Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Seberapa Hijaukah Kota-kota di Asia?

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Seberapa Hijaukah Kota-kota di Asia?
Iklan

Tutupan pohon di ruang perkotaan mempunyai dampak besar terhadap kesehatan dan kesejahteraan, karena pohon dapat menurunkan suhu ekstrem dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik penghuninya.

"Kami tidak mempunyai banyak tanaman hijau di tempat kami tinggal. Ada jalan-jalan yang memiliki pepohonan dan taman yang hijau, tapi itu saja tidak cukup. Ini membuat kota kami sangat panas," kata Fatima Irfan Shaikh dari Karachi, kota terbesar di Pakistan.

Baca juga:

Sebagian besar penduduk di wilayah metropolitan seperti Kolombo dan Sri Lanka tinggal di lingkungan dengan tutupan pohon yang tinggi, tetapi hal sebaliknya terjadi di kota metropolitan lain seperti Karachi, atau di ibu kota India, New Delhi. Di wilayah metropolitan ibu kota Bangladesh, Dhaka, seperempat dari 24 juta penduduk kota itu tinggal di wilayah yang hampir tidak ada pohon sama sekali.

Dibandingkan dengan kota-kota di Eropa dan Amerika Utara, secara keseluruhan cakupan pohon di kota-kota di Asia lebih sedikit.

Mumbai hijau, Beijing abu-abu

Wilayah Metropolitan Mumbai di India adalah salah satu pusat perkotaan paling ramah pepohonan, dengan sebagian besar penduduknya tinggal di wilayah dengan tutupan pohon sekitar 20%. Meskipun Mumbai sangat padat dan ramah pepohonan, seperti Tardeo dan Anushakti Nagar, zona subur biasanya berada di pinggiran kota.

Baca juga:

Namun, Mayuresh Ghash, ahli ekologi di Mumbai, mengatakan kepada DW bahwa tutupan pohon di kota tersebut tidak tersebar secara merata, dan pembangunan mengancam ruang hijau.

"Membangun petak-petak tidak akan membantu… kita harus fokus pada keseluruhan kawasan,” katanya, seraya menambahkan bahwa menebang pohon untuk membuka jalan bagi pembangunan di Mumbai merupakan masalah, karena satwa liar tidak diperhitungkan dan anak pohon tidak dapat menggantikan pohon-pohon tua.

Tutupan pohon yang rimbun seperti di Mumbai jarang terjadi di kota-kota besar lain di Asia. Banyak kota yang miskin pohon seperti Beijing. Sebagian besar penduduk Beijing tinggal di daerah dengan tutupan pohon hanya sekitar 10%.

Untuk kawasan pemukiman padat penduduk, atau bahkan di tempat yang tidak mendukung pertumbuhan pohon, rencana penghijauan bisa dimasukkan ke dalam rencana pembangunan perkotaan dan dapat bermanfaat bagi penduduk kota dan lingkungannya.

Sebuah studi pada tahun 2023 berpendapat, kota bisa menjadi hijau dan padat jika perencana kota memilih untuk memanfaatkan solusi yang tersedia semaksimal mungkin.

Pepohonan membuat kota lebih layak huni

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Singapura adalah yang terdepan di Asia dalam pembangunan perkotaan ramah lingkungan. Sebagai negara dengan kepadatan penduduk tinggi, negara ini memprioritaskan ruang hijau perkotaan dalam perencanaan kotanya.

"Misalnya, Singapura telah membangun jalan raya besar yang memerlukan reservasi khusus untuk penanaman pohon," kata Chua Yen Ling, direktur kelompok strategi dan perencanaan di Dewan Taman Nasional Singapura, kepada DW.

Singapura juga telah menghadirkan solusi kota hijau yang kreatif, seperti tembok hijau vertikal dan taman atap. Sebaliknya di Tokyo, salah satu kota terpadat dunia, sekitar 40% penduduknya tinggal di lingkungan yang hampir tidak ada pohon.

Awal 2024, banyak wilayah Asia mengalami suhu tertinggi. India, misalnya, menghadapi gelombang panas terburuk dalam satu dekade terakhir, dengan suhu yang melonjak hingga di atas 50 derajat Celcius yang tercatat di ibukota di New Delhi.

Menambahkan lebih banyak pohon di area yang sangat terbuka, dapat menjadi penentu antara hidup dan mati bagi banyak orang. Kementerian Kesehatan India mengatakan 110 orang meninggal karena sengatan panas antara bulan Maret hingga Juni 2024.

Banyak tempat di dunia yang mencoba menjadi "kota spons" dengan meninggalkan desain bangunan yang terbuat dari beton dan aspal, yang tidak memungkinkan air mengalir atau meresap.

Di kota-kota seperti Kolombo, Mumbai dan Singapura, sebagian besar penduduknya tinggal di daerah dengan tutupan pepohonan yang sebanding dengan yang terlihat di negara-negara maju. Rata-rata, Eropa dan Amerika Utara menyediakan lebih banyak ruang untuk pepohonan di kota mereka dibandingkan negara lain di dunia.

Secara umum, kota-kota di negara-negara dengan tingkat pembangunan ekonomi yang lebih tinggi mempunyai tutupan pohon yang lebih subur. Karena penghijauan perkotaan memainkan peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk kota, kota-kota harus meningkatkan cakupan pepohonan di lebih banyak kawasan.

Diadaptasi dari artikel DW bahasa Inggris

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada