Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Tawanan Perang Ditemukan Tewas, Netanyahu dalam Tekanan

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Tawanan Perang Ditemukan Tewas, Netanyahu dalam Tekanan
Iklan

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan konferensi pers pada hari Senin (02/09), dan meminta maaf kepada keluarga para sandera karena gagal membawa pulang mereka.

Pada Sabtu (31/08) malam, pasukan Israel menemukan enam jenazah sandera di sebuah terowongan di Gaza. Kematian tersebut memicu protes yang meluas.

Baca juga:

"Saya meminta maaf kepada keluarga korban bahwa kami tidak dapat membawa mereka pulang dalam keadaan hidup," ungkap Netanyahu. "Kami hampir berhasil, tetapi kami tidak bisa melakukannya."

Namun, terkait negosiasi gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera, Netanyahu menegaskan bahwa Israel tidak akan menyerah pada apa yang disebut Koridor Philadelphia, wilayah perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir.

Koridor Philadelphia dianggap sebagai salah satu hambatan terbesar dalam mencapai kesepakatan pembebasan sandera.

Baca juga:

"Koridor ini memiliki kepentingan yang sangat penting bagi masa depan kita, dan saya tidak akan menyerah pada tekanan ini," kata Netanyahu.

Pasukan Israel sedang beroperasi di Rafah, bagian dari koridor tersebut, ketika jenazah ditemukan. "Pembunuhan enam sandera itu tidak terjadi karena keputusan tentang Philadelphia, tetapi karena Hamas itu sendiri," jelas Netanyahu.

"Penguasaan koridor Philadelphia menjamin bahwa sandera tidak akan diselundupkan keluar dari Gaza," tambahnya.

Pemakaman sandera keturunan Israel-Amerika diadakan di Yerusalem

Ribuan orang berkumpul pada hari Senin (02/09) untuk memakamkan Hersh Goldberg-Polin di pemakaman Givat Shaul di Yerusalem. Pria Israel-Amerika berusia 23 tahun itu adalah salah satu dari enam sandera yang dibunuh saat ditawan di Gaza pada akhir pekan lalu.

Di salah satu persimpangan, puluhan warga setempat memberikan penghormatan dengan berbaris di jalan dengan bendera Israel saat keluarga menuju pemakaman.

Laporan di Israel menyebutkan bahwa para sandera dibunuh hanya beberapa hari sebelum ditemukan oleh militer Israel pada hari Sabtu (31/08).

Di pemakaman, beberapa orang membawa bendera Hapoel Jerusalem, tim sepak bola favorit Hersh, dan banyak teman-temannya dari Brigade Malcha, kelompok ultra Hapoel, datang ke pemakaman untuk memberikan penghormatan terakhir.

Goldberg-Polin diculik pada 7 Oktober saat menghadiri festival musik Nova di Israel selatan. Ia adalah salah satu dari 250 sandera yang ditawan oleh kelompok militan Hamas. Sekitar 100 sandera masih berada di Gaza, sepertiga di antaranya diyakini sudah meninggal.

Noam Marhum, keluarga Hapoel, mengatakan kepada DW bahwa dia datang ke Yerusalem dari Tel Aviv untuk menghadiri pemakaman tersebut.

"Itu bukan akhir yang pantas baginya. Dia masih muda dan pantas hidup lebih lama," kata Marhum.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Saya marah pada Hamas, marah pada pemerintah kami," tambahnya.

"Setelah 11 bulan, saya rasa tidak ada solusi lain. Kita harus membawa mereka kembali dalam keadaan hidup. Dan saya berharap tekanan yang bisa kami berikan sekarang akan membawa pulang sandera yang masih hidup ke keluarga mereka, karena mereka tidak pantas mendapatkan ini," kata Marhum.

"Kami pikir, kami memiliki kesempatan untuk menyelamatkannya, dan itu menghancurkan hati kami. Dia adalah bagian besar dari kami," tambahnya.

Kegagalan pemerintah untuk membawa pulang para tahanan dalam keadaan hidup dalam kesepakatan gencatan senjata yang akan mencakup pembebasan sisa sandera telah memicu protes besar-besaran di Israel dan pemogokan umum.

"Itu juga membayangi pemakaman, meskipun bagi kebanyakan orang di sini, ini adalah hari berkabung, bukan politik," kata koresponden DW di Yerusalem, Tania Kraemer.

WHO: Kampanye polio Gaza adalah 'tugas yang menakutkan'

Sementara itu, misi untuk memberikan vaksin polisa pada sekitar 640.000 anak di Jalur Gaza yang hancur adalah "tugas yang menakutkan", kata perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Richard Peeperkorn kepada DW, Senin (02/09).

Peeperkorn mengatakan bahwa 90% dari anak-anak di Jalur Gaza harus dilindungi oleh kampanye ini untuk menghentikan wabah penyakit tersebut di Gaza dan mencegah penyebarannya ke luar.

"Kami telah membagi Gaza menjadi tiga zona. Jadi, kami berbicara tentang zona tengah, di mana kami sekarang berada, kami berbicara tentang populasi target sebanyak 156.000 anak, kemudian selatan dengan populasi target 340.000, dan kemudian Utara dengan 150.000. Di setiap zona, kami memiliki tiga hari untuk melakukan vaksinasi dan jika diperlukan, kami menambahkan satu hari lagi."

Peeperkorn menegaskan bahwa orang tua di Gaza sangat senang anak-anak mereka divaksin.

"Selalu ada penerimaan yang tinggi terhadap vaksinasi di Gaza, dan di Tepi Barat juga. Dan sebelum krisis ini, program imunisasi rutin di Gaza memiliki cakupan setinggi 90 hingga 95%, sebenarnya lebih tinggi dari sejumlah negara Eropa, negara berpenghasilan tinggi. Jadi ada penerimaan yang sangat besar."

Dia mengatakan bahwa pihak yang berperang harus mematuhi kesepakatan untuk menghentikan pertempuran saat petugas kesehatan memvaksinasi anak-anak.

"Kami masih memiliki 10 hari lagi. Dan sangat penting bahwa semua pihak mematuhi jeda kemanusiaan yang telah disepakati ini."

rs/ha/yf (AP, AFP, dpa, Reuters)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada