Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Turbin Angin Cina di Lepas Pantai Jerman

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Turbin Angin Cina di Lepas Pantai Jerman
Iklan

Kerjasama dengan perusahaan-perusahaan Cina dalam proyek besar di Jerman dan Eropa sering diiringi dengan kecurigaan besar, terutama jika menyangkut perangkat keras atau perangkat lunak di bidang yang dikategorikan sebagai "infrastruktur kritis".

Pada awal Juli, Kementerian Dalam Negeri Jerman mengumumkan, "komponen dari Huawei dan ZTE tidak lagi diizinkan untuk digunakan dalam jaringan inti 5G paling lambat pada akhir tahun 2026.” Komponen-komponen yang sudah terpasang harus "diganti paling lambat akhir tahun 2029”. Menurut Kementerian Dalam Negeri, jaringan seluler merupakan bagian dari "infrastruktur kritis” karena "sangat penting bagi energi, transportasi, kesehatan dan keuangan” di Jerman.

Baca juga:

Tapi baru-baru ini, perusahaan investasi Luxcara di Hamburg menyatakan, mereka menugaskan produsen turbin angin Cina, Ming Yang, untuk pertama kalinya membangun ladang angin lepas pantai di lepas pantai Jerman. Pengumuman itu langsung ditanggapi kritis kalangan pengamat dan politisi.

Ketika ditanya mengapa Luxcara memilih Ming Yang untuk membangun pembangkit listrik tenaga angin di pulau Borkum, Lars Haugwitz, konsultan senior di Luxcara, mengatakan kepada DW: "Kami memutuskan turbin yang paling kuat. Itulah dasarnya dalam tinjauan menyeluruh terhadap semua tawaran yang kami terima. Ming Yang menjadi satu-satunya perusahaan yang menyatakan mampu memenuhi target waktu pengiriman tahun 2028 dengan sistem berkapasitas pembangkitan 18,5 megawatt."

Perusahaan Cina ditunjang subsidi besar

Sejauh ini, Vesas dari Denmark dan pabrikan Jerman-Spanyol Gamesa, milik Siemens, yang biasanya menangani proyek-proyek pembangkit listrik lepas pantai di Eropa. Namun menurut informasi harian ekonomi Handelsblatt, operator pembangkit listrik tenaga angin Jerman sekarang memang melirik ke Cina. Karena permintaan turbin angin di Eropa tinggi, namun pasokannya terbatas.

Baca juga:

Ada beberapa alasan mengapa perusahaan-perusahaan Cina sering memenangkan tender dalam hal teknologi baru, kata Michael Tenten, direktur pelaksana Pure ISM - sebuah perusahaan yang menangani keamanan informasi di bidang energi terbarukan. Salah satu alasannya adalah "pengiriman sistem yang lebih cepat.” Namun demikian, menurut Michael Tenten, alasan utama memilih pemasok dari Cina "lebih bersifat ekonomis" karena harganya jauh lebih murah.

Pemerintah Cina memang memberikan subsidi besar-besaran kepada produsen teknologi ramah lingkungan. Harian ekonomi Handelsblatt mengutip sebuah studi yang dilakukan oleh Institut Kiel untuk Ekonomi Global IfW, yang menyatakan bahwa lebih dari 99 persen perusahaan Cina yang tercatat di bursa menerima subsidi langsung pemerintah pada tahun 2022. Menurut IfW, salah satunya adalah produsen mobil listrik BYD, yang menerima subsidi sangat tinggi. Contoh BYD ini menunjukkan sebesar apa "cakupan subsidi untuk teknologi ramah lingkungan,” kata direktur riset IfW, Dirk Dohse kepada Handelsblatt.

Masalah keamanan data dan keamanan teknis

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain soal subsidi, ada satu hal penting lain yang menjadi alasan mengapa perusahaan Cina sering dicurigai: yakni masalah keamanan data. "Produsen biasanya mengoperasikan ruang kendali mereka sendiri untuk memantau ladang angin yang mereka bangun. Selama ruang kendali ini tidak berlokasi di Jerman, selalu ada risiko pengoperasian yang tidak diinginkan yang berasal dari pengaruh luar negeri pada operasi tersebut," kata Michael Tenten.

Tapi Luxcara menyatakan, tidak ada masalah besar dalam hal ini dengan proyek ladang angin lepas pantai di Jerman. "Inspeksi, pengendalian, dan servis turbin akan dilakukan sepenuhnya di Jerman," jelas Lars Haugwirt kepada DW. "Tidak akan ada koneksi data langsung ke pabrikan (di Cina)," tambahnya.

Michael Tenten menilai, Jerman tetap harus berhati-hati, walaupun masalahnya belum akut. "Saat ini saya tidak mengetahui ada pabrikan Cina yang berencana atau berniat untuk memiliki ruang kendali seperti itu di sini."

Tapi penting bagi Jerman untuk menerapkan standar tertinggi dalam hal fungsionalitas dan keamanan. "Dalam pandangan saya, pengoperasian turbin angin yang stabil dan aman sangat penting untuk memastikan pasokan listrik yang berkelanjutan dan andal serta keamanan pasokan,” kata Michael Tenten.

(hp/as)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada