Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pelancong cenderung memilih transportasi massal yang waktu tempuhnya terukur, seperti kereta api.
KRL Yogyakarta-Solo akan menyinggahi sebelas stasiun.
Waktu tempuh KRL lebih cepat 30 menit daripada bus atau mobil pribadi.
JAKARTA – Pengelola destinasi wisata prioritas di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah berharap pengoperasian kereta rel listrik (KRL) Yogyakarta-Solo dapat menaikkan jumlah wisatawan. Kereta pengganti Prambanan Ekspres itu sedang menjalani tahap uji coba penumpang dan ditargetkan beroperasi secara komersial mulai tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama Badan Otorita Borobudur, Indah Juanita, mengatakan modernisasi angkutan bisa merangsang lebih banyak pengunjung. Pelancong, menurut dia, cenderung memilih transportasi massal yang waktu tempuhnya terukur seperti kereta api. “Karena waktu datang dan berangkatnya rapi,” ucapnya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Proyek KRL pertama di luar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi itu singgah di sebelas stasiun dalam satu rangkaian perjalanan. Sedangkan Prambanan Ekspres hanya mampir di tujuh stasiun. “Kami memang ingin rute kereta yang bisa menjelajahi seluruh wilayah, sehingga banyak destinasi wisata yang tersentuh,” kata Indah.
Menurut dia, standar kebersihan fasilitas penunjang, seperti toilet di kereta dan stasiun, turut menentukan minat pengguna KRL. Indah berujar pengelola kawasan strategis pariwisata nasional Borobudur masih berfokus pada pasar domestik. Penyebabnya, akses pelancong asing masih ditutup sejak kuartal II tahun lalu.
Direktur Industri dan Kelembagaan Kepariwisataan Badan Otorita Borobudur, Bisma Jatmika, menimpali, karena pandemi, Badan Otorita harus merombak rencana dan target pengembangan berbagai fitur wisata di lahan seluas 309 hektare itu. “Anggaran kami pada 2021 akan terfokus pada pembangunan zona, dukungan acara, adaptasi kebiasaan baru, serta peningkatan skala produk kreatif,” tutur Bisma.
Suasana gerbong kereta rel listrik (KRL) Yogyakarta-Solo di Stasiun Tugu, Yogyakarta, 20 Januari 2021. ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri, menuturkan pengembangan KRL koridor Yogyakarta-Solo dilakukan berdasarkan hasil studi kelayakan sejak 2011. Dengan jumlah penduduk hampir 10 juta orang, potensi penumpang sepur di rute tersebut pada 2021 berkisar 5,92 juta orang dan diproyeksikan menjadi 29,3 juta orang pada 2035.
“Secara teknis, rute Yogyakarta-Solo ini jalur ganda, jadi lebih mudah dan efisien pembangunannya,” ucap dia.
Berbagai kabupaten dan kota di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah pun ikut menerima hibah pariwisata yang sudah dicairkan pemerintah. Merujuk pada data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, DI Yogyakarta dikucuri dana hibah Rp 102,5 miliar atau 3,1 persen dari total alokasi nasional yang senilai Rp 3,3 triliun, sedangkan Jawa Tengah mendapat Rp 82 miliar atau 2,5 persen.
Pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata yang juga Ketua Bidang Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno, memperkirakan waktu tempuh KRL Yogyakarta-Solo sekitar 72 menit. Menurut dia, durasi ini lebih cepat 30 menit daripada waktu tempuh bus atau mobil pribadi.
Djoko mengusulkan jalur KRL diperpanjang hingga ke Kutoarjo, Bandar Udara Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, Bandara Adi Sumarmo Solo, serta Sragen. "Saya berharap daerah lain, seperti Surabaya dan Mojokerto, Bandung dan Rancaekek, serta Semarang dan Weleri, juga membangun hal serupa," ujarnya.
FRANSISCA CHRISTY ROSANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo