Pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) selalu menjadi sorotan dunia, tetapi kekuatan dari calon pemenang, baik Kamala Harris maupun Donald Trump, juga sangat bergantung pada komposisi di Kongres AS.
Selain memilih presiden, warga AS juga memberikan suaranya untuk memperebutkan 435 kursi di DPR AS dan sepertiga kursi Senat AS. Hasil pemilihan ini akan menentukan seberapa jauh agenda presiden terpilih akan berjalan.
Sistem pemilu yang berbeda antara pilpres dan Kongres AS dirancang untuk menjaga stabilitas politik di negara itu. Anggota DPR dipilih setiap dua tahun, sementara senator menjabat selama enam tahun.
Partai Republik ambil alih kendali Senat AS
Partai Republik mengambil alih kendali atas Senat AS dengan kemenangannya di Virginia Barat dan Ohio pada Selasa (05/11). Kemenangan ini memastikan, partai Donald Trump akan mengendalikan setidaknya satu kamar di Kongres AS tahun depan.
Namun, belum ada satu pun partai yang terlihat unggul dalam pertarungan perebutan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS, yang saat ini masih dikuasai Partai Republik dengan selisih yang sangat tipis.
Meski begitu, hasil kemarin (05/11) sudah memastikan bahwa kekuasaan Partai Republik akan membantu Trump dalam penunjukkan hakim-hakim konservatif dan personil pemerintah lainnya, jika ia menang pemilu presiden.
Jim Justice dari Partai Republik diprediksi akan memenangkan kursi Senat AS di Virginia Barat, menurut hasil jajak pendapat, mengambil alih kursi yang sebelumnya dipegang oleh Joe Manchin, anggota independen Partai Demokrat.
Sementara di Ohio, beberapa media AS memproyeksikan bahwa Bernie Moreno dari Partai Republik akan mampu mengalahkan petahana Partai Demokrat, Sherrod Brown.
Dua kemenangan itu akan memastikan Partai Republik mendapat setidaknya mayoritas suara 51-49 di Senat AS.
Sejarah baru di Kongres AS
Partai Republik akan memegang keuntungan besar, jika mereka berhasil mempertahankan kendali di DPR AS, yang saat ini masih dipegang mayoritas anggota dari Partai Republik, dengan selisih tipis 220-212 suara.
Partai Republik juga berhasil merebut tiga kursi dari wilayah yang biasanya dikuasai Partai Demokrat di North Carolina. Sementara Partai Demokrat justru mengambil kendali atas kursi petahana Partai Republik di Alabama. Partai Demokrat kini hanya perlu membalikkan keadaan, dengan setidaknya mendapatkan enam kursi demi berhasil mengambil alih kendali atas 435 kursi di DPR AS.
Para pemilih di Delaware juga sedang menorehkan sejarah baru, di mana Sarah McBride dari Partai Demokrat terpilih sebagai anggota Kongres AS pertama yang secara terbuka merupakan seorang transgender.
Partai Republik juga berpeluang memperluas mayoritas suaranya di Senat AS, jika berhaisl memenangkan Montana, di mana Jon Tester dari Partai Demokrat menghadapi pertarungan sengit dalam pemilihan ulang, dan telah berhasil kuasai beberapa negara bagian di Midwestern yang cukup kompetitif.
Di Texas, Ted Cruz dari Partai Republik yang sedang menjabat diproyeksikan akan memenangkan pemilihan ulang, mengalahkan Colin Allred dari Partai Demokrat.
Sementara di Nebraska, Senator Deb Fischer dari Partai Republik menahan tantangan yang sangat kuat dari kandidat independen, Dan Osborn, yang belum memastikan apakah dia akan bergabung dengan Demokrat di Senat AS jika dia berhasil menang.
Akan ada dua perempuan berkulit hitam yang akan menjabat secara bersamaan untuk pertama kalinya di Senat AS. Beberapa media memprediksi Angela Alsobrooks dan Lisa Blunt Rochester dari Partai Demokrat, masing-masing akan berhasil mengambil kendali di Maryland dan di Delaware.
Kursi penentu mayoritas di DPR AS masih diperebutkan
Namun, hasil pemilu di DPR AS masih belum ditentukan, meski Partai Republik telah berhasil meraih kemenangan di North Carolina. Para analis mengatakan, Partai Demokrat dapat dengan mudah meraih kursi yang cukup untuk mengambil kendali di DPR, meski tidak ada tanda-tanda kemenangan telak dari satu sisi, seperti yang terjadi pada pemilu 2018 dan 2010.
Setidaknya, dengan mengamankan 200 kursi untuk masing-masing partai, pihak yang menang kemungkinan hanya akan berakhir dengan mayoritas selisih tipis yang dapat membuat pemerintahan menjadi sulit. Hal ini juga telah terbukti dalam dua tahun terakhir, terkait pertikaian di Partai Republik, yang telah menyebabkan kegagalan pada pemungutan suara untuk meraih suara mutlak, kekacauan kepemimpinan, serta melemahkan upaya partai dalam memangkas pengeluaran dan memperketat imigrasi.
Pertarungan ketat di negara bagian New York dan California yang sangat demokratis, juga dapat menentukan kendali pada DPR AS, meski hasil akhirnya mungkin belum akan diketahui selama beberapa hari ke depan, karena California butuh waktu beberapa hari untuk menghitung surat suaranya.
kp/as (Reuters/AFP)