Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Kebuntuan di Ukraina Bayangi Peringatan 75 Tahun NATO

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Kebuntuan di Ukraina Bayangi Peringatan 75 Tahun NATO
Iklan

Konferensi Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO, di Washington, Amerika Serikat, dipastikan bakal mengalihkan perhatian Presiden Joe Biden dari pergulatan politik domestik jelang pemilu. Pemimpin dari 32 negara anggota akan bertemu selama tiga hari mulai Selasa (9/7), termasuk tamu kehormatan dari Australia, Jepang, Selandia Baru dan Korea Selatan.

KTT kali ini turut mengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang mengemban misi menghimpun dukungan untuk menghalau invasi Rusia sejak 2022. Meski berhasil membukukan sejumlah kemajuan di fron timur, militer Ukraina belakangan kian kewalahan menghadang pergerakan pasukan Rusia. Kondisinya bahkan diklaim "suram" oleh seorang pejabat Eropa di sela-sela KTT di Washington.

Baca juga:

"KTT ini akan sangat berbeda dari rencana awal karena ini terjadi pada saat yang kritis bagi keamanan Eropa,” kata sosok yang enggan disebutkan namanya itu. "Rusia saat ini berada dalam situasi yang cukup nyaman. Mereka tinggal menunggu saja,” katanya.

Max Bergmann, direktur program Eropa di lembaga riset Center for Strategic and International Studies, CSIS, mengatakan pertemuan puncak itu diadakan pada "saat terbaik dan saat terburuk," ujarnya seperti dikutip AFP.

"Saat terbaik, dalam artian pakta ini kini kembali ke tujuan awal, yakni menghalangi Rusia. Banyak negara anggota yang kini menambah anggaran pertahanan,” kata dia. "Tetapi ini juga merupakan saat terburuk, karena perang di Ukraina, sulitnya meningkatkan belanja pertahanan di Eropa dan kekhawatiran mengenai kepastian politik di Amerika Serikat," kata dia, merujuk pada peluang kemenangan Donald Trump yang kritis terhadap NATO.

Ketidakstabilan politik di Washington

Baca juga:

Trump tidak jengah menyuarakan kekagumannya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin. Sejak lama dia mengkritik NATO sebagai beban yang tidak adil bagi kas Amerika Serikat, karena keengganan negara-negara Eropa untuk menepati syarat minimal dua persen belanja pertahanan.

Kandidat Partai Republik itu juga bersikeras bahwa dirinya dapat menghentikan perang di Ukraina, dan mengindikasikan bakal mengaitkan bantuan militer dengan kesediaan Ukraina memadu negosiasi dengan Rusia.

Trump unggul tipis atas Biden dalam jajak pendapat baru-baru ini. Sementara itu, di Prancis Presiden Emmanuel Macron juga menghadapi perubahan politik dengan menguatnya kelompok populis kanan, yang secara historis dekat dengan Rusia. Putin baru-baru ini menjamu Viktor Orban, perdana menteri Hongaria yang saat ini memegang jabatan presiden bergilir Dewan Eropa.

KTT NATO juga untuk pertama kalinya akan dihadiri oleh perdana menteri baru Inggris Keir Starmer, yang mulai menjabat pekan lalu setelah Partai Buruh menggulingkan Partai Konservatif dalam pemilu legislatif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengimbau bantuan militer bagi Ukraina setidaknya sebesar 40 miliar euro per tahun, demi menjamin kapasitas Kyiv dalam menghadapi perang panjang melawan Rusia.

Titian rumit bersama Ukraina

Di lingkaran diplomat, upaya membetoni bantuan bagi Ukraina dikenal sebagai kebijakan "anti-Trump," lantaran besarnya peran AS dalam menyokong Ukraina. Sejauh ini, Washington telah mengucurkan bantuan senilai USD175 miliar kepada Kyiv.

Sebab itu pula, Presiden Zelenskyy kali ini diharapkan bisa memenangkan dukungan negara lain, tidak seperti KTT tahun lalu di Lituania, ketika prospek keanggotaan Ukraina ditolak oleh sebagian besar anggota NATO.

Pemerintah Ukraina mengakui tidak ada peluang perubahan sikap di Washington. Presiden Biden dan Kanselir Jerman Olaf Scholz sejak awal beroposisi terhadap gagasan keanggotaan Ukraina.

NATO sejatunya tidak mengangkat anggota yang sedang aktif berperang. Menerima Ukraina akan secara otomatis menyeret NATO ke kancah peperangan melawan adidaya nuklir Rusia.

Sebaliknya, Biden merangkai perjanjian keamanan selama 10 tahun dengan Ukraina, di mana Washington berkomitmen menopang kapabilitas pertahanan dengan kucuran dana bantuan. Belum lama ini, Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan Amerika Serikat akan segera mengumumkan bantuan militer baru senilai USD2,3 miliar.

rzn/hp (afp,ap)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada