Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Masker Bedah untuk Cegah Corona

Masker bedah atau respirator N95 dianggap lebih efektif mencegah penyebaran virus corona. Penggunaan yang benar harus diperhatikan.

29 Januari 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagian orang menggunakan masker wajah untuk melindungi diri dari penyebaran virus corona. Namun sejumlah ahli kesehatan menyatakan penggunaan masker wajah bukanlah cara yang efektif untuk mencegah penyebaran virus tersebut. "Ada sedikit kerusakan di dalamnya, itu tidak mungkin efektif dalam mencegah," kata Eric Tone, seorang ilmuwan di Johns Hopkins Center for Health Security, seperti dilansir Bussiness Insider, pada Senin lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, pencegahan terbaik untuk mengantisipasi penyebaran virus corona adalah menjaga kebersihan lingkungan sesuai dengan standar. Kebersihan itu ditunjang dengan sering mencuci tangan, berusaha untuk tidak menyentuh wajah, dan menghindari kontak dekat dengan orang sakit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CDC telah mengarahkan agar penyedia layanan kesehatan memberikan masker bedah kepada pasien yang memiliki gejala seperti flu. Masker itu juga diberikan kepada warga yang telah menyelesaikan perjalanan ke Wuhan, Cina. Mereka menganggap penggunaan masker bedah dapat menurunkan risiko infeksi virus tersebut melalui air liur atau dahak kepada orang lain. Masker itu dirancang untuk menangkap kontaminan dan partikel besar, termasuk yang mungkin membawa patogen seperti coronavirus.

Ada dua jenis masker, yaitu masker bedah dan respirator N95. Respirator N95 menyaring sebagian besar partikel udara dari udara di sekitarnya, mencegah pemakai bernapas dalam partikel dengan diameter 0,3 mikron. Jenis masker ini sering digunakan ketika kualitas udara buruk karena asap api atau polusi. Masker ini dirancang agar pas dengan wajah seseorang. Namun coronavirus berdiameter 0,12 mikron.

Sementara itu, masker bedah dirancang untuk menjaga agar tetesan partikel besar dan percikan tidak berpindah dari mulut seseorang ke permukaan kulit atau ke orang-orang di sekitarnya. Masker bedah menjaga agar penyedia layanan kesehatan tak menyebarkan kuman yang ditularkan melalui mulut kepada pasien. Masalahnya, banyak orang tidak menggunakan masker dengan benar. Mereka sering memindahkan masker ke samping untuk menyentuh wajah mereka, memecahkan penghalang, sehingga perlindungan tidak efektif.

Karena itu, sejumlah ahli virologi menganggap masker wajah pun masih memberikan ruang masuk bagi partikel apabila pemakaiannya terbuka. "Masker ini mungkin membantu, tapi tidak jelas apakah itu bisa memberikan Anda perlindungan total," kata Mark Woolhouse, profesor epidemiologi penyakit menular, Universitas Edinburgh.

Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), per 27 Januari 2020, sebanyak 2.798 orang terkonfirmasi terjangkit virus corona. Di Cina, sebanyak 2.741 orang menderita virus corona. Sementara itu, jumlah warga yang diduga mengidap virus corona mencapai angka 5.794 orang dan 461 orang sakit parah. Sebanyak 80 orang di antaranya meninggal setelah menjalani perawatan. Di luar Cina, 37 orang yang tersebar di 11 negara juga terjangkit virus yang bernama 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV) tersebut.

Secara terpisah, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok mengatakan bahwa jumlah penderita masih bisa bertambah. Hal ini melihat penyebaran virus yang semakin parah dan adanya data yang belum masuk, terutama dari Wuhan, kawasan yang terisolasi akibat penyebaran virus tersebut.

Dilansir NewScientist, kemarin, Komisi Kesehatan Nasional Cina telah memberikan masker kepada petugas kesehatan untuk menghadapi wabah virus itu. WHO merekomendasikan semua petugas kesehatan yang merawat orang dengan virus memakai masker bedah. Namun masker ini hanya untuk sekali pakai.

Respirator N95, meski menawarkan perlindungan lebih dan mencegah 95 persen partikel kecil memasuki area hidung dan mulut, hanya bekerja jika cocok dengan permukaan wajah dan dipakai dengan benar. Sebab, masker ini tidak cocok untuk anak-anak atau orang-orang dengan wajah berambut.

Di Indonesia, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengingatkan gaya hidup sehat bisa menambah imunitas tubuh. Selain dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta gizi yang seimbang, imunitas tubuh yang baik bisa didapat dari olahraga. Menurut Terawan, olahraga tidak perlu berat-berat, yang ringan saja tapi tetap bergerak. Bukan hanya olahraga fisik, olahraga pikiran dan hati juga tak kalah penting. "Virus bisa mati kalau imunitas tubuh baik." SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | ARKHELAUS WISNU

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus