Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bupati Batang Wihaji mengakui bahwa wilayahnya sulit menjadi darah wisata prioritas karena ada problem kelancaran angkutan umum dan fasilitas pendukung. Padahal, kabupaten ini memiliki wisata alam lengkap, mulai dari air terjun, kebun teh, pegunungan, wisata digital, dan wisata atraksi seperti paralayang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wihaji mengatakan moda kendaraan umum dalam kota maupun yang menuju kabupaten itu masih terbatas. “Ada beberapa tempat wisata, misalnya Pagilaran, yang bisa dijangkau dengan angkutan umum, tapi pukul 17.00 sudah berhenti beroperasi,” ujar Wihaji dalam siaran pers yang diterima Tempo pada Minggu, 6 Mei 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, transportasi dari kota lain menuju Batang belum bervariasi. Batang terletak jauh dari bandar udara, dan yang paling dekat ialah Bandara Ahmad Yani di Semarang. Itu pun, dari bandara masih butuh waktu dua jam menuju Batang.
Sedangkan untuk jalur darat, tak ada kereta api yang berhenti di Batang. Padahal kabupaten itu memiliki dua stasiun, yakni stasiun lama dan stasiun baru. “Kami sudah meminta kepada PT Kereta Api Indonesia, minimal ada kereta ekonomi berhenti di Batang,” kata Wihaji. Selama ini, kereta api hanya berhenti di Pekalongan.
Bila permohonan itu tidak dikabulkan, Wihaji merancang opsi lain. Salah satunya merencanakan supaya transpotasi umum dari Stasiun Pekalongan dapat mengantarkan wisatawan ke berbagai destinasi wisata di Batang.
Masalah lain adalah soal penginapan. Di Batang sampai saat ini hanya tersedia hotel bintang dua dan losmen. Maka, di beberapa destinasi wisata, seperti Sikembang, pemerintah mengembangkan homestay dan glamping.
Selain akomodasi, amenitas turut menjadi kendala. Amenitas berhubungan dengan fasilitas penunjang jalan-jalan. Misalnya kuliner dan oleh-oleh.
Sejauh ini pelancong yang datang ke Batang rata-rata wisatawan Nusantara alias wisnus. Jumlahnya berkisar 447 ribu wisnus per tahun 2017.
Sedangkan wisman atau wisatawan mancanegara masih mengandalkan kunjungan pekerja PLTU yang tengah bertugas di Batang. Rata-rata berasal dari Jepang, Korea, dan India.