Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Vietnam: Terlalu Pendek Tidak Boleh Ikut Kuliah?

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Vietnam: Terlalu Pendek Tidak Boleh Ikut Kuliah?
Iklan

School of Management and Business (HSB) di Universitas Nasional Hanoi menyatakan ada hubungan signifikan antara tinggi badan dan kesuksesan, sehingga orang yang dianggap terlalu pendek tidak mereka terima. Untuk penerimaan tahun 2024, HSB menetapkan ukuran tinggi badan minimal untuk perempuan 1,58 meter dan untuk laki-laki 1,65 meter. Pengecualian dimungkinkan dalam kasus-kasus individual.

Berita itu dirilis oleh portal berita Tuoi Tre, dan langsung menyulut perdebatan sengit di media sosial di Vietnam.

Baca Juga:

Awal Juni, Kementerian PendidikanVietnam meminta universitas untuk meninjau lagi persyaratan itu. Pihak universitas kemudian mengurangi pembatasan itu dari empat jurusan menjadi hanya satu jurusan, yaitu jurusan manajemen dan keamanan.

HSB membenarkan kriteria seleksi tinggi badan dengan mengatakan bahwa universitas tersebut adalah tempat melatih para pemimpin masa depan dan manajer yang unggul untuk sektor publik dan swasta. Karena itu selain kesesuaian profesional, diperlukan juga kesesuaian fisik. Tinggi badan adalah faktor penting, terutama dalam hal kepemimpinan dan kepercayaan diri, kata Universitas.

DW sejauh ini belum menerima tanggapan langsung dari HSB. Semua pertanyaan melalui email dan telepon tidak dijawab.

Mana yang standar dan mana yang ekstrem?

Baca Juga:

Apakah memang ada hubungan antara ukuran tubuh dan rasa percaya diri? Lalu tinggi badan mana yang ideal? Napoleon Bonaparte tingginya 1,66 meter, politisi reformis Cina yang terkenal, Deng Xiaoping, tinggi badannya 1,57 meter, dan Lenin tingginya 1,60 meter.

Psikolog sosial Andrea Abele-Brehm dari Universitas Erlangen-Nürnberg di Jerman meragukan hubungan signifikan antara tinggi badan dan kepercayaan diri. Dia mengatakan dalam sebuah wawancara dengan DW: "Ada hubungannya, tetapi relatif kecil dan ambigu." Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai penelitian di Amerika, Eropa dan Asia Timur, katanya.

Penyimpangan ekstrim dari rata-rata, misalnya ukuran tubuh yang sangat kecil, memang dapat berdampak pada kepercayaan diri, menurut penelitian. Namun kalau memang perbedaannya ekstrim. Untuk ukurann rata-rata, faktor ini dapat diabaikan.

Tapi berapa "ukuran rata-rata" untuk Vietnam? Rata-rata tinggi badan di Vietnam adalah 1,56 meter untuk wanita dan 1,68 meter untuk pria. Data ini berasal dari National Institute of Nutrition Vietnam tahun 2019-2020.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Siapa pun yang tingginya beberapa sentimeter di atas atau di bawah rata-rata, secara statistik memang menyimpang dari standar "normal", tapi biasanya itu masih dalam batas toleransi yang disebut "deviasi standar".

Otoritas Statistik Nasional Vietnam, GSO, dalam pernyataan tertulis kepada DW mengatakan bahwa data sebaran tinggi badan tidak dikumpulkan secara sistematis. Oleh karena itu, standar deviasi di Vietnam tidak dapat ditentukan secara langsung.

Tinggi badan, kompetensi dan stereotip

Menurut banyak penelitian internasional, orang yang bertubuh tinggi secara statistik menghasilkan lebih banyak uang daripada orang yang lebih pendek. Pada saat yang sama, terbukti bahwa tinggi badan tidak ada hubungannya dengan kompetensi seseoang.

Meski begitu, banyak orang yang percaya bahwa orang bertubuh tinggi lebih sukses dalam hidupnya. Inilah yang oleh psikologi sosial disebut sebagai stereotip. Dalam kasus ini, stereotip tersebut mengklaim adanya hubungan antara tinggi badan dan kompetensi, (besar =lebih kompeten sehingga lebih berhasil) yang sebenarnya tidak ada.

Hal ini tidak berarti bahwa stereotip tidak mempunyai pengaruh sosial. Hal-hal tersebut mempunyai dampak, namun hanya berdasarkan kepercayaan terhadap stereotip dan bukan berdasarkan pada fakta. Dengan kata lain, rata-rata orang yang bertubuh tinggi mempunyai penghasilan yang lebih tinggi karena banyak orang salah mengira bahwa mereka lebih kompeten.

Psikolog sosial Abele-Brehm berpendapat, lembaga pendidikan seharusnya memerangi stereotip dan memberikan informasi yang benar. "Tentu saja Anda harus melawan stereotip seperti itu, jika tidak, institusi tersebut akan terus memperkuat stereotip itu,” kata Brehm. Pembatasan menurut tinggi badan di HBS jelas bertentangan dengan tujuan sebenarnya dari sebuah universitas, yaitu mendidik mahasiswa yang berpedoman pada akal dan sains, tambahnya.

(hp/as)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada