Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Israel Bahas'Respons Balasan' atas Serangan di Dataran Tinggi Golan

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Israel Bahas'Respons Balasan' atas Serangan di Dataran Tinggi Golan
Iklan

Kabinet keamanan Israel membahas berbagai kemungkinan langkah yang akan diambil menyusul serangan mematikan yang menewaskan 12 anak-anak di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, menurut laporan kantor perdana menteri pada hari Minggu (28/07).

"Pertemuan kabinet keamanan telah selesai,” kata kantor tersebut dalam sebuah pesan di media sosial. "Para anggota kabinet memberikan wewenang kepada Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan untuk memutuskan cara dan waktu respons terhadap organisasi teroris Hizbullah.”

Baca juga:

Israel dan Amerika Serikat menuduh Hizbullah, yang oleh beberapa negara dikateogorikan sebagai kelompok teror, melakukan serangan tersebut dari Lebanon. Sedangkan Hizbullah yang didukung Iran itu membantah bertanggung jawab.

Serangan pada hari Sabtu (27/07) menghantam desa Majd al-Shams, yang dihuni kelompok Arab Druze, dan menewaskan belasan anak dan remaja. Reaksi langsung Israel adalah menyerang target-target di Lebanon semalam, tetapi rapat Kabinet hari Minggu (28/07) menunjukkan bahwa mereka akan mengambil tindakan lebih lanjut, meskipun ada peringatan internasional untuk tidak melakukan eskalasi.

PM Inggris serukan gencatan senjata segera

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog di Paris, sebut sebuah laporan dari kantor PM Inggris pada hari Minggu (28/07).

Baca juga:

Menurut sebuah pernyataan, Starmer "menegaskan kembali dukungannya yang berkelanjutan terhadap hak Israel untuk mempertahankan diri sesuai dengan hukum internasional.”

Namun, dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa "harus ada langkah-langkah segera menuju gencatan senjata sehingga para sandera dapat dibebaskan dan lebih banyak bantuan kemanusiaan dapat masuk bagi mereka yang sangat membutuhkan.”

Erdogan mengancam akan 'memasuki' Israel

Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada hari Minggu (28/07) malam bahwa Turki mempertimbangkan untuk melakukan intervensi pada Israel seperti yang telah dilakukan sebelumnya pada negara-negara lain, tetapi tidak merinci bentuk intervensi tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kita harus menjadi sangat kuat agar Israel tidak dapat melakukan hal-hal konyol terhadap Palestina. Sama seperti kami memasuki Karabakh, sama seperti kami memasuki Libya, kami mungkin akan melakukan hal yang sama terhadap mereka,” katanya dalam sebuah pidato tentang industri pertahanan Turki.

"Tidak ada alasan mengapa kita tidak bisa melakukan ini ... Kita harus kuat agar kita dapat mengambil langkah-langkah ini,” katanya dalam pidato yang disiarkan di televisi.

Erdogan secara terbuka mengkritik operasi Israel di Gaza, meskipun ada upaya untuk mendekatkan kedua negara Timur Tengah tersebut sebelum tanggal 7 Oktober.

Tidak jelas apa yang dimaksud Erdogan dengan "intervensi" ke Israel. Pada tahun 2020, personil militer Turki dikerahkan untuk mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya yang diakui PBB.

Mengenai Nagorno-Karabakh, Ankara sebelumnya membantah terlibat dalam invasi yang dilakukan oleh sekutu dekatnya di Azerbaijan di bekas daerah yang dikuasai etnis Armenia tersebut.

Namun, tahun lalu Turki mengatakan, pihaknya akan menggunakan "segala cara”, termasuk pelatihan militer dan modernisasi untuk mendukung upaya pembebasan Azerbaijan.

fr/ha/hp (Reuters, AFP, AP, EFE, dpa)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada