

Fatma Edaama dan keluarganya secara turun temurun tinggal di Gaza utara. Mereka telah menyaksikan pembunuhan, kehancuran, dan kelaparan selama berbulan-bulan terakhir.

Baca juga:

Fatma menggambarkan kondisi hidup yang kini dialaminya sebagai “memalukan” dan “menyedihkan”.

Ia merasa seakan-akan telah mengalami koma selama setahun dan berharap suatu hari ia akan terbangun dan melihat kembali Gaza yang pernah dikenalnya—“indah dan semarak”.

Fatma optimistis.

“Kami akan membangunnya kembali dan menghidupkannya kembali,” katanya dengan penuh tekad.

Pantai Gaza sebelum dan sesudah invasi militer Israel BBC
Pantai Gaza sebelum dan sesudah invasi militer Israel

Hidup dan mati di Gaza

Bagi Ashraf al Attar, perang telah mengubah hidupnya selamanya.

Ashraf bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Eropa di Khan Yunis yang terletak di Gaza selatan.

Dia mengatakan kepada BBC bahwa istri dan enam anaknya tewas dalam serangan Israel di Deir al Balah di Gaza tengah, “dalam hitungan detik, semuanya [tewas] sekaligus”.

Ashraf al Attar BBC

Istri Ashraf, Hala, adalah karyawan Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA).

Putra tertua mereka, Ihsen, berusia 15 tahun. Anak bungsunya, seorang putri bernama Wateen, baru berusia 20 bulan.

Ashraf dan Hala juga memiliki anak kembar empat—dua laki-laki dan dua perempuan—yang berusia 10 tahun. Ashraf dan Hala biasa menyebut mereka semua sebagai “anugerah Tuhan”.

Istri Ashraf, Hala, bersama anak-anak mereka yang tewas dalam serangan udara BBC
Istri Ashraf, Hala, bersama anak-anak mereka yang tewas dalam serangan udara

Tentara Israel jarang mengomentari serangan individu, dan karenanya tidak segera memberikan informasi tentang serangan yang menewaskan keluarga Ashraf pada 18 Agustus dini hari.

Pernyataan yang dirilis sehari kemudian mengatakan bahwa militer telah melakukan operasi di pinggiran Deir al- Balah dengan tujuan untuk "melenyapkan teroris dan menghancurkan kompleks tempur di atas dan di bawah tanah".

Hala dan keenam anaknya hanyalah sedikit dari lebih dari 40.000 warga Palestina yang terbunuh sejak dimulainya perang di Gaza.

Terjadi juga lonjakan kekerasan di Tepi Barat yang diduduki sejak 7 Oktober.

Baca juga:

Hingga 23 September 2024, PBB menyatakan bahwa 693 warga Palestina tewas di wilayah Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur.

Jumlah tersebut termasuk 676 orang yang tewas oleh pasukan Israel dan 12 orang oleh pemukim Israel.

Israel mengeklaim serangan di Tepi Barat bertujuan untuk membendung serangan mematikan Palestina terhadap warga Israel di Tepi Barat dan Israel.

Pemerintah Israel saat ini telah mengawasi perluasan pemukiman ilegal di sana.

Warga Palestina khawatir pemerintah sayap kanan Israel berupaya membuat pemukiman di Tepi Barat tidak dapat dibatalkan.

Diagram lingkaran yang menunjukkan jumlah total warga Palestina yang dilaporkan tewas dan terluka sejak 7 Oktober 2023. Totalnya mencapai 41.467 kematian di Gaza saja, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas. BBC

Situasi di Israel

Serangan 7 Oktober, yang dianggap sebagai serangan paling mematikan dalam sejarah Israel, menewaskan lebih dari 1.200 orang—menurut angka terbaru yang diberikan oleh otoritas Israel pada awal November 2023.

Pada November 2023, BBC mengumpulkan bukti yang menunjukkan bahwa lima kelompok bersenjata Palestina bergabung dengan Hamas dalam serangan 7 Oktober di Israel, setelah berlatih bersama dalam latihan bergaya militer sejak tahun 2020.

Grafik yang menunjukkan jumlah warga Israel yang tewas dan terluka sejak 7 Oktober 2023, menurut OCHA BBC

Pada hari yang sama 251 warga Israel disandera ke Gaza oleh Hamas dan kelompok terkait.

Selama setahun terakhir sebagian dari sandera tersebut telah dibebaskan, sebagian dari mereka melalui negosiasi diplomatik dan beberapa lainnya melalui operasi militer.

Nasib 251 sandera Israel yang dibawa Hamas ke Gaza pada 7 Oktober 2023, menurut PBB dan media Israel, yang diverifikasi oleh BBC. BBC

Yarden Bibas, 34, bersama istrinya, Shiri dan kedua anak mereka termasuk di antara mereka yang disandera oleh Hamas.

Pada 29 November 2023, Hamas mengeklaim bahwa Shiri dan kedua anaknya tewas dalam serangan udara Israel saat ditawan. Pemerintah Israel mengatakan sedang memeriksa klaim tersebut.

Foto saudara laki-laki Ofri Bibas Levy, Yarden Bibas yang disandera oleh Hamas, bersama anaknya yang masih kecil BBC
Yarden Bibas, yang disandera oleh Hamas, difoto bersama anaknya yang masih kecil
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Orfi Bibas Levy adalah saudara perempuan Yarden. Ia mengaku kalut dengan nasib saudara laki-lakinya dan keluarganya, tetapi masih berharap mereka masih hidup.

Dia mengatakan dia tidak yakin berapa lama mereka dapat bertahan hidup dalam penyanderaan—yang menurutnya "tidak manusiawi", terutama bagi anak-anak seusia itu.

Orfi mengatakan kepada BBC bahwa dia “berjuang untuk tetap yakin”.

Orifi Bibas Levy, saudara perempuan Yarden BBC

Ada Sagi, seorang aktivis perdamaian Israel berusia 75 tahun, ditangkap dari rumahnya oleh Hamas di kibbutz Nir Oz pada 7 Oktober dan disandera di Gaza selama 53 hari.

Dia adalah salah satu dari 105 sandera Israel yang dibebaskan selama gencatan senjata selama seminggu yang menegangkan sejak 24 November 2023.

Baca juga:

Pertukaran tersebut juga mencakup 240 tahanan Palestina yang dibebaskan dari penjara Israel.

“Saya tidak percaya pada perdamaian saat ini,” katanya.

Upaya diplomatik lebih lanjut untuk menghentikan perang sejauh ini gagal.

Ada Sagi BBC

Penduduk Gaza terus berpindah: tidak ada tempat yang aman

Hingga 30 September 2024, PBB memperkirakan jumlah penduduk Gaza sekitar 2,1 juta jiwa. Sembilan puluh persen dari mereka telah mengungsi.

Sepanjang perang setahun terakhir, tentara Israel telah mengeluarkan perintah evakuasi, mengarahkan orang-orang ke “daerah aman” yang telah ditentukan.

Laporan UNICEF pada bulan Agustus 2024 menyebutkan bahwa 1,7 juta orang di Gaza dipindahkan ke wilayah seluas 48 kilometer persegi. Hal ini menciptakan kepadatan penduduk lebih dari 35 ribu orang di setiap kilometer persegi.

Infografis dari UNRWA menunjukkan bahwa 90% penduduk Gaza mengungsi. BBC

Njoud Abu Kaloub, 31, adalah salah satu dari sekitar 1,9 juta orang terlantar di Gaza.

Njoud dan keempat anaknya harus pindah 11 kali karena perintah evakuasi atau serangan Israel.

Kerap kali mereka juga melarikan diri dari kepadatan penduduk dan penyakit.

Infografis yang menunjukkan bahwa keluarga Njoud telah mengungsi sebanyak 11 kali sejak dimulainya perang. BBC

Sekarang dia tinggal di tenda darurat di Al-Mawasi, daerah gurun pasir di Khan Younis. Daerah itu sebelumnya ditetapkan oleh Israel sebagai zona aman tetapi kemudian diserang. Njoud tidak berencana untuk pindah lagi

Njoud Abu Kaloub BBC

Seperti banyak pengungsi di Gaza, Njoud Abu Kaloub tidak akan punya tempat kembali setelah perang ini berakhir.

Pada Maret tahun ini, para ahli PBB mengatakan bahwa lebih dari 70% dari seluruh rumah di Gaza telah rusak atau hancur sejak dimulainya perang.

Hanya dalam enam hari pertama perang, angkatan udara Israel telah menjatuhkan lebih dari 6.000 bom di Gaza.

Operasi Israel di Gaza dimulai di bagian utara jalur tersebut dan bergerak melintasi peta di bawah ini hingga mencapai Rafah di perbatasan dengan Mesir, yang mengakibatkan kerusakan besar di seluruh wilayah.

Serangkaian citra satelit menunjukkan meningkatnya kerusakan di Gaza. BBC

Pada awal Juli 2024, PBB memperkirakan lebih dari 40 juta ton puing telah terkumpul akibat hancurnya bangunan di Gaza.

Ini setara dengan setiap meter persegi tanah di Gaza ditutupi oleh 115 kilogram puing.

PBB memperkirakan diperlukan waktu 15 tahun dan lebih dari 500 juta dolar untuk membersihkan puing-puing yang menimbulkan ancaman mematikan bagi warga Gaza karena puing-puing tersebut dapat berisi persenjataan yang belum meledak dan zat-zat berbahaya.

Infografis dari UNEP dan UNOSAT menunjukkan bahwa puing-puing yang dihasilkan selama setahun konflik di Gaza adalah 14 kali lipat total dari semua konflik Israel-Gaza sejak 2008 BBC

“Diperlukan waktu setidaknya hingga tahun 2040 untuk memulihkan hanya unit-unit rumah yang hancur total selama perang” ini adalah “berdasarkan skenario optimis” yang diperkirakan oleh Program Pembangunan PBB dalam laporan mereka pada Mei 2024.

Aseel Ayman Mutair BBC

Aseel kehilangan saudara laki-lakinya dalam perang ini. Ibunya menderita kanker dan upaya keluarganya untuk mengirimnya keluar dari Gaza untuk berobat tidak berhasil.

Ayahnya menderita penyakit ginjal serius.

Pada hari-hari sulit, dia merasa tidak punya apa-apa lagi untuk dijalani, ungkapnya kepada BBC.

Pada hari-hari yang lebih optimis, Aseel mengatakan yang ia inginkan hanyalah pengobatan untuk ibu dan ayahnya dan dapat meninggalkan Gaza untuk bersatu kembali dengan tunangannya di Siprus ketika perang berakhir.

Menemukan cara untuk mengakhiri perang dengan gencatan senjata yang langgen—meskipun sangat diharapkan oleh mereka yang terdampak konflik—menjadi semakin sulit.

Situasinya malah tumbuh lebih kompleks dan kekerasan meningkat dengan cepat, menyebar ke seluruh Timur Tengah.

Desain grafis oleh Raees Hussain, Kate Gaynor dan Gerry Fletcher

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada