Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan akan mengikuti aturan pemerintah untuk menghentikan impor jagung. “Saat pemerintah bilang menghentikan, ya kita berhenti tapi kan izin yang diterima oleh Bulog setahun,” kata dia dalam acara Bicara Stok dan Harga Beras Terkini di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta pada Senin, 18 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menghentikan peraturan itu baru dibuat minggu ini. Sedangkan ketersediaan jagung impor pada Januari hingga Februari lalu sudah diberikan kepada peternak. “Itu atas permintaan pemerintah dan masyarakat karena harga jagung terlalu mahal pada saat itu,” ucap Bayu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, jagung itu membantu para peternak kecil dan masyarakat yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan baku pakan. Khususnya kepada peternak ayam layer dan peternak pabrik pakan broiler.
Selain itu, yang mesti diperhatikan adalah kesesuain jagung impor. Dalam berapa kasus, Bulog menjumpai jagung dengan kadar air sebesar 30 persen karena baru panen. Di mana yang dijual adalah jagung bonggolan. Padahal menurut aturan kadar air jagung harus 15 persen dan sesuai ketentuan harga Rp 4.200 per kilogram.
Impor jagung yang tersisa nantinya akan digunakan sebagai antisipasi di musim paceklik. “Kami tunggu musim panen sekarang sampai musim paceklik lagi. Jangan-jangan para peternak kita membutuhkan jagung lagi,” ujar Bayu.
Pemerintah menyetop impor jagung sebelum panen raya yang puncaknya diperkirakan berlangsung pada April 2024. Penutupan keran impor jagung tersebut untuk memastikan hasil produksi dalam negeri terlebih dulu diserap pasar.
“Langkah (kebijakan penyetopan impor jagung) ini guna memastikan penyerapan jagung produksi dalam negeri dapat berjalan secara optimal dan menjaga harga di tingkat petani tidak jatuh,” kata Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi dalam keterangan di Jakarta, Sabtu, 16 Maret 2024, seperti dikutip dari Antara.
Arief menjelaskan bahwa prioritas utama pemerintah adalah mengutamakan produksi dalam negeri, terutama menjelang panen raya jagung. Ia berharap dihentikannya impor jagung dapat mendorong pemenuhan kebutuhan pakan bagi peternak, khususnya peternak mandiri bisa didapat dari hasil panen petani lokal.