Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi penggemar kuliner khas daratan Korea, nama bulgogi tentu tidak asing. Ingatan rasa manis, gurih, dan rasa umami langsung muncul begitu kata bulgogi digaungkan. Begitu pula tampilannya yang berwarna kecokelatan dengan taburan biji wijen yang kontras dengan warna pucat daging matang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di selatan Jakarta, tepatnya di Mal Gandaria City, hadir sebuah restoran Korea yang menawarkan varian bulgogi sebagai menu andalan. Restoran bernama Darin itu menjuluki dirinya sebagai The Master of Noodle. Dedy Kusdiantoro, sang kapten restoran itu, mengatakan ciri khas restoran ini adalah resepnya yang betul-betul autentik dari Negeri Ginseng.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk menjaga keotentikannya, menurut dia, sang pemilik tak ragu mendatangkan koki khusus dari Korea yang paham betul bagaimana menciptakan hidangan bercita rasa khas Korea. "Bahan-bahan baku yang tidak bisa kami dapatkan di Indonesia diimpor langsung dari Korea untuk menjaga keautentikan rasa," kata dia, pekan lalu.
Dengan begitu, orang-orang yang memiliki pengalaman menyantap hidangan Korea di negeri asalnya tak merasa "tersesat" ketika menyantap menu di restoran yang baru setengah tahun menempati lantai dua mal di Jakarta Selatan tersebut.
Di restoran ini, kami menjajal Bulgogi Tteokbokki yang disajikan dalam porsi besar, dapat disantap oleh 3-5 orang dewasa. Dalam bahasa Korea, bulgogi berarti daging sapi bakar. Kata "bul" bermakna api dan "gogi" berarti daging sapi. Sebelum dibakar, daging diiris tipis-tipis, lalu direndam dalam bumbu bawang putih, jahe, gula atau madu, minyak wijen, dan kecap. Seperti di negara asalnya, bulgogi di Darin disajikan lengkap dengan nasi hangat dan kimchi.
Bulgogi ini berbeda dari menu serupa yang ditawarkan oleh restoran sejenis. Di sini, menu bulgogi yang manis disulap menjadi pedas. Tentu saja atas permintaan konsumen. Ada tiga pilihan level pedas yang ditawarkan, yakni reguler, spicy taste, dan hot spicy taste. Kami menantang "kekuatan" nyali masing-masing dengan memesan level pedas tertinggi. "Lagi pula biasanya pedasnya kuliner luar tak sepedas kuliner kita (Indonesia)," kata Nita Dian, teman makan saya, penggemar berat jajanan ala Korea. Selain itu, bayangan sensasi pedas tak begitu kentara ketika kami mencermati gambar menu ini dalam daftar menu.
Sambil menunggu pesanan datang, kami menyantap gun mandu, sejenis pangsit yang di dalamnya berisi sayur, daun bawang, dan daging cincang. Disebut gun mandu lantaran diproses dengan cara digoreng, bukan direbus atau dikukus. Gun mandu disantap dengan saus asin gurih dengan sedikit cabai yang dipotong kecil-kecil untuk memperkaya rasa lewat sensasi pedas ringan.
Tak sampai 30 menit menunggu, bulgogi yang kami pesan datang. Bayangan hidangan Korea yang manis dengan sensasi pedas ringan runtuh saat menyeruput kuah merahnya. Sedikit di atas ekspektasi, pedasnya cukup menyengat lidah dan membuat perut terasa hangat. Tepat rasanya jika memesan minuman hangat untuk melunturkan rasa pedasnya karena air es justru akan memperburuk sensasi terbakar menyengat di lidah. Meski pedas, sensasi pedas tersebut tetap terasa nyaman di lidah hingga hidangan tandas.
Bulgogi ini terdiri atas potongan daging, mi kering yang perlahan-lahan akan matang karena kuah yang terus dipanaskan, telur puyuh, sosis, tteokbokki (roti beras Korea), jamur shimeji, semacam kulit pangsit goreng, dan bihun. "Porsi seimbang dengan harga," ujar Nita.
Kuahnya yang merah kental terasa kaya akan rasa. Dalam satu seruputan, kita akan merasakan asam, manis, umami, dan pedas. "Rasanya lebih nendang, lebih terasa pedasnya, tidak hambar," kata Diko Oktara, kawan makan saya yang lain. Dagingnya pun terasa lembut, empuk. "Lebih segar," ujar dia.
Di selatan Jakarta, bulgogi juga jadi andalan restoran Korea lainnya, JJang. Bulgogi yang ditawarkan di restoran ini cocok untuk seseorang yang ingin menyantap bulgogi dengan porsi mi lebih banyak. Juga cocok untuk lidah yang tidak tahan dengan rasa bumbu tajam. Selain itu, porsi sayuran yang ditawarkan lebih sedikit, sehingga terasa puas menyantap daging dan mi yang berlimpah.
Selain bulgogi, kami memesan Jjang Myeon ayam di Restoran Darin. Mi ini tidak berkuah dengan bumbu bawang bombai yang sangat melimpah dan cincangan daging ayam. Dominasi rasa manis dan umami membuat hidangan ini cocok untuk penyuka makanan manis. "Ini salah satu kreasi dari chef kami, hidangan oriental diramu menjadi lebih bergaya Korea," kata Dedy Kusdiantoro.
Untuk mencoba tiga menu di Darin, kami merogoh kocek sekitar Rp 300 ribu, sudah termasuk pajak dan biaya pelayanan. DINI PRAMITA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo