Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

5 Fakta Distrik Kebar, Pedalaman Papua Barat Mirip Switzerland

Hampir selalu ada kejutan yang disuguhkan alam Pulau Papua nan eksotis kepada para wisatawan.

20 Mei 2018 | 06.26 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hampir selalu ada kejutan yang disuguhkan alam Pulau Papua nan eksotis kepada para wisatawan. Lanskap seperti air laut yang jernih menyerupai kaca di Raja Ampat, adat yang tak terkikis modernitas di Wamena, dan danau yang membentuk landmark di Sentani, masih bagian kecil dari yang dimiliki kawasan paling Timur Nusantara ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mari menengok ekstotisme Papua Barat, khususnya di Kabupaten Tambrauw. Kabupaten di kepala burung Papua ini mulai berbenah menjadi daerah pelancongan anyar. Bupati Tambrauw Gabriel Asem mulai mengenalkan potensi wisata Tambrauw yang selama ini masih terpendam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satu yang dikenalkan adalah Distrik Kebar. Pada Rabu, 16 Mei lalu, Tempo bergabung dengan tim ekspedisi kerjasama Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata dan Pemerintah Daerah Kabupaten Tambrauw menyusuri wisata di Kebar.

Kesn pertama, perkampungan di kawasan ini mirip Switzerland. Tim menyaksikan sebuah perkampungan kecil didominasi bukit-bukit hijau dan pegunungan yang mengelilinginya. Lebih jauh menjelajahi distrik Kebar, tenryata masih banyak keunikan lainnya. Berikut ini fakta menarik dari berdasar pengamatan spanjang ekspedisi tersebut.

1. Melewati "rimba"

Jangan bayangkan menuju Kebar adalah perjalanan mulus tanpa halang-rintang. Jalur menuju distrik ini menghadapkan para pejalan pada kegiatan petualangan yang sesungguhnya.

Jalur menuju Kebar dari Sausapor dan Manokwari mengharuskan pejalan melewati medan dengan elevasi bertingkat-tingkat. Tikungan yang meliuk-liuk akan menjadi pemandangan biasa sepanjang jalan. Bahkan, hampir nihil jalur yang lurus alias tiada bonus dalam istilah pendakian gunung.

Pemandangan kanan-kiri pun berupa hutan konservasi. Sekali waktu, pejalan dapat menyaksikan rusa, babi hutan, atau ular beragam jenis menyeberangi jalan. Saat pagi atau petang tiba, seluruh hutan akan dipenuhi kicauan merdu burung-burung. Suaranya berlainan. Ada yang nyaring, ada juga yang mendengung. Mereka saling sahut.

Salah satu burung yang menarik perhatian adalah cenderawasih. Burung ini, selain memiliki suara yang merdu, juga mempunyai warna bulu yang mencolok. Cenderawasih kerap disebut bird of paradise. Cenderawasih akan beratraksi menari-nari di hutan. Burung jantan akan melakukannya untuk menarik perhatian betina.

Adapun perihal infrastruktur, jalur menuju Kebar cukup rata lantaran aspal atau pengerasan. Hanya beberapa bagian masih berupa bebatuan. Ada beberapa jalur rusak, bahkan bolong. Ancaman guyuran lumpur dan kayu roboh pun bukan tak mungkin akan datang kapan pun.

2. Di tapal batas Anak-anak bermain di Bukit Teletubbies, Distrik Kebar, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Tempo/Francisca Chrisrty Rosana

Kebar tercatat sebagai salah satu distrik terluar di Kabupaten Tambrauw. Wilayah ini dulunya merupakan bagian dari Kabupaten Manokwari yang bergabung dengan Kabupaten Tambrauw pada 2013.

Posisi Distrik Kebar berada di tengah-tengah, yakni di antara Kabupaten Manokwari dan Sausapor atau ibu kota sementara Kabupaten Tambrauw. Jadi wilayah kabar seperti tapal batas. Suasananya tenang, nyenyat, dan belum terlampau tersentuh dan modernitas.

3. Lembah yang dikelilingi bukit Telettubbies

Distrik ini berada di lembah yang dikelilingi pegunungan Tamrau. di tengah lembah terdapat gundukan raksasa yang membentuk bukit rendah. Bukit ini bernama Bukit Sontiri yang populer dengan nama Bukit Teletubbies.

Bukit Teletubbies di Kenar berbeda dengam bukit lainnya karena panoramanya menghadap langsung ke perkampungan penduduk dan jajaran pegunungan. Bukit ini menjadi salah satu spot favorit untuk menyaksikan matahari terbit dan tenggelam.

4. Sapi-sapi liar di lembah Kebar

Sapi yang berkeliaran di lembah hijau dan di balik pagar-pagar kayu rumah penduduk akan mengingatkan wisatawan pada desa kecil di Switzerland. Sapi-sapi berwarna cokelat ini memberi pemandangan yang lain, yang mengesankan sebuah tempat di daratan Eropa.

Kebar memang tempatnya populasi sapi peternak. Jumlahnya tak terhitung lagi. Wisatawan bisa menjumpai sapi tak cuma di permukiman, tapi juga liar di hutan.

Menurut Bupati Gabriel, sapi masuk ke lembah Kebar pada 1975. Sapi Kebar merupakan turunan sapi Bali. Namun sapi bukan konsumsi daging utama masyarakat Kebar. Mereka pun tak punya akses untuk menjual daging sapi lantaran wilayahnya terisolasi.

Akhirnya, sebagian besar penduduk melepaskan sapinya di hutan. Lantas berkembang sapi liar di wilayah konservasi hutan Kebar.

5. Permandian air panas alami

Di balik bukit Teletubbies, terdapat permandian air panas alami yang bersumber dari gas bumi atau geothermal. Permandian ini adalah War Aremi. Masyarakat kerap memanfaatkannya untuk relaksasi.

Bila wisatawan ingin berkunjung ke Kebar, jalur yang paling terjangkau adalah melalui pintu masuk Manokwari. Wisatawan dapat memilih penerbangan menuju Bandara Manokwari, dilanjutkan dengan perjalanan darat menuju Kebar. Waktu tempuh perjalanan darat berkisar 4 jam. Disarankan menggunakan kendaraan double cabin lantaran medannya cukup ekstrem.

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, Francisca mulai bergabung di Tempo pada 2015. Kini ia meliput untuk kanal ekonomi dan bisnis di Tempo.co.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus