Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Berita Tempo Plus

Meramu obat lewat reseptor

Perusahaan bioteknologi sugen di as berhasil menemukan reseptor tubuh yaitu tyrosine kinases dan tyrosine phosphatases. dapat menjadi indikator terbaik untuk menemukan obat yang tepat begi pasien.

30 Januari 1993 | 00.00 WIB

Meramu obat lewat reseptor
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI cerita baru untuk para dokter, agar mereka makin lebih mudah mengobati pasiennya. Asalnya dari penelitian terakhir setelah perusahaan Sugen di AS menemukan dua keluarga besar reseptor tubuh, yaitu tyrosine kinases dan tyrosine phosphatases. Perusahaan yang bergerak dalam bidang bioteknologi ini baru saja berhasil menguak rahasia pemberian obat yang cespleng untuk setiap penyakit yang diderita pasien -- termasuk kanker. Walaupun hanya dua persen dari keseluruhan yang ada di tubuh, dua reseptor tersebut memiliki fungsi dan kemampuan yang sangat penting. Reseptor ini mengontrol pertumbuhan sel, diferensiasi sel, dan metabolisme. Dan yang penting lagi, hubungannya dengan penyakit, reseptor tersebut merupakan indikator terbaik untuk menemukan obat yang tepat pada seorang pasien. Para peneliti di Sugen menemukan reseptor itu ada pada jaringan penyakit. Dari keluarga besar tyrosine kinases dan tyrosine phosphatases, para peneliti tadi kemudian mengidentifikasi lebih dari 50 reseptor yang menjadi anggota dua keluarga besar reseptor tersebut. Dan reseptor ini ternyata memiliki potensi untuk dikomersialkan. Untuk itulah, seperti yang ditulis pada majalah Far Eastern Economic Review edisi tengah Januari ini, pemimpin perusahaan bioteknologi tersebut mempatenkan penemuan reseptor itu. Selama ini pendekatan tradisional penemuan obat adalah melalui suatu proses sintesis. Kemudian diteskan terhadap suatu jenis penyakit dalam berbagai gradasi. Hal itu dilakukan untuk mengecek ada tidaknya nilai terapi. Metode ini sebenarnya tidak efisien. Tetapi, untuk jenis-jenis penyakit yang belum diketahui dengan jelas mekanismenya, metode tersebut yang terbaik. Pada dekade-dekade yang lalu, para ilmuwan telah banyak mempelajari bagaimana bekerjanya penyakit pada tingkat molekuler. Seperti adanya jaringan komunikasi biokimia, yaitu transmisi sinyal-sinyal ke sel yang terlepas. Edmund Fischer, misalnya, salah satu ilmuwan yang bergabung di Sugen, yang meraih Nobel tahun 1992, berhasil mendeteksi masalah keterlepasan jaringan komunikasi biokimia tersebut. Komponen kunci pada jaringan adalah protein yang disebut sebagai reseptor. Reseptor tersebut tertanam pada dinding sel. Pergerakan reseptor dipicu oleh kedatangan kurir campuran biokimia, sebuah molekul insulin, atau sebuah faktor tumbuh. Mereka melewati sinyal pertama menuju ke kurir kedua yang berada di dalam sel, yang pada gilirannya mengirimkan ke inti sel. Beberapa reseptor berbentuk pasangan. Salah satunya seperti akselerator pada sebuah mobil, yang berfungsi meningkatkan produksi sel. Sedangkan yang satunya lagi berfungsi seperti rem, yakni memperlambat produksi. Namun, kalau reseptor tersebut tidak berfungsi, dan terlalu banyak atau terlalu sedikit pesan yang ditransmisikan, akan menyebabkan penyakit, misalnya kanker atau diabetes. Sifat reseptor yang spesifik ini rupanya menjadi peluang besar bagi pabrik obat untuk membuat ramuan yang manjur. Karena, penyebab suatu penyakit merupakan implikasi dari mekanisme reseptor yang rewel. Tantangannya adalah bagaimana para ilmuwan mampu menemukan molekul yang dapat menghantam penyakit yang disebabkan terganggunya cara kerja reseptor. Untuk merintis produksi obat itu, Sugen, pabrik obat yang didirikan sejak dua tahun silam, mengawinkan kemampuan dua ilmuwan, ahli farmakologi Joseph Schlessinger dan ahli biokimia Alex Ulrich. Orang pertama adalah ketua jurusan farmakologi Universitas New York. Sedangkan yang kedua adalah ketua jurusan mikrobiologi Institut Biokimia Max Planc, Munich, Jerman. Sugen sendiri telah melibatkan hampir 100 orang ilmuwan dalam program-program risetnya. Itu merupakan langkah terbesar di dunia. Pada saat yang sama Sugen juga meneliti molekul-molekul yang berfungsi sebagai pembawa berita. Pada awal teknologi biologi, itu bukan merupakan hal yang sulit: yang harus dikerjakan oleh semua laboratorium adalah mencari protein natural seperti insulin, kemudian membiakkannya. Ulrich sendiri merupakan penemu pengembangbiakan insulin, ketika dia mengambil gelar master dan doktor di Universitas California, AS. Protein tersebut, katanya, ''Seperti buah di pohon, yang menunggu dipetik.'' Tampaknya para ahli tidak hanya ingin menumbuhkan buahnya, tapi juga mengembangkan cadangannya. Untuk itu, Selectide, salah satu perusahaan kelompok Sugen yang berada di Arizona, AS, berfungsi memutar serangkaian besar fragmen protein sintetis yang disebut peptida (molekul hasil uraian protein). Sugen melakukan seleksi ketat tiga target reseptor dengan menggunakan koleksi Selectide, untuk kebutuhan penemuan obat. Peptida bisa dengan baik dipergunakan untuk kondisi-kondisi yang dapat ditangani secara injeksi. Tetapi dapat rusak kalau dipergunakan secara oral. Sugen kini sedang merintis kerja sama dengan Jepang untuk mendapatkan koleksi fragmen-fragmen protein sintetis. Jepang adalah tempat yang tepat untuk mencari koleksi seperti itu. Karena itu, Evans-Freke, direktur utama Sugen, percaya bahwa dia dapat menawarkan kerja sama dengan Jepang itu dalam bidang reseptor dari Sugen, variasi komposisi protein sintetisnya dari Jepang. Dan kerja sama ini diharapkan dapat dengan cepat menemukan obat-obat baru yang tepat. Gatot Triyanto dan Bina Bektiati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus