Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Pesta-pesta penyebab kejatuhan P Diddy - ‘Dia menganggap dirinya raja’

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Sean "Diddy" Combs dalam acara White Party di New York Getty Images
White Party yang diadakan setiap tahun oleh Sean "Diddy" Combs berperan untuk memperluas pengaruhnya di industri hiburan.

Pernah ada suatu masa ketika undangan ke pesta yang diadakan produser musik Sean “Diddy” Combs menjadi salah satu tiket yang paling dicari di industri hiburan.

Sebabnya jelas, pesta tersebut adalah kesempatan bagi tamu undangan untuk bergaul dengan beragam selebritas ternama yang mencakup Justin Bieber, Mariah Carey, Paris Hilton, dan Jennifer Lopez. Jay-Z dan Beyonce bahkan beberapa kali merilis karya terbaru mereka di acara tersebut.

Baca juga:

“Saat Diddy mengedipkan mata ke Anda dan mengatakan, datanglah ke bagian VIP, Anda akan melewati malam yang amat menyenangkan,” kata Rob Shuter, yang bekerja sebagai humas Diddy ketika rapper tersebut sedang berada di puncak ketenarannya. Shuter memaparkan kesaksiannya kepada BBC News dalam sebuah wawancara eksklusif.

Kini, Diddy mendekam di sel penjara Brooklyn, tak jauh dari Hamptons–tempat ia pernah menggelar pesta-pesta meriah.

Kejatuhan Sean “Diddy” Combs dari kejayaan terjadi begitu cepat setelah berbagai kasus pidana menuduhnya terlibat perdagangan seks hingga pemerasan.

Baca juga:

Lebih dari selusin gugatan perdata juga telah diajukan, antara lain tuduhan bahwa maestro musik ini melakukan penyerangan, pemerkosaan dan, eksploitasi seksual.

Seorang pengacara mengungkapkan tengah mewakili lebih 100 orang yang mengeklaim bahwa mereka menjadi korban pelecehan seksual.

Rapper kelahiran Harlem tersebut berulang kali menyangkalnya, baik terkait tuduhan pidana maupun perdata.

Seorang juru bicara membantah tuduhan terhadap Diddy dan menyampaikan kepada BBC News, “Tuan Combs tetap kuat, sehat, dan disiplin, berkomitmen penuh untuk melakukan pembelaan dengan dukungan yang tak tergoyahkan dari pihak keluarga, tim hukum, dan kebenaran”.

Sean ‘Diddy’ Combs akan diadili pada Mei 2025.

Raja pesta yang mendambakan status raja

Sean "Diddy" Combs dalam "The Real White Party", 2 September 2007 di East Hampton, New York. Getty Images
Sean "Diddy" Combs menjadi "rajanya pesta New York". Foto ini memperlihatkan "The Real White Party" pada 2 September 2007 di East Hampton, New York.

Shuter—yang bekerja untuk Diddy sejak 2002 hingga 2004—mengungkapkan bahwa Combs ada pada momen penting dalam kariernya ketika dia mulai bekerja untuk sang rapper.

Combs mendirikan Bad Boy Records pada 1993, sebuah perusahaan rekaman yang mewakili beberapa nama besar di dunia hip hop–termasuk Notorious B.I.G dan Usher.

Pada 1998, dia menciptakan merek pakaian Sean John yang menjadi sangat terkenal. Dari situ, ia terjun ke dunia parfum, alkohol, dan bahkan mendirikan perusahaan media.

Dia lantas menjadi pembawa acara beberapa reality show sehingga dia bisa menemukan bakat baru dan menjadikan mereka bintang.

Shuter mengungkapkan bahwa ketika dirinya pertama kali bekerja untuk Diddy, sang rapper ingin mengubah persona dan meningkatkan karier di dunia hiburan. Dia ingin menggunakan pesta-pesta yang dia adakan untuk memastikan dirinya tetap menjadi pusat industri hiburan.

“Dia menyadari bahwa cara untuk mendapatkan perhatian terbesar adalah dengan menjadi raja pesta di New York,” kata Shuter.

Shuter mengatakan bahwa Diddy terobsesi dengan kekuasaan dan hasrat untuk tetap terkenal. Dia mencontohkan betapa sang rapper sangat senang difoto serta gemar memamerkan gaya hidupnya.

Begitulah tugas Shuter, membantu menjaga Diddy tetap ada di puncak. Shuter mengaku bahwa menjadi bagian dari rombongan Diddy seperti menjadi bagian dari sebuah sirkus. Adapun Diddy berperan sebagai pemimpin arena sirkus alias “ringmaster”.

Namun, Shutter menegaskan drinya tidak pernah menyaksikan kejahatan seksual.

“Yang saya lihat adalah ketidakseimbangan kekuasaan,” kata dia.

“Yang belum pernah saya lihat adalah apa yang dituduhkan sekarang, dan itu sungguh mengerikan.”

“Alasan dia menjadi superstar adalah karena yang dia [Combs] pikirkan hanyalah Diddy. Mulai saat dia bangun tidur hingga tidur lagi,” jelas Shutter kepada BBC News.

“Hobi Diddy adalah Diddy,” tambahnya.

Baca juga:

Dia juga mengeklaim bahwa Combs sangat tertarik dengan keluarga Kerajaan Inggris.

Shutter bercerita, pernah diminta lebih dari 10 kali untuk menelepon Pangeran Harry dan Pangeran William untuk mengundang mereka ke pesta. Diddy menawarkan akan menanggung biaya perjalanan, penginapan, dan bahkan membayar keamanan mereka.

Di apartemen mewahnya di New York, sang rapper menyimpan foto-foto berbingkai berisi potret para pangeran, kata Shutter.

“Dia menganggap dirinya sebagai seorang raja, jadi sangat masuk akal jika dia ingin kedua pangeran itu ada dalam rombongannya.”

Namun, Shutter menambahkan, baik Harry maupun William tidak pernah sekali pun mengiyakan undangan dari Combs.

Akan tetapi mengatakan “tidak” kepada sang maestro musik tersebut bukanlah sesuatu yang dilakukan oleh banyak orang lainnya.

Shuter—yang bekerja untuk Diddy sejak 2002 hingga 2004 (terlihat sebelah kiri) mendampingi Combs ke berbagai acara, termasuk Pemilu AS. Getty Images
Shuter—yang bekerja untuk Diddy sejak 2002 hingga 2004 (terlihat sebelah kiri) mendampingi Combs ke berbagai acara, termasuk Pemilu AS.

“Selalu ada senjata api di sekitar Diddy,” ucap Shutter, sembari menggambarkan alat detektor logam di apartemen Diddy yang menyerupaialat detektor logam di bandara.

“Rasanya aneh.”

Menurut Shutter, ada berbagai senjata api di seluruh rumah sang rapper hingga di pergelangan kaki para penjaga keamanan. Combs menjaga lingkaran dekatnya dan sangat serius menjaga keamanan serta citranya.

“Anda tidak akan bisa menjadi Diddy … kecuali jika orang-orang di sekitar Anda melakukan pengamanan ketat. Tidak ada seorangpun di sekelilingnya yang ceroboh.”

Sisi gelap pesta putih, menurut gugatan hukum

Sang rapper tinggal di Los Angeles, di wilayah yang dikenal sebagai jalan termahal di Beverly Hills.

Pagar yang tinggi memungkinkan para selebritas terhindar dari pengintaian. Salah satu tetangga Diddy adalah Hugh Hefner, pendiri majalah Playboy.

Di depan rumah Diddy, terdapat gerbang yang menjulang tinggi dan obor yang menyala-nyala pada siang dan malam hari.

Para tetangga mengatakan kepada BBC bahwa mereka sering memanggil polisi lantaran pesta yang diadakan di rumah Diddy.

Sebuah dokumen yang diperoleh BBC melalui aturan kebebasan informasi mengungkap bahwa kepolisian telah 14 kali dikirim untuk menertibkan pesta di rumah P Diddy selama tujuh tahun.

Beberapa tetangga menceritakan kepada BBC apa yang mereka saksikan dan mengungkapkan bahwa mereka muak serta terganggu dengan apa yang mereka lihat.

“Selama enam atau tujuh tahun hanya ada pesta, pesta, pesta,” tutur seorang tetangga.

Dia mengaku menyaksikan perempuan setiap saat “keluar dan duduk di jalan, mereka tidak tahu di mana mereka sedang berada”.

Dia mengatakan bahwa mereka tampak “linglung” dengan “pakaian dalam yang terlihat”.

Selebritas seperti Paris Hilton dan Kim Kardashian menghadiri White Party pada 2006. Getty Images
Selebritas seperti Paris Hilton dan Kim Kardashian menghadiri White Party pada 2006.

Rumah Combs di Beverly Hills adalah salah satu dari beberapa tempat yang dia pakai untuk menyelenggarakan pesta tahunan bernama “White Party”—sebuah acara yang dia gelar sejak 1998 hingga 2009.

Dia memulai pesta itu di kawasan eksklusif Hamptons di New York. Para tamu undangan diminta berpakaian serba putih. Acara ini mempertemukan kelompok elite East Hampton dengan bintang-bintang hip hop yang sedang naik daun.

Combs pernah menggambarkan pesta-pesta tersebut sebagai cara untuk mendobrak batasan rasial dan generasi.

Namun pesta tersebut sejatinya adalah sebuah “kedok” yang memungkinkan terjadinya “kejahatan”, demikian tuduhan dalam gugatan hukum baru-baru ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam gugatan yang diajukan pekan ini, seorang pria–saat itu berusia 16 tahun–menggambarkan sensasi menghadiri “White Party” pertama yang diadakan Combs pada 1998.

Saat berjalan ke rumah besar di Hamptons, dia melihat beragam selebritas hingga eksekutif industry hiburan. Dalam gugatannya, dia menuliskan bahwa dia meyakini pesta tersebut mampu membuka pintu karier bermusiknya.

Dia menuturkan, bertemu dengan sang rapper saat sedang hendak ke kamar mandi. Mereka mulai berbicara dan lantas pindah ke tempat lain yang lebih privat.

Saat itulah Combs mengatakan bahwa remaja tersebut memiliki “penampilan” yang tepat dan dia bisa mengubah siapapun menjadi bintang, demikian menurut gugatan tersebut.

Kemudian keadaan berubah. Combs tiba-tiba memerintahkan laki-laki yang saat itu masih remaja untuk melepaskan celana sehingga Combs bisa memeriksa dan menyentuhnya, demikian tuduhan dalam gugatan tersebut.

Menurut gugatan, Combs mengatakan itu adalah “sebuah ritual” dan “jalan untuk menjadi seorang bintang”.

Combs, sebagaimana dipaparkan dalam dokumen gugatan, mengatakan tindakan itu adalah cara untuk membuktikan diri. Combs kemudian bertanya kepada remaja tersebut. “Apakah kamu tidak ingin masuk ke bisnis ini?”

Setidaknya, dua tuntutan hukum lainnya berpusat pada pesta-pesta tersebut.

Mantan bintang film porno, Adria English, mengeklaim bahwa dia “disiapkan secara berkala untuk menjadi korban perdagangan seks” setelah bekerja di beberapa acara White Party. Adria mengeklaim minuman-minuman alkohol dalam pesta itu dicampur dengan narkoba.

Gugatan lain adalah soal kejadian di White Party pada 2006. Gugatan ini diajukan seorang pria yang tidak bersedia menyebutkan namanya. Dalam gugatannya, pria tersebut mengaku bekerja sebagai petugas keamanan di acara itu. Saat itu, dia menuduh minuman dicampur narkoba dan dia diperkosa oleh Combs.

Secara total, ada lebih dari selusin gugatan perdata yang menuduh maestro musik tersebut melakukan penyerangan, pemerkosaan, dan eksploitasi seksual.

Dalam tuntutan hukum ini, baik laki-laki maupun perempuan, mengatakan bahwa mereka dipaksa melakukan hubungan seks, baik oleh Combs atau orang dalam rombongannya.

Penggugat lainnya mengatakan terpaksa patuh karena diintimidasi oleh Combs dan kekuasaan yang dia miliki di industri hiburan.

Beberapa orang menggambarkan bahwa karier mereka terpuruk atau peluang mereka akan diambil ketika mereka tidak menuruti keinginan Combs.

"White Party" di East Hampton, New York, pada 2007. Acara ini dihadiri Mariah Carey, Tommy Lee, dan Russell Simmons. Getty Images
"White Party" di East Hampton, New York, pada 2007. Acara ini dihadiri Mariah Carey, Tommy Lee, dan Russell Simmons.

Tim hukum Combs menolak tuntutan hukum tersebut sebagai “upaya yang jelas untuk mendapatkan publisitas”.

Menanggapi berita ini, juru bicara sang rapper mengatakan kepada BBC News bahwa tuduhan pelanggaran di pesta-pesta terkenal tersebut tidak berdasar.

“White Party Sean Combs dan acara lainnya sangat ikonik, sebuah perpaduan sejati antara hip-hop, Hollywood dan, kehebatan orang-orang kulit hitam,” demikian bunyi pernyataan tersebut.

“Sangat mengecewakan melihat media dan komentator sosial memutarbalikkan momen budaya ini menjadi sesuatu yang tidak benar. Mempermalukan para pesohor yang hadir, mengambil klip video dan foto di luar konteks dan, mencoba mengaitkan peristiwa ini dengan tuduhan palsu adalah sama sekali tidak benar.”

Sean "Diddy" Combs berpose dengan produser Russell Simmons, rapper LL Cool J, dan Rev Al Sharpton. Getty Images
Tamu undangan dalam White Party pada 2004 mencakup produser Russell Simmons, rapper LL Cool J, dan Rev Al Sharpton.

Penyanyi Cassie, yang berkencan dengan rapper tersebut selama hampir satu dekade sejak 2007, dalam sebuah gugatan hukum menuduh Combs telah mengendalikan setiap aspek kehidupannya, memaksanya untuk mengonsumsi obat-obatan terlarang dalam jumlah berlebihan, berhubungan seks dengan pria lain, memukulinya selama bertahun-tahun, dan mengancamnya–dan orang-orang di lingkarannya–ketika mencoba untuk memutuskan hubungan dengan Combs.

Dalam gugatan hukumnya–yang memicu banyak tuduhan terhadap rapper tersebut–Cassie mengungkapkan bahwa ketika berpacaran dengan Combs, dia menyadari bahwa Combs memiliki “jaringan pengikut yang sangat setia” yang akan melakukan apapun yang diminta.

“Dia [Cassie] menyadari bahwa dirinya tidak berdaya, dan melaporkan Combs ke pihak berwenang tidak akan mengubah status atau pengaruh Combs, tapi hanya akan memberikan alasan lain bagi Combs untuk menyakitinya,” demikian isi gugatan tersebut.

Cassie yang bernama lengkap Casandra Ventura mengatakan, setelah dirinya mencoba untuk meninggalkan Combs, label rekamannya mengancam “singlenya tidak akan dirilis jika ia tidak menjawab panggilan telepon dari Combs”, demikian dipaparkan dalam gugatan.

Pengacara Combs kembali membantah tuduhan itu, dan mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada BBC pada awal pekan ini bahwa Combs “tidak pernah melakukan pelecehan seksual terhadap siapapun–orang dewasa maupun anak di bawah umur, laki-laki maupun perempuan”.

‘Keberanian itu menular'

Ketika berbagai tuntutan hukum memerinci dugaan pelecehan seksual di pesta-pesta yang diadakan di rumah milik Combs, aparat federal justru berfokus pada pesta “Freak-off” di kamar-kamar hotel.

Departemen Kehakiman mendakwa Combs melakukan konspirasi pemerasan, perdagangan seks dan, terlibat dalam prostitusi dalam dokumen gugatan setebal 14 halaman pada bulan lalu.

Jaksa menuduh Combs merekam tindakan seks selama “Freak Off”. Aparat federal menyebut acara itu sejatinya pesta seks selama berhari-hari yang melibatkan banyak pekerja seks.

Gugatan tersebut menuduh Combs dan rekan-rekannya memesan kamar hotel dan mengisinya dengan narkotika, pelumas, linen tambahan, dan pencahayaan sehingga mereka dapat merekam pesta seks tersebut.

Selama “Freak Off”, Combs diduga “memukul, menendang, melempar benda-benda ke arah korban”, yang menyebabkan cedera sehingga terkadang membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk pulih,” menurut dokumen pengadilan.

Berdasarkan dokumen dakwaan, para peserta diduga dipaksa mengonsumsi obat-obatan terlarang dan diancam untuk tetap “taat dan patuh”. Setelah itu, mereka yang terlibat akan diberi cairan infus untuk memulihkan diri, demikian tuduhan para jaksa.

Gugatan Cassie yang bernama lengkap Casandra Ventura, diajukan pada November 2023–hampir setahun sebelum Combs digugat di New York—mencakup keterangan terperinci mengenai pesta-pesta “Freak-Off” yang dituduhkan.

Gugatan tersebut mengungkap bahwa Combs menjadi tuan rumah acara ini setiap minggu di hotel-hotel di New York dan Los Angeles. Dia dituduh mendatangkan para pekerja seks, memasok obat-obatan termasuk ekstasi, kokain dan ketamin, serta memaksa Cassie melakukan aktivitas seksual.

Dalam sebuah penggerebekan di rumah mewah milik Combs di Los Angeles dan Miami, aparat penegak hukum menyita senjata jenis AR-15, magasin berkapasitas besar, ribuan botol pelumas, dan baby oil.

Penangkapan Combs dan dampak penangkapan itu terhadap kariernya telah memicu harapan di kalangan aktivis dan penyintas kekerasan seksual bahwa kasus ini dapat mendorong perubahan berarti dalam industri musik.

Gloria Allred, seorang pengacara hak-hak perempuan terkemuka yang telah membela sejumlah perempuan selama gerakan #MeToo, percaya bahwa dunia akhirnya melihat sebuah “kebangkitan” dalam industri musik.

Dia mewakili Thalia Graves, yang mengeklaim dirinya dibius dan diperkosa dengan brutal oleh rapper tersebut pda 2001. Dia mengatakan pernah diancam oleh Combs dan tidak mau bicara karena takut rapper itu akan “menghancurkan hidupnya, demikian ungkap Allred.

Namun Allred mengungkapkan kepada BBC bahwa dia merasa dampak dari penangkapan Diddy ini masih jauh dari selesai.

“Keberanian itu menular,” tuturnya.

Para jaksa serta pengacara yang jumlahnya terus bertambah telah mengisyaratkan bahwa akan ada banyak korban yang bermunculan.

“Combs tidak melakukan semua ini sendirian,” kata Damian Williams, Jaksa AS untuk Distrik Selatan New York.

“Dia menggunakan perusahaannya, karyawan perusahaan itu, serta rekanan lainnya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.”

Investigasi terhadap kasus ini masih terbuka, kata pihak berwenang.

Ketika Combs meninggalkan sidang terakhirnya dengan mengenakan baju tahanan berwarna krem, dia berkata ke keluarganya, “saya mencintaimu” dan berulang kali meletakkan tangannya di dada, mengisyaratkan gestur berdoa.

Saat sidang berakhir, sekelompok penggemar berkerumun di dekat pintu ruang pengadilan sambil berjinjit, berharap dapat melihat sekaligus menunjukkan dukungan kepada rapper tersebut.

Bagi mantan asistennya, badai yang kini menyelimuti sang rapper bukannya tanpa ironi.

“Dia ingin menjadikan dirinya orang yang paling terkenal di dunia, dan ironisnya, sekarang dia menjadi terkenal,” kata Shutter.

Christal Hayes turut berkontribusi dalam artikel ini.

More on this story

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada