Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Ricuh Suporter Sepak Bola, Sultan Hamengku Buwono X: Apakah Dipicu Informasi Internet

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyesalkan kericuhan suporter sepak bola.

26 Juli 2022 | 22.56 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. TEMPO | Pribadi Yogyakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ikon Yogyakarta, Tugu Yogyakarta, menjadi lokasi provokasi suporter bola asal Solo saat melintas di kota itu pada Senin 25 Juli lalu. Provokasi itu lantas merembet pada sejumlah aksi ricuh di Yogyakarta antara warga dan suporter sepanjang hari hingga tengah malam dan membuat viral di media sosial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sekaligus Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyesalkan adanya aksi ricuh itu. "Memangnya ada persoalan apa antara Yogya dan Solo? Kita tidak ada persoalan apa pun, apakah aksi suporter itu dipicu informasi di internet?" ujar Sultan Selasa 26 Juli 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sultan menuturkan selama ini hubungan masyarakat Yogyakarta dan Surakarta cukup harmonis dan tidak memiliki permasalahan sama sekali. Sultan menyayangkan peristiwa provokasi berujung kekerasan itu terjadi di Yogyakarta yang belum lama ini sempat geger akibat kericuhan yang terjadi di kawasan Babarsari Sleman. 

Bedanya, dalam kericuhan di Babarsari yang membuat kawasan itu dijuluki sebagai Gotham City saat itu, melibatkan kelompok masyarakat antar daerah. "Kami sudah diingatkan perkelahian di Babarsari kemarin, sekarang terjadi perkelahian yang lain juga. Kenapa harus selalu terjadi kekerasan fisik, alasannya apa?" kata Sultan.

Yogyakarta selama ini tak hanya menjadi pusat wisata, namun juga pendidikan dan budaya serta banyak orang berbagai latar belakang beraktivitas. Sultan pun meminta masyarakat Yogyakarta tak gampang terprovokasi dan lebih bisa mengendalikan diri baik di dunia nyata maupun dunia maya. Tak terkecuali kepada para suporter sepak bola manapun. 

"Tidak perlu terpancing mengeluarkan dan menerima kalimat-kalimat tidak pantas khususnya di media sosial, itu hal yang tidak bermanfaat," kata Sultan.

Sultan sebut Yogya tumbuh sebagai kota budaya dan pendidikan

Sebaliknya, kata Sultan, dengan Yogyakarta yang tumbuh menjadi kota wisata, budaya, dan pendidikan harus dibuktikan dengan sikap dan karakter warga yang ramah dan menjaga etika serta sopan santun yang kental dalam berbagai hal. "Jangan menggunakan kekerasan apapaun bentuknya, kita perlu membangun peradaban yang santun, yang menghargai orang lain," kata dia.

"Misalnya di media sosial dan dunia nyata, pilih ungkapan kalimat yang bisa membangun rasa persaudaraan, bukan yang memicu rasa kebencian karena ujungnya akan ke arah kekerasan fisik yang tidak menguntungkan semua pihak," Sultan menambahkan.

Kepala Bidang Humas Polda DIY Komisaris Besar Polisi Yuliyanto sebelumnya mengatakan ada sejumlah titik lokasi keributan di wilayah DIY dalam kericuhan suporter itu seperti di ruas Jalan Gejayan dan  Jombor Kabupaten Sleman. "Sempat beredar informasi ada suporter yang sampai meninggal dunia, tapi kami pastikan informasi itu tidak benar," kata Yuliyanto.

Polda DIY meminta para suporter bola agar tidak melakukan tindakan-tindakan yang merusak fasilitas umum maupun melanggar aturan hukum.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus