Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Daylight Savings Time Punya Dampak Buruk pada Kesehatan?

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Daylight Savings Time Punya Dampak Buruk pada Kesehatan?
Iklan

Cuaca semakin dingin dan hari semakin pendek, ini menunjukkan musim dingin segera tiba di Jerman dan negara Eropa lainnya. Bagi orang yang tinggal di negara tropis, mungkin tidak familiar dengan istilah daylight savings time (DST). Sistem DST biasanya dipakai oleh negara-negara yang memiliki empat musim, seperti Amerika Serikat, Australia, Jerman, dan lainnya. Sistem pengaturan jam ini biasanya memajukan satu jam saat cuaca mulai hangat agar malam hari jatuh di waktu yang lebih lambat. Sebaliknya, saat musim gugur atau cuaca mulai dingin, waktu dimundurkan satu jam dari zona waktu standar.

Awalnya, DST dirancang untuk mengurangi konsumsi energi saat Perang Dunia I untuk memaksimalkan penggunaan siang hari. Sistem yang bertujan untuk "menyimpan cahaya siang hari" saat musim panas ini dinilai tidak lagi ada manfaatnya di zaman modern. Bahkan, memiliki dampak buruh pada kesehatan, salah satu dampaknya ialah pada "ritme sirkadian", yakni jam biologis tubuh yang beroperasi pada siklus 24 jam. Ritme tersebut berperan dalam mengatur fungsi-fungsi tubuh yang penting, termasuk tidur, pelepasan hormon, metabolisme, dan suasana hati.

Baca juga:

Gangguan yang berasal dari bertambah atau berkurangnya waktu tidur akan mengganggu siklus tidur alami dan memengaruhi fungsi-fungsi ini. Menurut para peneliti, meskipun perubahan waktu "tidak terlalu berpengaruh” di musim panas, saat matahari terbit masih sangat pagi, hal yang sama tidak berlaku di musim-musim lainnya. Paparan cahaya yang tepat waktu menjaga siklus sirkadian tetap selaras dengan 24 jam sehari karena cahaya pagi hari mendorong bangun secara alami dan memungkinkan tidur lebih awal di malam hari.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Beberapa penelitian ilmiah juga menemukan bukti adanya peningkatan konsekuensi kesehatan yang merugikan setelah pergeseran waktu. Misalnya, para peneliti di Finlandia menemukan bahwa rawat inap untuk stroke meningkat dalam dua hari pertama setelah perubahan waktu. Penelitian juga mengaitkannya dengan peningkatan masalah kesehatan mental dan gangguan suasana hati, terutama pada individu yang rentan, termasuk peningkatan angka bunuh diri pada minggu-minggu setelah dimulainya waktu musim panas.

Pada tahun 2018, Komisi Eropa mengusulkan larangan perubahan jam musiman setelah 4,6 juta orang Eropa menyuarakan pendapat mereka dalam konsultasi Uni Eropa. Hasilnya jelas: mayoritas 84% menyerukan diakhirinya perubahan jam, dengan alasan kesehatan, keselamatan, dan penghematan energi yang minimal sebagai alasan utama. Jadi, apakah tahun ini akan menjadi daylight savings time terakhir di Eropa?

Baca juga:

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada