Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kedatangan Lotte Mart jelas membuat rimba persilatan di jagat retail makin riuh. Direktur Utama Senayan City Handaka Santosa menyambut baik investor dari Negeri Ginseng itu. ”Bukan berarti retail lokal bakal tertinggal. Walmart dan Yohan, contohnya, tidak bisa bertahan di sini karena tidak bisa melakukan pendekatan lokal,” katanya.
Irawan D. Kadarman, Direktur Hubungan Korporasi PT Carrefour Indonesia, mengaku tidak risau atas kehadiran Lotte Mart, yang sesumbar akan menyalip posisi Carrefour. ”Ini bagus bagi pemasok dan konsumen karena pilihan makin banyak,” ucapnya.
Carrefour, menurut Irawan, tetap pede untuk terus berekspansi dengan menambah gerai dan meraih pelanggan baru. ”Kami konsisten berorientasi pada pelanggan,” kata Irawan. Jurusnya: harga tetap kompetitif, jenis barang makin lengkap, dan suasana belanja harus nyaman.
Di Indonesia, nilai penjualan Carrefour tahun lalu mencapai 893 juta euro atau setara dengan Rp 12,9 triliun. Ini angka yang fantastis, jauh meninggalkan pemain lawas, seperti Matahari, yang membukukan Rp 9,7 triliun pada September 2007 (lihat tabel ”Pendapatan Peretail”). Angka penjualan Carrefour itu melesat lima kali lipat dibanding nilai penjualan pada tahun 2000, yakni 166,9 juta euro atau sekitar Rp 2,39 triliun.
Jika hendak sukses di tengah persaingan retail yang makin seru, Direktur Pengembangan Bisnis dan Retail PT AC Nielsen Indonesia Yongky Surya Susilo memberikan serangkaian saran. Pertama, rangkul perusahaan properti untuk mencari lokasi retail baru yang potensial. Sukses peretail pastilah ditunjang lokasi yang strategis. Karena itu, Carrefour menggandeng Duta Pertiwi dan Grup Matahari bermitra dengan perusahaan properti Lippo.
Strategi harga murah tiap hari (”everyday low price”) juga harus digabung dengan harga high low untuk hipermarket. ”Ini penting untuk mengejar pertumbuhan,” kata Yongky.
Jangan lupa pula untuk terus menajamkan segmen pasar. Bisnis perkulakan, misalnya, membidik kalangan pedagang eceran, pemilik toko kelas menengah ke bawah, serta pengusaha hotel, restoran, dan kantin.
R.R. Ariyani
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo