Sejauh ini belum banyak informasi yang didapat tentang jati diri Rahaf Mohammed al-Qunun, selain ia adalah seorang putri gubernur al-Sulaimi, di Arab Saudi bagian utara.
Ia adalah seorang perempuan berusia 18 tahun yang kabur dari keluarganya ketika mereka sedang melakukan perjalanan ke Kuwait. Ia semula berencana melarikan diri ke Australia melewati Bandar Udara Suvarnabhumi, Bangkok, ibu kota Thailand.
- Kabur dari keluarga dan mengaku keluar dari Islam, kasus perempuan Saudi ditangani badan pengungsi PBB
- Perempuan Saudi akan mendapatkan konfirmasi perceraian melalui pesan teks
- Mengapa perempuan di Arab Saudi bisa dipenjara kalau tidak mematuhi perintah ayah?
Namun setibanya di Bangkok, ia mengaku paspornya disita oleh pejabat Arab Saudi dan dipaksa kembali ke Kuwait untuk menemui keluarganya.
Sebagai upaya mencegah pengusiran oleh pihak berwenang Thailand, Rahaf membarikade diri dalam kamar hotel di lingkungan bandara, sambil mengetwit kondisinya, perlakuan yang dialami dan permintaan suaka ke Australia, Inggris, Kanada dan Amerika Serikat.
"Saya unggah cerita dan foto saya di media sosial dan ayah saya begitu marahnya karena saya melakukan ini... Saya tidak bisa belajar dan bekerja di negara saya, jadi saya ingin bebas dan belajar dan bekerja sebagaimana saya inginkan."
Murtad dan khawatir akan dibunuh
Setelah berlangsung drama selama sekitar 48 jam, Rahaf Mohammed al-Qunun akhirnya keluar dari lingkungan bandara pada Senin (07/01) setelah berunding dengan perwakilan Badan Pengungsi PBB, UNHCR, dan pihak berwenang Thailand.
Ia mengaku sudah keluar dari agama Islam dan akan dibunuh oleh keluarganya jika ia dipaksa pulang.
Berdasarkan hukum di Arab Saudi, seseorang yang murtad dapat dijatuhi hukuman mati.
Seorang juru bicara keluarga Rahaf Mohammed al-Qunun mengatakan kepada BBC bahwa pihak keluarga tidak bersedia memberikan pernyataan dan hal yang paling diutamakan adalah keselamatan Rahaf.
Pemerintah Australia telah menyatakan akan "mempelajari dengan seksama" permohonan suaka al-Qunun menyusul proses di UNHCR yang telah rampung.
Hingga Rabu (09/01), Rahaf Mohammed al-Qunun tidak bersedia menemui ayah dan abangnya yang telah tiba di Bangkok. Ia kini berada di bawah perlindungan UNHCR atas kerja sama dengan pihak berwenang Thailand.
Berbagai organisasi hak asasi manusia seperti Human Rights Watch (HRW) menyatakan kekhawatiran mendalam terkait nasib warga Arab Saudi itu.
"Ia mengatakan dengan jelas bahwa ia mengalami penyiksaan baik fisik maupun psikologis. Ia menuturkan telah membuat keputusan untuk keluar dari Islam. Dan saya tahu, begitu ia murtad, maka ia menghadapai masalah serius," kata Wakil Direktur Asia HRW, Phil Robertson, seperti dilaporkan oleh kantor berita Reuters.
Nasib perempuan Saudi
Seorang kawan Rahaf Mohammed al-Qunun, Nourah Alharbi, menuturkan dukungan dari media sosial membantunya bertahan.
"Kemarin para pendukung media sosial membuat perubahan dalam kehidupan Rahaf. Anda menyelamatkan nyawa Rahaf: orang-orang, media," kata Nourah Alharbi kepada koran Inggris, The Guardian.
"Ia tidak mempercayainya. Hari ini (Selasa/09/01) ketika saya menghubunginya ... ia mengatakan ia melihat ribuan pesan, semuanya memberikan dukungan. Ia ketakutan dan stres, dan ketika ia melihat pesan-pesan, ia berubah," tambah Nourah Alharbi yang kini tinggal Sydney, Australia.
Rahaf Mohammed al-Qunun dan Nourah Alharbi sebenarnya senasib. Ia sendiri melarikan diri dari Arab Saudi karena, menurutnya, mendapat perlakuan buruk dari keluarganya.
Kini ia mengajukan suaka di Australia. Ia mengaku terus berkomunikasi dengan Rahaf Mohammed al-Qunun.
Sebelumnya pada April 2017, seorang perempuan Arab Saudi, Dina Ali Lasloom, 24, dipulangkan secara paksa dari Filipina. Hingga kini tidak diketahui bagaimana nasibnya.
Kasus Rahaf Mohammed al-Qunun ini menjadi perhatian internasional terkait dengan berbagai halangan yang dihadapi perempuan di Arab Saudi. Negara kerajaan itu juga disorot sehubungan dengan pembunuhan wartawan kawakan, Jamal Khashoggi, yang kerap melontarkan kritik terhadap pemerintah.