INDONESIA, selama ini, tercatat sebagai penerima pinjaman lunak terbesar dari Jepang. Selain memberikan program bantuan lewat IGGI, Jepang juga memberikan pinjaman langsung kepada pemerintah Indonesia lewat OECF (Overseas Economic Cooperation Fund atau Dana Kerja Sama Ekonomi Luar Negeri Jepang). Dana yang disalurkan OECF, sejak berdiri 1966 hingga Maret 1985, berjumlah 4,9 trilyun (US$ 26,6 milyar), 22,1% diberikan kepada Indonesia. Namun, menurut mingguan Far Eastern Economic Review, belum lama ini, ada gej ala Jepang sudah mau mengecilkan porsi untuk Indonesia. Sebab, rupanya, RRC, India, dan beberapa negara Amerika Latin mulai menyusup ke OECF dengan lincah. Belum lama ini, PM Yasuhiro Nakasone mencanangkan untuk melipatgandakan bantuan luar negeri Jepang. Namun, Ketua OECF Jakarta, Hiromiki Itoh, memperkirakan bahwa hal itu akan lebih banyak dinikmati para "pendatang baru". Sedangkan jatah untuk Indonesia hanya akan tambah sekitar 5% dalam tujuh tahun. Dana yang berbentuk yen itu memang cukup menarik. Menurut Itoh, jangka waktu pinjaman 30 tahun, berbunga 3,5% dengan masa bebas angsuran 10 tahun. Sebagian kalangan diplomat asing di Jakarta melihat OECF sebagai alat kebijaksanaan politik dan komersial yang sangat halus. Beberapa negara anggota IGGI lainnya lebih melihat OECF sebagai suatu "mega bank." Pinjaman OECF untuk Indonesia sejauh ini berjumlah 1.087,5 milyar (US$ 5,878 milyar) hanya dilampaui oleh World Bank dan Asian Development Bank. Jumlah dana IGGI seluruhnya per tahun, selama ini, hanya 0,10 dana OECF untuk Indonesia. OECF memprioritaskan proyek-proyek padat modal seperti irigasi, pembuatan jalan, dan terakhir pelabuhan udara. Sedangkan IGGI menyorot program-program latihan dan pengembangan daerah yang "sangat merakyat". OECF, menurut Itoh, tidak menafsirkan proyek-proyek berdasarkan tingkat balik modalnya seperti World Bank, tapi pada kemampuan pemerintah penerima pinaman. Itu sebabnya mungkin, Indonesia dan Muangthai kena bunga 3,5%, sedangkan Bangladesh hanya dimintai bunga 1,25%. Belum jelas, dengan menurunnya penerimaan pemerintah dari minyak, apakah OECF bersedia meringankan beban pinjaman untuk Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini